Share

Bab 4

Author: Vodka
last update Last Updated: 2023-12-28 17:02:58
Baru setelah suara deru mobil tersebut benar-benar menghilang, mereka bertiga akhirnya kembali ke akal sehatnya.

Ambar menelan ludah dengan marah. “Karina, menurutmu manusia nggak berguna … Bagaimana Yoga bisa menyalakan mobil mewah itu? Dia nggak mungkin pemilik LaFellalio, Raja Agoy yang Perkasa itu, ‘kan?”

Pada saat ini, yang terpikir di benak Ambar hanya satu hal saja.

Jika Yoga benar-benar Raja Agoy yang Perkasa, tanpa keraguan sedikit pun, dia pasti akan menyuruh putrinya untuk rujuk kembali dengan Yoga.

Sekalipun Ambar harus bersujud dan meminta maaf kepada Yoga, semua itu tidak masalah baginya.

Apa kalian bercanda? Yoga adalah Dewa Kekayaan. Bagaimana mungkin melepaskannya begitu saja?

Perasaan Karina campur aduk tidak karuan. “Aku … aku nggak tahu.”

Jika Yoga benar-benar Raja Agoy yang Perkasa, takdir betul-betul sudah mempermainkannya.

Karina begitu mengagumi Raja Agoy yang Perkasa sepanjang waktu. Dia memimpikan bisa bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.

Namun, Raja Agoy yang Perkasa ternyata adalah orang yang dekat dengan Karina. Bahkan, mereka juga tinggal di bawah satu atap.

Benar-benar lelucon yang paling konyol di dunia.

Reza tidak bisa menerimanya. Dia mencoba membela diri dengan berkata, “Bibi, Karina, jangan sampai kalian tertipu sama Yoga. Yoga itu orang yang nggak berguna. Dia bahkan nggak pantas untuk menjilat sepatu Raja Agoy yang Perkasa. Pasti ada kesalahpahaman di sini. Kalian tenang saja. Aku pasti akan menyelidiki masalah ini sampai tuntas.”

Karina dan ibunya mengangguk. Mereka pura-pura setuju. Namun, dalam hati mereka berpikiran lain.

Di sisi lain, Yoga mengemudikan mobilnya dengan begitu cepat. Dalam sekejap saja, dia sudah sampai di Grup Magani.

Gedung perkantoran Grup Magani sangat megah. Bangunannya memadukan elemen timur dan barat. Gedung tersebut menjadi tenggara di kota ini.

“Permisi, Anda ingin mencari siapa?” tanya resepsionis.

“Aku mencari Nadya Wibowo. Bu Nadya,” jawab Yoga.

“Silakan Anda belok kanan, lalu naik ke lantai paling atas menuju kantor presdir,” ujar resepsionis.

“Terima kasih.”

Yoga masuk ke dalam lift.

Resepsionis tersebut bergumam dengan suara pelan, “Bu Nadya benar-benar aneh. Hanya masalah merekrut sopir saja, perlukah mewawancarainya sendiri?”

Resepsionis tersebut mengira jika Yoga adalah orang yang sedang melamar pekerjaan sebagai sopir.

Petugas keamanan di sampingnya menjelaskan, “Aku dengar Bu Nadya sedang merekrut sopir untuk Raja Agoy yang Perkasa. Tentu saja, dia harus mewawancarainya sendiri.”

Resepsionis itu pun memahaminya.

Dalam sekejap, Yoga sudah sampai di lantai paling atas, di kantor presdir.

Dia mengetuk pintu. Dari balik pintu terdengar suara wanita yang lembut dan merdu, “Masuklah.”

Yoga mendorong pintu dan masuk ke dalam. Sesosok wanita yang begitu cantik memesona langsung muncul di depan matanya.

Tinggi wanita itu kira-kira 178 cm. Tubuhnya ramping dan proporsional. Sepatu hak tinggi berwarna hitam, dipadukan dengan rok ketat yang panjangnya hanya menutupi pantatnya saja, membuat kakinya yang ramping dan indah itu terlihat sepenuhnya.

Di bagian atas, wanita tersebut mengenakan setelan jas kecil yang pas di badan, yang tidak bisa menyembunyikan payudaranya yang membusung. Lengan bajunya sedikit tersingkap dan memperlihatkan jam tangan Charlotte yang dikenakannya. Dia benar-benar seorang wanita dewasa yang anggun.

