Share

Bab 10

Author: Vodka
Mereka bertiga tercengang. Pak Iwan mengira jika dirinya sudah salah mengerti. “Yoga, maksudmu kamu menyuruhku untuk minum?”

Yoga menganggukkan kepalanya. “Harus minum tiga kali sehari. Nggak boleh kurang satu gelas pun.”

Mitha langsung menjadi cemas. “Yoga, aku rasa kamu jelas-jelas nggak bermaksud baik. Dengan kondisi fisik kakekku, segelas alkohol saja mungkin bisa … apa yang sebenarnya kamu inginkan?”

“Resep yang kuberikan seperti ini. Kalau nggak percaya, nggak perlu meminumnya,” kata Yoga.

“Aku percaya!” Pak Iwan mengambil gelas anggurnya dan langsung meminumnya sekaligus. Mitha tidak kuasa untuk menghentikannya, meski dia sebenarnya ingin melakukannya.

Mitha tercengang dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia berkata, “Kek, Kakek … Kakek sedang kacau. Begitu banyak dokter terkenal yang menyuruh Kakek untuk nggak minum alkohol, tapi Kakek malah melupakannya. Cepat, cepat telepon ambulans! Pergi ke rumah sakit dan pompa perutnya.”

Mitha mengeluarkan ponselnya dengan gugup dan ingin menelepon ambulans.

Siapa sangka begitu dia selesai menelepon, tiba-tiba saja Pak Iwan tertawa terbahak-bahak. “Hahaha, nyamannya. Sudah lama sekali aku nggak merasa senyaman ini. Yoga memang dokter ajaib.”

Kelakuan Pak Iwan yang tiba-tiba itu membuat Mitha terkejut. “Kek, bagaimana perasaan Kakek sekarang?”

“Sekarang, aku merasa segar dan rileks. Sebelumnya, aku selalu merasa seperti ada beban di punggungku. Sekarang, perasaan seperti ditindih itu sudah nggak ada lagi,” kata Pak Iwan. “Rasanya seperti kembali ke kondisi terbaikku 10 tahun yang lalu. Aku merasa 10 tahun lebih muda. Sekarang, aku bisa naik enam lantai sekaligus tanpa masalah.”

Danu tidak bisa menahan diri untuk tidak mengacungkan jempolnya. "Pak Yoga memang hebat."

“Bagaimana mungkin?” Mitha masih merasa ragu-ragu. “Sekalipun obat itu mujarab, nggak mungkin bisa bekerja begitu cepat. Oh ya, aku ingat.” Mitha menepuk dahinya dan mengeluarkan obat dari dalam sakunya. “Kek, pasti obat yang Kakek minum pagi tadi yang bekerja. Sama sekali bukan karena anggur obat itu.”

“Omong kosong. Apa aku nggak bisa merasakan efek dari anggur obat ini?” tanya Pak Iwan.

“Kek, semua itu hanya ilusi yang diciptakan efek psikologis Kakek,” kata Mitha. “Pak Hadi dari Institut Obat Nasional bersama lebih dari belasan ahli pengobatan tradisional Daruna khusus mengembangkan obat ini untuk Kakek. Kakek baru saja meminumnya pagi ini. Jangan katakan kalau kerja keras belasan ahli pengobatan tradisional Daruna selama beberapa tahun, nggak sebanding sama segelas anggur milik Yoga.”

“Biar aku luruskan. Anggur itu hanya berfungsi sebagai pengantar obat. Bahan aktif sebenarnya adalah bubuk dalam botol kacaku ini,” kata Yoga. “Juga, kurangi minum obat yang kamu pegang itu. Terlalu banyak meminumnya bisa mengancam nyawanya.”

“Cukup! Yoga, merendahkan orang lain nggak akan membuatmu jadi lebih baik. Malah akan membuat orang makin membencimu,” kata Mitha.

