Share

Bab 14

Penulis: Vodka
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-28 17:02:58
Ternyata, bukannya aku yang nggak tertarik pada pria. Hanya saja, nggak ada satu pun dari mereka yang cukup kuat.

Nadya merasa seperti sudah menemukan harta karun.

Dia berkata kepada Pak Jarot dengan wajah menyesal, “Maafkan aku, Pak Jarot. Anak baru ini nggak tahu aturan. Dia bertindak terlalu berlebihan. Tolong maafkan dia.”

Ucapan ‘permintaan maaf’ itu sebenarnya mengandung sindiran. Wajah Pak Jarot langsung tampak muram. “Di tempatmu ini benar-benar terdapat orang hebat yang menyembunyikan kemampuannya. Aku merasa sangat kagum. Selamat tinggal.”

Pak Jarot membawa orang-orangnya untuk pergi.

Sebelum pergi, Pak Jarot menatap Yoga dengan penuh arti. “Dik, kurasa kita akan segera bertemu lagi.”

“Sampai ketemu lagi,” Yoga tersenyum.

Setelah orang-orang dari Asosiasi Perdagangan Kota Pergi, Nadya memberikan tepuk tangan untuk Yoga, diikuti oleh semua orang yang ada di aula.

Yoga mengenakan sepatunya, seolah tidak tidak terjadi apa-apa.

Namun, sepatunya sudah robek total hingga tidak bisa lagi dipakai.

“Yoga, datanglah ke kantorku,” kata Nadya.

“Oke,” jawab Yoga.

Bondan kesakitan dan berkata, “Bu Nadya, cepat … cepat suruh orang untuk mengantarku ke rumah sakit. Aku … aku, rasanya tulangku patah.”

Nadya berkata dengan acuh tak acuh, “Penjaga keamanan, usir Bondan pergi. Jangan biarkan dia menginjakkan kakinya lagi di perusahaan ini!”

Bondan tampak tercengang. “Apa maksudmu dengan semua ini, Bu Nadya?”

“Kamu dipecat!” jawab Nadya.

Bondan menjadi sangat marah. “Nadya, kamu benar-benar habis manis sepah dibuang. Kalau bukan karena diriku, pasti perusahaanmu sudah berkali-kali dihancurkan oleh orang-orang dari Asosiasi Perdagangan Kota. Kamu juga pasti sudah dibunuh dan perusahaan ini nggak mungkin bisa berdiri.”

“Heh Bondan, jangan pikir aku nggak tahu semua hal kotor yang sudah kamu lakukan selama ini,” kata Nadya. “Kamu itu mata-mata yang dikirim Asosiasi Perdagangan Kota. Setiap kali orang-orang Asosiasi Perdagangan Kota datang untuk mencari gara-gara dan menghancurkan tempat ini, semua itu pasti sudah direncanakan oleh kalian. Selain itu, orang-orang yang berulang kali mencoba membunuhku, pasti juga disewa olehmu. Tujuannya untuk membuatku menyadari betapa pentingnya dirimu bagi perusahaan. Juga, untuk memberiku kesan kalau perusahaan tidak bisa berjalan tanpa dirimu.”

“Omong kosong!” kata Bondan. “Yang kamu katakan itu semuanya fitnah!”

“Oh ya, aku lupa memberitahumu. Ponselmu sudah disadap. Aku mengetahui semua rahasiamu dengan Asosiasi Perdagangan Kota,” balas Nadya.

“Ah!” Bondan tercengang. “Kamu … Berani-beraninya kamu memata-mataiku. Kalau kamu tahu aku adalah mata-mata, kenapa kamu nggak membongkar kedokku?”

“Membongkar kedokmu sama saja dengan menantang Asosiasi Perdagangan Kota secara terang-terangan dan akan menyebabkan perselisihan di antara kami. Kalau aku nggak membongkar kedokmu, setidaknya aku masih bisa menahan mereka,” ujar Nadya.

Bondan tercengang. Bondan selalu berpikir bahwa dirinya telah menguasai Nadya sepenuhnya. Namun, tidak pernah terpikirkan oleh Bondan bahwa justru Nadya yang sudah memanfaatkan dirinya.