Wanita itu hampir sesuai dengan fantasi para pria mengenai sosok wanita idaman.

Sekuat-kuatnya pertahanan diri Yoga, tetap saja dia tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa sedikit berdebar.

“Halo,” sapa Yoga.

Baru pada saat itulah Nadya mengalihkan pandangannya dari komputer ke Yoga.

Dia hanya melirik Yoga dengan acuh tak acuh dan berkata, “Kamu bisa pergi sekarang.”

Hmm?

Yoga merasa agak bingung. “Kenapa?”

Aku ini bosmu. Kamu ingin mengusir bosmu sendiri?

“Menurutmu, apa aku akan mempekerjakan orang yang nggak terawat sebagai sopir pribadi?” tanya Nadya.

Sopir? Sopir apa?

Baru kemudian Yoga menyadari jika Nadya sudah salah paham.

Namun, baru saja ingin menjelaskan, seorang sekretaris yang masih muda bergegas masuk ke dalam dengan napas tersengal-sengal. “Bu Nadya, ada masalah penting.”

Nadya tetap bersikap tenang. “Apa yang terjadi?”

“Terjadi kecelakaan dalam uji klinis Pil Penawar Kukila Emas. Subjek uji coba tiba-tiba menjadi syok dan mengalami koma. Nyawanya berada dalam bahaya,” jawab sekretaris tersebut.

“Apa?” Nadya langsung berdiri dengan gugup. “Ayo cepat kita ke sana!”

Mereka berdua buru-buru pergi dan mengabaikan Yoga.

Yoga juga tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerutkan kening.

Pil Penawar Kukila Emas adalah obat baru yang dikembangkan Yoga di perusahaan farmasi Kota Hansa, di luar negeri. Saat ini, pil tersebut sedang dalam tahap uji klinis.

Grup Magani juga merupakan salah satu tempat dilakukannya uji klinis pada Pil Penawar Kukila Emas.

Hasil uji coba Pil Penawar Kukila Emas di luar negeri hampir mendekati sempurna. Kenapa bisa terjadi masalah di Daruna?

Yoga buru-buru mengikuti mereka. Dia ingin mengetahui situasi masalah tersebut secara mendetail.

Laboratorium klinis dalam keadaan kacau balau.

Subjek uji coba, yang merupakan seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun, sudah sejak tadi mengalami syok dan tidak sadarkan diri. Sudut mulutnya tampak berbusa.

Ibu bocah laki-laki itu memeluk anaknya dan menangis sejadi-jadinya. Dia begitu berduka.

Ayah dari bocah laki-laki itu mengenakan setelan jas dan sepatu kulit. Penampilannya elegan. Dia tampak seperti orang yang terhormat.

Pria itu terlihat seperti seekor macan tutul yang sedang marah. Wajahnya pucat pasi. “Profesor Hendra, apa yang terjadi pada anakku? Jelaskan padaku. Kalau terjadi sesuatu pada anakku, aku akan membunuh kalian semua!”

Profesor Hendra yang berkacamata itu menarik napas dalam-dalam dan berpura-pura bersikap tenang. “Jangan khawatir, Pak Danu. Saya sudah meminta asisten saya untuk menyiapkan penawarnya. Saya yakin, penawar itu bisa menyembuhkannya.”

Pada saat yang bersamaan, Nadya tiba di tempat dan bertanya dengan cemas, “Apa yang terjadi, Profesor Hendra?”

Profesor Hendra adalah tokoh terkemuka di bidang obat-obatan di Negara Daruna. Dia dikenal dengan julukan, ‘Profesor Hendra di Selatan dan Profesor Adnan di Utara’. Nadya menghabiskan banyak uang untuk mempekerjakan Profesor Hendra. Dia bertanggung jawab atas uji klinis Pil Penawar Kukila Emas.

“Pada awal uji klinis, semuanya berjalan normal. Semua indikator di tubuh subjek menunjukkan peningkatan. Tapi, selang setengah jam kemudian, kondisi subjek tiba-tiba memburuk. Sekujur tubuhnya kejang-kejang dan keluar buih dari mulutnya. Dalam sekejap, dia mengalami syok dan kehilangan kesadaran,” jelas Profesor Hendra.

“Apa penyebabnya sudah diketahui?” tanya Nadya.