“Mitha, tutup mulutmu! Bagaimana kamu bisa bicara dengan penyelamatku seperti itu?” tegur Pak Iwan. “Dokter Ajaib Yoga, tolong katakan padaku, apa kamu bisa menjual obat itu kepadaku?”

Yoga dengan senang hati menyerahkan botol kaca itu kepada Pak Iwan. “Pak Iwan, mengingat kamu sudah berjasa besar dalam banyak pertempuran bagi Daruna, aku akan memberikan obat ini kepadamu. Aku hanya berharap setelah kamu sembuh nanti, kamu bisa terus bersemangat dan memberikan kontribusi yang besar bagi negara.”

“Hahaha, terima kasih banyak, Yoga.” Pak Iwan menerima botol obat tersebut dan menyimpannya dengan hati-hati layaknya harta karun.

Mitha masih tidak percaya pada Yoga. “Yoga, tolong katakan padaku, penyakit apa yang diderita kakekku? Apa saja komposisi obatmu itu dan bagaimana cara kerjanya?”

Yoga menggelengkan kepalanya. “Aku nggak bisa mengatakannya sekarang. Semua itu akan membuat kalian takut. Selain itu juga akan menambah beban psikologis Pak Iwan dan memengaruhi efek obat. Tapi, aku bisa memberi tahu kalian kalau Pak Iwan akan sembuh dalam tiga hari kedepan.”

Mitha mendengus dingin. “Hmph, bersikap misterius. Aku rasa kamu itu jelas-jelas nggak ngerti apa-apa.”

Pak Iwan memelototi Mitha, membuat Mitha tidak lagi berani bicara. “Dokter Ajaib Yoga, ayo duduk sini. Kita ngobrol dengan santai.” Pak Iwan langsung menyerahkan kursi tamu kehormatan kepada Yoga. Pak Iwan berkata dengan tulus, “Pak Yoga, tiga hari lagi aku akan bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa sebagai perwakilan dari Daruna. Saat itu, aku ingin mengundangmu untuk ikut bersamaku. Apa kamu tertarik?”

Yoga menggelengkan kepalanya. “Maaf, aku nggak bisa menerima undanganmu …”

Maksud Yoga, dia akan pergi ke acara makan malam itu dalam kapasitasnya sebagai Raja Agoy yang Perkasa. Itu sebabnya, dia menolak undangan Pak Iwan.

Pak Iwan menganggukkan kepalanya. “Benar. Raja Agoy yang Perkasa itu orang asing. Dia nggak layak ditemani langsung oleh Dokter Ajaib Yoga.”

Yoga langsung merasa kesal. Kamu orang tua, siapa yang kamu sebut orang asing itu?

Di luar ruang pribadi, Reza membawa dua botol anggur kualitas tinggi. Dia memimpin beberapa orang termasuk Karina, menuju ruang pribadi tersebut.

Reza berulang kali mengingatkan. “Semuanya harus berhati-hati saat bicara nanti. Jangan sampai salah bicara. Siapa pun yang ada di dalam, hanya dengan satu kata saja, bisa membuat kita nggak punya tempat lagi di Provinsi Sadali ini.”

“Pasti, pasti.”

Sesampainya di depan pintu ruang pribadi tersebut, Reza mengetuk pintu dengan hati-hati.

Suara Pak Iwan terdengar dari balik pintu, “Siapa?”

Reza menjawab, “Selamat malam, Pak Iwan. Aku Reza Ardiyanto, manajer hotel. Ayahku pemilik hotel ini. Dia menyuruhku untuk memberikan dua botol anggur berkualitas tinggi ini kepadamu. Selain itu, temanku sudah banyak mendengar tentangmu. Dia ingin menghormatimu dengan bersulang segelas anggur untukmu. Apa kamu keberatan?”

Suasana hati Pak Iwan sedang baik. Dia pun menerimanya. “Baiklah, silakan masuk.”