“Si*lan, dasar perempuan licik!” Bondan menggertakkan giginya. “Kalau kamu mengusirku sekarang, sama saja dengan kamu melawan Asosiasi Perdagangan Kota. Apa kamu nggak takut kalau Asosiasi Perdagangan Kota membalas dendam padamu?”

Nadya menatap Yoga dengan penuh harap. “Apa kamu bisa membantuku membereskan mereka?”

“Sebagai karyawan perusahaan, aku punya tanggung jawab dan kewajiban untuk menjaga keamanan perusahaan,” kata Yoga. “Tentu saja dengan syarat, perusahaan mau memberikan sepatu yang layak kepadaku.”

Pfff!

Semua orang tidak bisa menahan tawa.

Bondan mengumpat sambil marah-marah, “Dasar kalian pria dan wanita anj*ing! Tunggu saja, Asosiasi Perdagangan Kota nggak akan pernah melepaskan kalian begitu saja!”

Nadya menatap Yoga. “Bolehkah aku meminjam sepatumu sebentar?”

“Silakan.”

Nadya mengangkat sepatu Yoga dan mulai memukuli wajah Bondan dengan sekuat tenaga. “Aku sudah lama menahan diri saat menghadapimu.”

Setelah melampiaskan amarahnya, Nadya memanggil Yoga ke kantornya. “Apa pekerjaanmu sebelumnya?”

“Aku seorang tentara.”

“Tentara apa?”

“Tentara yang beternak sapi.”

“Tentara yang beternak sapi bisa bertarung sebaik ini?”

“Apa kamu nggak tahu kalau sapi-sapi itu kadang-kadang nggak mau patuh.”

“Selain itu, kemampuanmu di bidang medis juga sangat hebat.”

“Sapi juga bisa sakit.”

Hahaha!

Nadya tertawa terbahak-bahak. Wajahnya tampak cerah bagaikan matahari di musim kemarau. Saat ini, Nadya tidak lagi terlihat seperti bos wanita yang angkuh. Namun, dia terlihat ceria, layaknya putri tetangga sebelah.

“Kali ini, kamu sudah membunuh penjahat suruhan Pak Jarot. Dia pasti akan terus mengganggumu. Kamu harus berhati-hati nanti,” kata Nadya.

“Aku tahu.”

“Pergilah, jaga ketertiban perusahaan dengan baik. Nggak boleh ada kesalahan sedikit pun dalam perjamuan makan malam nanti,” kata Nadya.

“Aku mengerti.”

Yoga berbalik dan bersiap untuk pergi, ketika Nadya tiba-tiba saja kembali memanggilnya, “Tunggu sebentar, aku ingin bertanya. Apa kamu punya masalah dengan orang yang bernama Reza?”

“Ya. Kenapa memangnya?” tanya Yoga.

“Aku menyadap ponsel Bondan. Reza yang sudah menghubungi Bondan dan menyuruhnya untuk sengaja mencari gara-gara denganmu. Lalu, mengusirmu dari perusahaan,” jelas Nadya.

Yoga menganggukkan kepalanya. “Terima kasih sudah mengingatkanku, Bu Nadya.”

“Nggak perlu terlalu memikirkan Reza. Keluarga Ardiyanto nggak akan bertahan lama,” kata Nadya.

“Kenapa Bu Nadya berkata seperti itu?” tanya Yoga dengan curiga.

“Keluarga Ardiyanto menjalin kerja sama dengan pabrik senjata. Tapi, mereka benar-benar berani menjual barang yang nggak berkualitas dan mengatakannya sebagai barang yang berkualitas tinggi. Akibatnya, pabrik senjata mengalami kerugian besar,” jelas Nadya. “Pabrik senjata mengenakan denda sebesar dua triliun kepada mereka. Sekarang, rantai modal Keluarga Ardiyanto benar-benar terputus. Mereka nggak bisa beroperasi secara normal dan nggak akan bertahan lama. Aku dengar sekarang Keluarga Ardiyanto menipu di mana-mana untuk bisa mendapatkan uang. Mereka sedang bersiap-siap untuk melarikan diri.”

Yoga mengerutkan kening. Sekarang, keluarga Ardiyanto akan segera mengalami kehancuran. Namun, Reza masih bersikap seolah-olah tidak terjadi apa pun. Sepanjang hari, dia terus menghabiskan waktu bersama Karina. Tiba-tiba saja Yoga merasa ada sesuatu yang tidak beres di balik sikap Reza tersebut.