“Untuk sementara, penyebabnya masih belum jelas. Tapi, jelas terlihat kalau subjek mengalami gejala keracunan pada hati. Aku sudah menyuruh asistenku untuk menyiapkan penawarnya,” kata Profesor Hendra.

“Bagus!” Nadya berjalan menghampiri ibu dari bocah laki-laki tersebut. Dia menepuk pundak wanita itu untuk menenangkannya. “Jangan khawatir, Bu Danu. Kami pasti nggak akan …”

“Pergi dari sini!” Bu Danu memaki dengan keras dan menepis lengan Nadya, “Dengarkan aku, Nadya. Kalau terjadi sesuatu pada anakku, aku akan membunuh kalian semua!”

Nadya ketakutan mendengarnya.

Kata-kata tersebut bukan hanya sekadar ancaman belaka.

Ayah dari bocah laki-laki tersebut adalah Kepala Biro Kesehatan Kota Pawana. Kakek dan kakek buyut bocah itu bahkan memiliki jabatan di Departemen Kesehatan provinsi. Mereka memiliki pengaruh yang besar.

Satu kalimat saja dari mereka, benar-benar bisa membuat Nadya dan yang lainnya berada dalam kesulitan dan tidak ada jalan keluar.

“Obat penawarnya sudah siap.” Asisten Profesor Hendra menghampiri mereka sambil berlari-lari kecil. “Profesor Hendra, saya sudah menyiapkan obat penawarnya sesuai resep Anda.”

Nadya buru-buru berkata, “Cepat, cepat berikan obatnya pada pasien!”

Profesor Hendra menerima obat penawar tersebut dan bersiap memberikannya sendiri kepada pasien.

Pada saat itulah, terdengar suara yang asing. “Caramu mengobati penyakit ini salah. Aku sarankan padamu agar nggak memberikan obat itu pada pasien.”

Semuanya tercengang dan melihat ke arah suara tersebut.

Setelah menyadari jika wajah itu tidak mereka kenal, semua orang langsung menjadi bingung. Siapa dia? Kenapa dia ada di sini?

“Siapa kamu? Apa maksud ucapanmu tadi?” tanya Profesor Hendra dengan acuh tak acuh.

Wajah Nadya juga menjadi muram.

Dia tidak menyangka jika Yoga akan mengikutinya ke tempat ini. Nadya bahkan tidak menyangka jika Yoga berani membuat masalah.

Namun, sekarang jelas bukan waktu yang tepat untuk membuat perhitungan dengan Yoga.

“Nggak usah memedulikannya, Profesor Hendra. Berikan saja obat itu pada pasien,” kata Nadya. “Dia hanya datang kemari untuk melamar kerja sebagai sopir. Tapi, wawancaranya gagal. Nak, keluar sekarang juga! Atau aku akan menuntutmu secara hukum!”

Semua orang tercengang. Seorang sopir muda yang tidak diterima, tanpa diduga memberi arahan pada Profesor Hendra, yang merupakan ahli medis dan obat-obatan terkenal. Berani sekali dia melakukannya.

Profesor Hendra menatap tajam pada Yoga dan memakinya, “Dasar psikopat!”. Kemudian, dia memberikan obat itu kepada pasien.

Melihat si pasien meminum obat tersebut, Yoga menggelengkan kepalanya dan menghela napas.

Ayah dari bocah laki-laki itu, Danu Wirawan, khawatir jika Yoga kembali membuat masalah. Itu sebabnya, dia memperingatkan Yoga dengan tegas, “Anak muda, aku sarankan agar kamu pergi sekarang juga! Kalau kamu mengganggu pengobatan anakku, aku nggak akan pernah mengampunimu …”

Yoga tidak menghiraukannya dan malah menghitung mundur, “Sepuluh, sembilan, delapan …”

Semua orang bingung melihat perbuatannya yang aneh tersebut.