Orang-orang itu langsung merangsek masuk ke dalam.

Reza berkata dengan hormat, “Selamat malam Pak Iwan, Pak Danu, eh itu … Apa!”

Pada saat ini, mereka melihat sosok Yoga. Tubuh mereka langsung gemetar, bagaikan disambar petir.

Bagaimana Yoga bisa berada di dalam ruang pribadi ini? Bahkan, dia juga duduk di kursi tamu kehormatan.

Danu dan Pak Iwan duduk di kursi pendamping. Apa mereka sedang mendampingi Yoga?

Bagaimana mungkin, Yoga yang merupakan seorang bapak rumah tangga yang tidak pernah keluar rumah, bisa mengenal dua orang penting ini?

Apakah Yoga adalah ‘orang penting’ yang diundang oleh mereka berdua?

Pikiran mereka langsung menjadi kacau.

Memikirkan apa yang mereka katakan kepada Yoga di lobi hotel dengan menggunakan Pak Danu dan Pak Iwan untuk mengancamnya, wajah mereka pun langsung memerah karenanya.

Melihat mereka berdiri dengan acuh tak acuh, Pak Iwan agak merasa tidak senang. “Kenapa kalian berdiri diam seperti orang yang hilang akal?”

Reza adalah yang pertama, yang kembali ke akal sehatnya. Dia pun buru-buru berjalan mendekat untuk menuangkan anggur kepada mereka.

“Pak Iwan, kedatanganmu di hotel kami ini merupakan suatu kehormatan besar bagi kami. Aku ingin mewakili ayahku untuk bersulang denganmu …”

Pak Iwan merasa agak tidak senang. “Siapa yang seharusnya diajak bersulang terlebih dulu? Aturan dasar seperti ini saja nggak paham, bagaimana bisa membuka hotel?”

Danu ikut angkat bicara, “Pak Yoga adalah tamu kehormatan kami. Mari kita bersulang untuk Pak Yoga terlebih dulu.”

Related chapters

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 11

    “Baik, Baik.”Reza menguatkan diri untuk berjalan menghampiri Yoga dan menuangkan segelas penuh anggur untuknya. “Pak … Yoga, aku … aku akan bersulang tiga gelas anggur untuk menghormatimu.”Yoga bahkan sama sekali tidak melihat ke arah Reza. “Aku nggak minum.”Reza merasa malu dan tidak enak hati. “Kalau … kalau begitu, aku akan minum tiga gelas ini sendiri. Anggap saja aku melakukannya untuk menghormati Pak Yoga.”Reza menenggak tiga gelas berturut-turut. Kemudian, dia kembali bersulang untuk Danu dan Pak Iwan.Selanjutnya giliran Karina.Karina merasa otaknya kacau. Dia berjalan menghampiri Yoga. Beberapa kali dia mencoba mengatakan sesuatu, tetapi merasa ragu.Karina bahkan tidak berani menatap Yoga.Setelah beberapa saat, akhirnya Karina berkata dengan suara pelan, “Pak … Yoga, aku … aku bersulang tiga gelas anggur untukmu.”Oh!Yoga menghela napas.Dia selalu merasa tidak tega melihat Karina berada dalam kesulitan.Siapa yang sudah membuat Karina menemani dirinya melalui masa-mas