Karina harus diingatkan sesegera mungkin.

Setelah menyuruh Yoga pergi, Nadya langsung membuka kamera pengawas dan memeriksa rekaman video Yoga yang memukuli Legam barusan.

Melihat Yoga yang gagah berani dan otoriter, sudut mulut Nadya pun terangkat.

Dari pria ini, muncul perasaan aman dalam diri Nadya, yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Yoga baru saja meninggalkan perusahaan, ketika dia menerima telepon dari Paman Dipa. “Tuan Muda, perjamuan makan malam untuk menyambutmu sudah siap. Bagaimana kalau aku mengirim orang untuk menjemputmu ke tempat acara?”

“Nggak usah. Aku sudah berada di tempat acara,” jawab Yoga.

“Saya mengerti,” kata Paman Dipa.

Yoga menyimpan ponselnya. Matanya melirik beberapa tempat di dekatnya, yang mudah digunakan untuk bersembunyi. Sorot mata Yoga dipenuhi dengan niat membunuh.

“Setelah lima tahun bersabar, akhirnya aku bisa menunjukkan kemampuanku malam ini. Raja Agoy yang Perkasa telah muncul. Siapa pun yang menghalangi akan dibunuh! Membunuhnya, langit akan menjadi gelap dan banjir darah di mana-mana. Ayah, Ibu, Adik, malam ini aku akan mengirim musuh-musuhku ke sana, untuk menebus kesalahan pada kalian!”

Perjamuan makan malam penyambutan dijadwalkan pada jam delapan malam. Namun, belum ada jam tiga sore, beberapa alun-alun besar dan jalanan di dekat Grup Magani sudah penuh sesak oleh banyak orang.

Wartawan media yang tidak terhitung jumlahnya juga membawa kamera dan tripod. Mereka bersembunyi di tiap sudut dan berlomba-lomba melaporkan situasi terkini.

Semua orang ingin melihat kehebatan Raja Agoy yang Perkasa dengan mata kepalanya sendiri.

Acara masyarakat Daruna ini bahkan jauh lebih meriah dibanding perayaan tahun baru.

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 15

    Keluarga Karina juga sampai lebih awal di alun-alun, di depan pintu masuk Grup Magani. Mereka sedang menunggu Reza.Di tengah penantian mereka yang penuh harap, Reza pun akhirnya datang terlambat.“Tuan Muda Reza, apa kamu sudah mendapatkan undangan makan malamnya?” tanya Karina dengan tidak sabar.“Jangan khawatir. Tentu saja aku sudah mendapatkannya. Ayahku sudah menyuruh orang untuk mengantarkannya. Seharusnya sebentar lagi dia sampai,” kata Reza.“Bagus.” Keluarga Karina merasa tidak sabar dan antusias.“Coba kalian tebak,” lanjut Reza. “Dini hari tadi, tiba-tiba saja Pak Iwan muntah darah. Nyawanya terancam. Tidak diragukan lagi kalau semua ini karena perbuatan Yoga. Aku dengar sekarang Nona Mitha membawa banyak orang untuk mencari Yoga di seluruh kota. Pada saat kritis, ayahku mengirimkan ginseng gunung berusia 500 tahun milik keluargaku, sehingga nyawa Pak Iwan bisa diselamatkan. Sebagai rasa terima kasih, Pak Iwan bukan hanya memberikan undangan acara makan malam ini. Dia juga

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 16

    Tatapan mereka seperti menatap orang yang idiot.“Apa aku nggak salah dengar? Dia berani menyebut dirinya sebagai Raja Agoy yang Perkasa?”“Apa dia nggak takut mati dengan mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa pada situasi dan waktu saat ini?”“Diam, bodoh! Kalau kamu berani menghina idolaku, aku nggak akan lagi segan-segan padamu!”Keluarga Karina menatap Yoga dengan penuh penghinaan dan berkata, “Baj*ngan yang hina ini sedang cari perhatian!”Sekarang, Karina benar-benar kecewa pada Yoga. Ternyata, kecemburuan memang bisa membuat orang berubah total dan mau melakukan apa saja.Demi memfitnah Tuan Muda Reza, Yoga bahkan berani mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa.Karina berseru dengan suara pelan, “Cukup, Yoga! Aku sudah memberimu 10 miliar dan semua itu masih belum cukup untuk dihabiskan? Apakah menyenangkan bagimu untuk menipu orang dengan mengaku-ngaku sebagai orang yang hebat?”Yoga tertegun. “Kapan aku pernah menipu orang?”“Jangan pikir kami nggak tahu. Sebelumny