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 12

    “Nggak mau menyerah? Ayo pukul aku!” kata Bondan dengan sombong. “Kita lihat siapa yang pukulannya lebih keras.”“Oke.” Yoga melepas jaketnya. “Aku akan memenuhi keinginanmu.”Mereka berdua siap untuk berkelahi.“Berhenti!” Pada saat yang kritis seperti itu, terdengar suara Nadya. Dia buru-buru datang mendekat. Melihat keadaan Yoga yang berantakan, Nadya pun mengerutkan kening. “Apa yang terjadi?”“Nggak ada apa-apa.” Bondan tersenyum dan berkata. “Adik pegawai baru ini nggak sengaja menumpahkan sendiri sarapannya. Aku hanya membantunya bersih-bersih.”“Oh.” Nadya menganggukkan kepalanya sambil berpikir. “Lain kali hati-hati.”Yoga menghela napas. Nadya jelas-jelas melihat jika Bondan sengaja mencari gara-gara. Namun, dia masih pura-pura tidak tahu.Bagaimana bisa seorang presdir yang terhormat takut pada karyawannya sendiri seperti ini?Sudahlah, siapa suruh aku menerima gaji darimu? Hari ini, aku akan membantumu memberi pelajaran pada karyawanmu ini.Yoga pun menampar wajah Bondan de

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 13

    Dengan sangat terpaksa, Nadya berjalan menghampiri Bondan dan berkata, “Kak Bondan, kali ini aku hanya bisa mengandalkanmu. Kalau kamu bisa memenangkan pertarungan ini, aku akan memberimu hadiah yang sangat besar.”Tanpa diduga, Bondan malah menolaknya. “Maafkan aku, Bu Nadya. Barusan aku dihajar oleh pegawai baru itu dan mengalami gegar otak. Aku harus ke rumah sakit. Aku takut, aku nggak bisa bertarung untukmu.”Tentu saja Nadya tahu apa yang dipikirkan oleh Bondan. Dia pun berkata, “Bondan, asalkan kamu mau bertarung, kamu boleh melakukan apa pun pada Yoga. Aku bahkan juga bisa mengeluarkannya dari perusahaan.”Demi Grup Magani, Nadya hanya bisa mengorbankan Yoga sekarang.Paling-paling yang terjadi, dia hanya perlu memberikan ganti rugi yang besar kepada Yoga nanti.Setelah itu, barulah Bondan merasa puas. “Oke. Mendengar kata-kata Bu Nadya ini, aku jadi merasa lega.” Kemudian, Bondan berjalan perlahan-lahan menghampiri Legam dan berkata, “Legam, Legam … Benar-benar seperti namanya

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 14

    Ternyata, bukannya aku yang nggak tertarik pada pria. Hanya saja, nggak ada satu pun dari mereka yang cukup kuat.Nadya merasa seperti sudah menemukan harta karun.Dia berkata kepada Pak Jarot dengan wajah menyesal, “Maafkan aku, Pak Jarot. Anak baru ini nggak tahu aturan. Dia bertindak terlalu berlebihan. Tolong maafkan dia.”Ucapan ‘permintaan maaf’ itu sebenarnya mengandung sindiran. Wajah Pak Jarot langsung tampak muram. “Di tempatmu ini benar-benar terdapat orang hebat yang menyembunyikan kemampuannya. Aku merasa sangat kagum. Selamat tinggal.”Pak Jarot membawa orang-orangnya untuk pergi.Sebelum pergi, Pak Jarot menatap Yoga dengan penuh arti. “Dik, kurasa kita akan segera bertemu lagi.”“Sampai ketemu lagi,” Yoga tersenyum.Setelah orang-orang dari Asosiasi Perdagangan Kota Pergi, Nadya memberikan tepuk tangan untuk Yoga, diikuti oleh semua orang yang ada di aula.Yoga mengenakan sepatunya, seolah tidak tidak terjadi apa-apa.Namun, sepatunya sudah robek total hingga tidak bisa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 15