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 17

    “Kamu salah, Pak Bayu,” kata Karina. “Raja Agoy yang Perkasa memiliki status yang tinggi, sedangkan aku hanyalah seorang pengusaha kecil. Bagaimana mungkin kami bisa saling berhubungan?”Bayu tertawa. “Semua itu memang perintah dari Raja Agoy yang Perkasa. Bagaimana mungkin aku berani melakukan kesalahan?”Pada titik ini, seorang pria tua yang mengenakan kemeja panjang datang mendekat. Dia berkata, “Nona Karina, aku sudah banyak mendengar tentang dirimu.”Pria tua itu adalah Pak Harja . Dia merupakan orang penting di zona abu-abu Provinsi Sadali, yang juga dikenal sebagai ‘Bapak Dunia Hitam’.Auranya yang kuat menekan Karina, hingga membuat Karina sesak napas.Karina berpura-pura bersikap tenang. “Halo, Pak Harja. Ini pertemuan pertama kita. Mohon bimbingannya.”Namun, Pak Harja malah tertawa dan berkata, “Kita bukan baru pertama kali ini bertemu, Nona Karina. Sebelumnya, beberapa kali perusahaanmu menjadi sasaran dari kelompok abu-abu. Diam-diam aku membantumu melewati semuanya.”Ah!

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 18

    Pria yang menggantungkan hidupnya pada wanita dan dibenci oleh semua orang ini, ternyata adalah Raja Agoy yang Perkasa, yang terkenal itu!Dia … kenapa dia masih begitu muda?Memikirkan bagaimana mereka baru saja bergabung untuk melawan Raja Agoy yang Perkasa dan bahkan mencoba untuk mengusirnya, mereka pun langsung merasa ingin mati saja.Oh Langit, apa yang sudah kulakukan barusan?Raja Agoy yang Perkasa pasti nggak akan memaafkan kami begitu saja.Yang paling terkejut dan syok di tempat itu adalah Nadya dan keluarga Karina.Nadya bahkan tidak pernah menyangka jika sopir sombong yang direkrutnya secara sembarangan itu, ternyata adalah Raja Agoy yang Perkasa.Yang lebih penting lagi, sebelumnya Nadya mengatakan kepada Yoga bahwa Raja Agoy yang Perkasa adalah pria tua bejat yang menginginkan kecantikannya. Dia juga memaksa Yoga untuk menjadi pengawalnya …Sekarang, Nadya merasa sangat malu dan hanya ingin mencari lubang di tanah untuk bersembunyi.Keluarga Karina juga mematung di tempa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 19

    Namun, Yoga yang terlibat dalam masalah tersebut, tetap bersikap tenang dan santai.Dalam sekejap, Mitha pun melihat sosok Yoga. Dia langsung menunjuk ke arah Yoga. “Akhirnya aku menemukanmu, Yoga! Siapa pun, cepat tangkap dia!”“Tunggu dulu! Kalau ingin menangkapku, kamu harus memberiku alasan!” kata Yoga dengan dingin.“Hmph, pura-pura bodoh!” balas Mitha. “Setelah Kakek meminum obat yang kamu resepkan, kondisinya menjadi makin memburuk. Bahkan, hari ini Kakek juga muntah darah dan mengalami syok. Sekarang, dia masih nggak sadarkan diri. Apa semua alasan ini sudah cukup? Kamu bahkan membuat Kakek nggak bisa menyambut kedatangan Raja Agoy yang Perkasa. Kesalahanmu bertambah menjadi dua kali lipat!”“Kalau Pak Iwan meminum obatku tepat waktu, wajar saja kalau hari ini dia mengalami muntah dan syok,” kata Yoga. “Muntah darah yang dialami Pak Iwan adalah proses mengeluarkan racun yang ada di dalam tubuhnya. Dia akan sembuh total setelah semua racunnya keluar. Sedangkan syok yang dialami