    Keluarga Karina juga sampai lebih awal di alun-alun, di depan pintu masuk Grup Magani. Mereka sedang menunggu Reza.Di tengah penantian mereka yang penuh harap, Reza pun akhirnya datang terlambat.“Tuan Muda Reza, apa kamu sudah mendapatkan undangan makan malamnya?” tanya Karina dengan tidak sabar.“Jangan khawatir. Tentu saja aku sudah mendapatkannya. Ayahku sudah menyuruh orang untuk mengantarkannya. Seharusnya sebentar lagi dia sampai,” kata Reza.“Bagus.” Keluarga Karina merasa tidak sabar dan antusias.“Coba kalian tebak,” lanjut Reza. “Dini hari tadi, tiba-tiba saja Pak Iwan muntah darah. Nyawanya terancam. Tidak diragukan lagi kalau semua ini karena perbuatan Yoga. Aku dengar sekarang Nona Mitha membawa banyak orang untuk mencari Yoga di seluruh kota. Pada saat kritis, ayahku mengirimkan ginseng gunung berusia 500 tahun milik keluargaku, sehingga nyawa Pak Iwan bisa diselamatkan. Sebagai rasa terima kasih, Pak Iwan bukan hanya memberikan undangan acara makan malam ini. Dia juga

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 16

    Tatapan mereka seperti menatap orang yang idiot.“Apa aku nggak salah dengar? Dia berani menyebut dirinya sebagai Raja Agoy yang Perkasa?”“Apa dia nggak takut mati dengan mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa pada situasi dan waktu saat ini?”“Diam, bodoh! Kalau kamu berani menghina idolaku, aku nggak akan lagi segan-segan padamu!”Keluarga Karina menatap Yoga dengan penuh penghinaan dan berkata, “Baj*ngan yang hina ini sedang cari perhatian!”Sekarang, Karina benar-benar kecewa pada Yoga. Ternyata, kecemburuan memang bisa membuat orang berubah total dan mau melakukan apa saja.Demi memfitnah Tuan Muda Reza, Yoga bahkan berani mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa.Karina berseru dengan suara pelan, “Cukup, Yoga! Aku sudah memberimu 10 miliar dan semua itu masih belum cukup untuk dihabiskan? Apakah menyenangkan bagimu untuk menipu orang dengan mengaku-ngaku sebagai orang yang hebat?”Yoga tertegun. “Kapan aku pernah menipu orang?”“Jangan pikir kami nggak tahu. Sebelumny

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 17

    “Kamu salah, Pak Bayu,” kata Karina. “Raja Agoy yang Perkasa memiliki status yang tinggi, sedangkan aku hanyalah seorang pengusaha kecil. Bagaimana mungkin kami bisa saling berhubungan?”Bayu tertawa. “Semua itu memang perintah dari Raja Agoy yang Perkasa. Bagaimana mungkin aku berani melakukan kesalahan?”Pada titik ini, seorang pria tua yang mengenakan kemeja panjang datang mendekat. Dia berkata, “Nona Karina, aku sudah banyak mendengar tentang dirimu.”Pria tua itu adalah Pak Harja . Dia merupakan orang penting di zona abu-abu Provinsi Sadali, yang juga dikenal sebagai ‘Bapak Dunia Hitam’.Auranya yang kuat menekan Karina, hingga membuat Karina sesak napas.Karina berpura-pura bersikap tenang. “Halo, Pak Harja. Ini pertemuan pertama kita. Mohon bimbingannya.”Namun, Pak Harja malah tertawa dan berkata, “Kita bukan baru pertama kali ini bertemu, Nona Karina. Sebelumnya, beberapa kali perusahaanmu menjadi sasaran dari kelompok abu-abu. Diam-diam aku membantumu melewati semuanya.”Ah!

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 18

    Pria yang menggantungkan hidupnya pada wanita dan dibenci oleh semua orang ini, ternyata adalah Raja Agoy yang Perkasa, yang terkenal itu!Dia … kenapa dia masih begitu muda?Memikirkan bagaimana mereka baru saja bergabung untuk melawan Raja Agoy yang Perkasa dan bahkan mencoba untuk mengusirnya, mereka pun langsung merasa ingin mati saja.Oh Langit, apa yang sudah kulakukan barusan?Raja Agoy yang Perkasa pasti nggak akan memaafkan kami begitu saja.Yang paling terkejut dan syok di tempat itu adalah Nadya dan keluarga Karina.Nadya bahkan tidak pernah menyangka jika sopir sombong yang direkrutnya secara sembarangan itu, ternyata adalah Raja Agoy yang Perkasa.Yang lebih penting lagi, sebelumnya Nadya mengatakan kepada Yoga bahwa Raja Agoy yang Perkasa adalah pria tua bejat yang menginginkan kecantikannya. Dia juga memaksa Yoga untuk menjadi pengawalnya …Sekarang, Nadya merasa sangat malu dan hanya ingin mencari lubang di tanah untuk bersembunyi.Keluarga Karina juga mematung di tempa

Latest chapter

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1292

    "Kenapa bisa begini?" Ekspresi Alex menjadi makin tegang. Kegelisahannya juga makin menjadi-jadi.Meskipun Jam Penciptaan ini hanya sebuah tiruan, tetap saja seharusnya benda sehebat ini tidak mungkin bisa ditaklukkan dengan begitu mudah oleh pemuda itu."Nggak ada yang istimewa dari barang ini," ucap Yoga. Dia menatap Jam Penciptaan sambil merabanya ke atas dan ke bawah. Dalam sekejap, dia langsung melihat kelemahan jam tersebut.Jam ini memang dirancang dengan sangat cermat, bahkan kekuatannya melampaui senjata ajaib tingkat jumantara. Dari sini saja, bisa dibayangkan betapa luar biasanya kekuatan Jam Penciptaan yang asli. Namun pada akhirnya ... jam ini hanyalah barang tiruan!Seiring dengan suara yang tajam, Yoga langsung merobek Jam Penciptaan menjadi dua bagian. Dengan tubuh fisiknya yang luar biasa kuat, juga dengan kekuatan yang melampaui batas, benda palsu seperti ini baginya tidak berbeda dengan selembar kertas yang bisa dirobek kapan saja.Alex terperanjat. Matanya terbelala

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1291

    Bisa-bisanya Girbet ingin melawan orang sehebat ini. Sungguh konyol! Dia tiba-tiba mendongak, lalu menatap Jam Penciptaan di langit dengan sedikit kehilangan fokus. Apakah Alex akan menang?....Pada saat ini, aura dari Jam Penciptaan menyebar ke sekeliling dan menutupi seluruh area dengan tekanan yang luar biasa. Banyak orang yang memperhatikan pemandangan ini. Semuanya menunjukkan ekspresi keterkejutan."Ini ... ini adalah aura dari Jam Penciptaan milik Keluarga Husin! Astaga, mereka sudah bergerak secepat ini?""Sampai-sampai menggunakan Jam Penciptaan .... Apa para manusia hantu ini benar-benar telah memaksa Keluarga Husin sampai ke titik ini?""Keberadaan Jam Penciptaan adalah simbol dari warisan yang luar biasa kuat. Jangan-jangan Keluarga Husin sudah kehabisan cara untuk bertahan?"Dalam sekejap, banyak orang mulai berdiskusi dengan penuh semangat. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa situasi akan berkembang hingga ke tahap yang begitu ekstrem.Di dalam kelompok Keluarga Bra

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1290

    "Bencana besar sudah di depan mata, tapi kamu masih berani tertawa?" ejek Alex sambil tersenyum sinis. Ekspresinya penuh dengan penghinaan. Baginya, Yoga hanyalah seseorang yang sudah kehabisan tenaga dan sedang pura-pura tertawa untuk menutupi kelemahannya.Yoga mengangkat alis. Nadanya penuh dengan ejekan ketika balik bertanya, "Memangnya kenapa kalau aku tertawa?"Alex membentak dengan nada penuh keyakinan, "Di bawah kekuatan harta karun ini, kamu sama sekali nggak punya kesempatan untuk bertahan hidup. Lebih baik kamu pikirkan saja gimana meninggalkan pesan terakhirmu!""Pesan terakhir? Dengan barang tiruan murahan seperti ini?" balas Yoga dengan nada tulus, tetapi senyumnya penuh dengan penghinaan.Memang, benda ini bisa melepaskan kekuatan yang luar biasa besar. Namun, Yoga tetap percaya diri bahwa dirinya mampu menghadapi jam ini. Hanya mengandalkan kekuatan fisiknya saja, dia sudah bisa berjalan dengan sombong dan tanpa tandingan.Untuk bisa menciptakan Jam Penciptaan, sudah t