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 20

    Apa yang sebenarnya terjadi?Kenapa semua obat yang kuberikan pada Kakek masih terkemas dengan baik?Mungkinkah … Kakek nggak meminumnya sama sekali?Mitha menatap Pak Iwan dengan curiga.“Aku sama sekali nggak meminum obat yang kamu berikan kepadaku. Tiga hari ini, diam-diam aku meminum anggur obat yang diberikan oleh Yoga,” ujar Pak Iwan. “Menurutmu, siapa yang sudah berjasa untuk menyembuhkanku?”Jederrr!Kebenaran akhirnya terungkap.Ternyata memang Yoga yang sudah menyembuhkan penyakit menahun yang diderita oleh Pak Iwan.Penyakit menahun Pak Iwan adalah masalah medis internasional. Penyakit ini dikenal sebagai kanker abadi. Para ahli top di dalam dan di luar negeri tidak berdaya untuk menyembuhkannya.Namun, Raja Agoy yang Perkasa hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk dapat menyembuhkan Pak Iwan.Raja Agoy yang Perkasa begitu kaya raya. Dia juga memiliki kemampuan medis yang begitu hebat. Si*lan, hidup ini memang benar-benar tidak adil.Ekspresi wajah keluarga Karina menunjukka

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 21

    Jederrr!Otak Karina langsung terasa mau meledak.Yoga benar. Semua ini jebakan yang disiapkan Reza untuknya. Karina sudah mengalami kerugian besar.Perusahaan Farmasi Avanti sudah tidak bisa lagi diselamatkan.Kenapa, kenapa dia tidak mau mendengarkan Yoga?Nadya juga ikut angkat bicara, “Bu Karina, sebelumnya adikmu membuat keributan di kantor Grup Magani milikku. Itu sebabnya aku merasa marah dan memutuskan kerja sama kita. Sekarang, sepertinya terjadi kesalahpahaman di sini. Kalau Bu Karina nggak keberatan, kita bisa melanjutkan kerja sama kita.”Apa?Karina tercengang. Grup Magani memutuskan kerja sama dengannya karena Gatot, bukan karena Yoga!Namun, dia sendiri tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Karina malah menimpakan semua kesalahan kepada Yoga …Karina menatap Yoga dengan penuh rasa bersalah. Kata ‘Maaf’ tersangkut di tenggorokannya dan tidak mampu diucapkannya.Yoga mengambil inisiatif untuk membantu Karina melepaskan diri dari situasi tersebut. “Kari

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 22

    Antek-antek pria berbaju hitam itu langsung melangkah maju. Mereka membuka mulut Lili dan memberinya sebungkus racun.Begitu racun tersebut masuk ke dalam perutnya, Lili langsung merasa kesakitan dan seluruh tubuhnya kejang-kejang, juga gemetar. Sensasi rasa seperti tercekik membuat Lili membuka mulutnya lebar-lebar, tetapi dia tidak bisa bernapas.“Bubuk Ribuan Serangga Pemecah Hati ini akan merusak organ-organ dalam tubuhmu dan menghancurkan ususmu. Kamu akan merasakan sakit yang luar biasa dan akhirnya mati,” kata pria berbaju hitam itu. “Hanya Pil Ketenangan Jiwa milik keluargamu yang bisa menawarkan racun ini. Cepat keluarkan Pil Ketenangan Jiwa untuk menawarkan racunnya!”“Baj*ngan!” Lili menggertakkan giginya dan mengumpat.Efek dari racun tersebut akhirnya menyebar. Lili memegangi perutnya, berguling-guling dan jungkir balik di tanah. Teriakannya menyedihkan. Orang yang mendengarnya langsung merasa miris.Lili mencakar-cakar dadanya dengan panik. Dia mencoba membuka dadanya dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1179

    Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1178

    Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1177

    "Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1176

    Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1175

    Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1174

    Yoga menatap Sutrisno dengan ekspresi yang makin aneh. Wajahnya memancarkan campuran rasa bingung dan canggung. Lukisan Masa Pijat? Apakah dua orang senior itu benar-benar melakukan hal yang sekeren itu?Dengan ekspresi muram, Winola berucap dengan nada dingin, "Itu namanya Lukisan Masa Depan! Bukan masa pijat. Lukisan Masa Pijat cuma trik pemasaran dari tempat-tempat pijat itu.""Oh, begitu ya? Aku benar-benar nggak tahu soal itu," jawab Sutrisno dengan raut rajah kebingungan."Kamu diam saja dulu!" seru Yoga yang memberi Sutrisno tatapan tajam. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapannya."Lukisan Masa Depan adalah karya mereka berdua. Itu adalah 60 gambar yang meramalkan masa depan. Banyak di antaranya telah terbukti benar-benar terjadi," jelas Winola.Winola menambahkan, "Mereka bahkan menyatakan bahwa sejarah manusia akhirnya akan menuju dunia yang damai, di mana nggak ada lagi perbedaan antara hitam dan putih, utara dan selatan, kota dan desa, aku dan kamu. Semuanya akan bersatu dal