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1289

    Menghadapi orang-orang ini, Yoga tidak ragu sedikit pun dan tatapannya terlihat sangat bertekad. Dia tahu jelas orang-orang ini adalah pecundang dari Keluarga Husin yang terlihat sangat menyedihkan karena tidak bisa mengalahkannya. Namun, jika dia tidak cukup kuat, dia hanya akan dibunuh mereka dengan brutal.Para manusia hantu di area terlarang takut terhadap orang-orang dari dunia kultivator kuno karena mereka diusir dan dihina, bukan karena mereka melakukan hal-hal yang sangat buruk."Bunuh dia! Untuk masa depan Keluarga Husin!" sorak para anggota Keluarga Husin dan segera menyerang Yoga. Mereka mengerahkan kekuatan yang besar dan terus melancarkan serangan mereka.Yoga berkeliling di antara kerumunan untuk menghadapi para anggota Keluarga Husin dan terus menjatuhkan satu per satu dari mereka ke tanah. Mereka semua tidak sanggup menahan kekuatannya.Dalam sekejap, mayat-mayat berserakan di tanah karena mati dengan satu serangan. Pemandangan di tempat itu yang penuh dengan darah terl

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1288

    "Anakku yang baik, apa kamu sudah melupakanku?" kata Yoga dengan ekspresi yang tetap santai dan menatap Alex dengan tatapan yang menghina, seolah-olah meremehkan Alex.Saat ini, suasana di tempat itu menjadi sangat hening."Kamu berani membunuh anggota Keluarga Husin? Aku akan membuatmu membayar semua tindakanmu," kata Alex sambil menggertakkan giginya dan tubuhnya bergetar karena marah.Sebagai anggota keluarga dari salah satu empat keluarga besar di dunia kultivator kuno, Alex tidak pernah dipermalukan seperti ini. Hari ini dia bertemu lawan sulit yang bukan hanya membantai anggota Keluarga Husin, dia juga dipermalukan beberapa kali di depan umum. Dia tidak mungkin bisa menerima hal ini."Nggak perlu banyak omong kosong, cepat maju," kata Yoga sambil melambaikan tangan dengan santai."Cari mati!" teriak Alex dengan marah dan langsung menyerang. Kali ini, dia hanya bisa mengandalkan kekuatannya sendiri agar pemuda di depannya ini tahu kehebatannya.Swish swish swish!Alex langsung mem

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1287

    "Omong kosong!" teriak Girbet langsung dengan keras, emosinya juga makin meledak. Dia mana mungkin tidak menyadari ini adalah trik kotor dari Alex."Kalian semua tangkap dia dulu, nanti aku yang akan membunuhnya," perintah Alex."Baik!" Para bawahan Alex segera menganggukkan kepala, lalu maju dan mengepung Girbet.Melihat situasinya memburuk, Girbet pun tidak berani melawan karena dia tahu sekarang dia hanya bisa menahan diri jika ingin bertahan hidup.Tepat pada saat itu, Yoga akhirnya berkata sambil tersenyum dingin dan menatap para anggota Keluarga Husin itu dengan tatapan yang menghina, "Nggak disangka, Keluarga Husin masih saja nggak berubah. Menghadapi anggota keluarga sendiri pun tetap pakai trik kotor dan saling membunuh. Apa kalian ini nggak punya rasa persaudaraan sedikit pun?"Nada bicara Yoga terdengar sedang menghakimi para anggota Keluarga Husin itu. Saat itu, dia tiba-tiba teringat dengan ibunya yang sudah begitu banyak menderita selama bertahun-tahun ini."Bocah, inilah