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1173

    Aura kuat yang terpancar dari sosok itu membuat ketiga orang tersebut merasakan getaran dalam hati mereka. Orang itu berada di posisi yang jauh lebih tinggi, bahkan jauh di atas mereka semua.Yoga menatap bayangan itu dengan rasa penasaran yang makin besar. Dia mengerucutkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah sosok tersebut dan bertanya dengan penasaran, "Ini ... bukannya ... Tuan Bimo?""Betul sekali!" Winola dan Sutrisno mengangguk bersamaan dengan ekspresi serius.Yoga tiba-tiba menyadarinya. Tidak heran sosok itu terlihat sangat familier. Ternyata, yang tergambar di lukisan itu adalah Bimo. Seribu tahun yang lalu, orang tua ini ternyata begitu terkenal?Yoga meledek, "Lihatlah, begitulah penampilanmu dalam catatan sejarah. Bikin iri deh."Bimo menimpali dengan bangga, "Sekarang, kamu baru sadar lagi berhadapan sama tokoh yang begitu luar biasa, 'kan?"Namun, Yoga langsung membalas, "Tapi ujung-ujungnya tetap kalah, 'kan?"Bimo kehabisan kata-kata. Sebuah kalimat dari Yoga langsung mem

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1172

    "Apa?" tanya Yoga yang terkejut. Dia memandang kedua orang itu dengan tatapan kosong.Sutrisno membalas dengan bingung, "Kamu nggak tahu?""Apa aku seharusnya tahu?" ucap Yoga sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merasa bingung sekaligus tak berdaya. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang semua ini."Nggak aneh. Hal-hal ini cuma disebutkan di dunia kultivator kuno. Di dunia bela diri kuno, hanya sekte-sekte besar yang punya catatan tentangnya," jelas Winola dengan ekspresi serius dan suara berat."Coba aku lihat!" ucap Yoga. Dia menjadi tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Dia langsung menatap lukisan di dinding dan mulai memeriksanya. Gambar-gambar itu terpahat dengan sangat hidup, meskipun lebih menyerupai fragmen-fragmen peristiwa yang tidak saling berhubungan."Ada yang bisa menjelaskan ini?" tanya Yoga sambil menoleh ke arah keduanya."Biar aku saja!" Sutrisno segera maju, lalu menunjuk gambar pertama dan mulai menjelaskannya kepada Yoga, "Gambar pertama ini menunjukkan awa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1171

    "Apa!" Farel luar biasa terkejut. Matanya dipenuhi rasa tak percaya. Mana mungkin? Anak ini ternyata sekuat itu? Hanya dengan satu serangan?Akan tetapi, Farel tidak mau mengakui kekalahan. Tatapan dinginnya menyapu ke arah Winola dan Sutrisno. Kalau memang harus menghabisi mereka, semuanya harus mati!"Nggak akan ada yang keluar hidup-hidup dari sini hari ini!" ucap Farel dengan dingin.Seketika, Farel bergerak. Dia mengulurkan tangannya dari kejauhan. Kekuatan yang luar biasa tiba-tiba meledak, lalu langsung menarik Winola dan Sutrisno ke arahnya.Berhubung kekuatan mereka tidak cukup, keduanya dengan mudah diseret mendekat. Farel mencengkeram leher mereka dengan kuat. Meski terus meronta, mereka sama sekali tidak bisa melepaskan diri."Yoga, aku mau lihat, apa kamu akan memilih untuk menyelamatkan mereka!" ucap Farel sambil tertawa keras, lalu melemparkan keduanya dengan kasar.Winola dan Sutrisno dilemparkan ke dalam lubang besar. Mereka langsung menuju kumpulan pasukan tengkorak y

DMCA.com Protection Status