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1286

    "Dunia bela diri kuno?"Yoga tertawa dan menatap para anggota Keluarga Husin dengan bangga, lalu berkata sambil tersenyum dingin, "Benar, aku memang berasal dari dunia bela diri kuno.""Apa?"Dalam sekejap, semua orang yang berada di tempat itu langsung menarik napas dalam-dalam dan mulai muncul satu kemungkinan di hati mereka. Melihat pria yang di depan mereka ini begitu sombong, mungkin pria ini benar-benar orang yang ditebak mereka itu."Mirip ... benar-benar mirip!" teriak seseorang dengan mendadak, seolah-olah memecah keheningan dan mulai terdengar semua orang di tempat itu."Siapa namamu?" tanya Alex dengan ekspresi muram dan menatap Yoga dengan tajam."Panggil aku ayah saja," jawab Yoga dengan tenang dan ekspresi yang datar."Berani-beraninya kamu mempermainkanku!" teriak Alex dengan keras dan auranya langsung memancar. Orang ini sudah berani mempermainkannya di depan begitu banyak anggota Keluarga Husin, sama saja dengan meremehkannya."Kenapa kalau aku mempermainkanmu? Hah?" s

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1285

    Saat ini, apa pun yang dikatakan oleh Alex adalah ketentuannya, Girbet tahu dia tidak melakukan apa pun untuk mengubahnya. Sebagai generasi muda di Keluarga Husin, dia tidak memiliki hak untuk berbicara."Ayo jalan. Kita bunuh bocah itu dulu, lalu kita musnahkan para manusia hantu itu," kata Alex sambil tertawa terbahak-bahak dan aura yang mendominasi.Semua orang langsung bangkit dan segera melanjutkan perjalanan mereka menuju lokasi tujuan.Di sisi lain.Selain Keluarga Husin, Keluarga Kusuma, Keluarga Bramasta, dan Keluarga Salim juga bergegas menuju lokasi tempat Yoga berada. Mereka semua berharap bisa merebut Tulang Naga Tunduk itu. Namun, mereka tidak menyangka orang yang berada di tempat itu ternyata adalah Yoga.Pada saat yang bersamaan, Prajna dan para manusia hantu sudah bersembunyi. Mereka bahkan tidak berani bernapas dan tetap bersembunyi di kegelapan. Ini semua adalah perintah dari Yoga agar mereka jangan menunjukkan diri mereka untuk sementara ini. Jika kabar ini tersebar

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1284

    "Paman Alex, ini pasti ulah para manusia hantu itu dan bocah itu pasti bersama mereka. Dia sudah membunuh begitu banyak orang kita, mungkin saja dia sengaja memancing kita ke sana. Kita harus berhati-hati, dia pasti punya rencana lain," kata Girbet yang berdiri di samping Alex dengan ekspresi yang sangat serius, seolah-olah memikirkan kepentingan Keluarga Husin.Namun, sebenarnya Girbet sudah sangat berniat untuk membunuh Yoga. Dia ingin segera bergegas ke sana dan menangkap Yoga.Namun, ekspresi Alex menjadi muram dan menatap Girbet dengan tajam. "Dasar sampah! Kamu benar-benar mempermalukan seluruh Keluarga Husin. Kalau orang lain tahu hal ini, kamu jangan bilang kamu adalah anggota Keluarga Husin. Melihatmu saja pun sudah membuatku kesal. Kamu malah membiarkan para manusia hantu itu membunuh begitu banyak anggota keluarga kita."Alex benar-benar kecewa terhadap Girbet. Girbet tadinya adalah pemuda yang menjadi harapan Keluarga Husin dan selalu menjadi pusat perhatian. Girbet seharus

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status