Related chapters

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 5

    Nadya akhirnya tidak tahan lagi. Dia berteriak dengan suara pelan, “Petugas keamanan, usir orang gila ini keluar!”“Baik.” Dua petugas keamanan berjalan mendekat dan ingin mengusir Yoga keluar.Sebelum mereka bisa melakukannya, Yoga sudah menghitung sampai angka ‘satu’.Begitu kata ‘satu’ terucap, tiba-tiba saja terjadi perubahan yang aneh.Bocah laki-laki itu membuka mulutnya dan memuntahkan darah kotor. Pada saat yang bersamaan, tubuhnya juga kejang-kejang dan mulutnya berbusa. Napasnya tersengal-sengal dan wajahnya menjadi pucat pasi.Adegan yang terjadi secara tiba-tiba itu, langsung membuat ibu si bocah laki-laki menangis. “Kamu kenapa, Nak? Jangan menakuti Ibu?”Danu sendiri juga takut dan bingung. “Profesor Hendra, apa yang terjadi? Ini … ini gejala normal, ‘kan? Tolong jelaskan padaku.”Profesor Hendra buru-buru memeriksa bocah tersebut. “Jangan khawatir, Pak Danu …”Setelah selesai memeriksa, Profesor Hendra menjadi pucat pasi. “Bagaimana ini bisa terjadi? Seharusnya ini nggak

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 6

    Setelah sepuluh detik yang menyiksa. Baru saja Yoga mengucapkan kata ‘satu’, pasien yang awalnya kehilangan vitalitas, tiba-tiba saja bangun dalam posisi setengah duduk. Kemudian, dia membuka mulutnya dan mengeluarkan banyak dahak kental.“Huaaaaa …” Tangisan anak itu bergema di laboratorium untuk waktu yang lama. Suaranya jelas, nyaring, dan bertenaga.Hidup!Benar-benar hidup!Terjadi keajaiban.Momen ini membuat semua orang bersemangat dan menjadi gembira.Ibu bocah laki-laki itu langsung menerjang dan memeluk anaknya sambil menangis, “Kamu sudah membuat Ibu takut setengah mati, Nak …”Danu juga merasa begitu emosional, hingga tidak bisa menahan diri. Dia menggenggam tangan Yoga dan berkata dengan suara tercekat, “Tuan Penolong, kamu adalah penyelamat keluarga Wirawan. Keluarga Wirawan berutang nyawa padamu. Aku … aku … bagaimana aku harus berterima kasih padamu?”Yoga menarik kembali tangannya. “Hanya masalah kecil.”Danu cepat-cepat mengeluarkan kartu namanya dan menyerahkannya ke

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 7

    Gatot menatap Yoga dengan tajam. “Hmph, anggap saja kamu sedang beruntung, Nak.”Pada saat yang bersamaan, ponsel Gatot berdering. Dia menjawab telepon tersebut. “Halo, Kak Bondan. Aku sudah sampai di perusahaan dan akan segera melakukan wawancara. Apa? Ada yang lebih dulu melamar sebagai sopir dan berhasil? Siapa? Yoga Kusuma? Si*lan, jangan-jangan Yoga si manusia tidak berguna itu?”Setelah menutup teleponnya, Bondan berlari beberapa langkah dan menghentikan Yoga. “Yoga, apa kamu datang kemari untuk ikut wawancara sebagai sopir?”Yoga menganggukkan kepalanya.Amarah Gatot langsung meledak. “Si*lan, berani-beraninya kamu merebut pekerjaanku. Nyalimu besar sekali! Undurkan diri sekarang juga. Serahkan pekerjaannya padaku. Kalau nggak, kamu akan menyesal.”Tika juga marah besar. “Dasar ber*ngsek! Apa kamu tahu, berapa banyak yang sudah kami lakukan untuk mendapatkan kesempatan kerja ini? Kamu sudah merusak rencana kami. Aku perintahkan padamu untuk segera berhenti kerja. Sekarang juga!”

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 8

    Nguunngg!Otak Karina langsung meledak.Ternyata Grup Magani benar-benar memasukkannya ke dalam daftar hitam.Entah berapa banyak usaha yang sudah dilakukannya, berapa banyak orang yang dihubunginya, dan berapa banyak koneksi yang dijalinnya untuk membangun hubungan kerja sama dengan Grup Magani.Sekarang, semua usaha dan pengorbanan yang dilakukan Karina tersebut sia-sia, hanya karena kata-kata yang diucapkan oleh Yoga.Yang paling penting, besok akan diadakan acara makan malam untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa. Grup Magani akan memilih tamu di antara para mitranya untuk menghadiri acara makan malam tersebut.Sekarang, Karina juga kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.Praktis, Yoga sudah menghancurkan hidup Karina.Karina tidak bisa menerima pukulan seperti itu. Dia langsung jatuh lemas.Setelah itu, dari pagi hingga matahari terbenam, Karina berbaring di tempat tidur dengan tatapan kosong. Dia tidak mau makan, minum, dan bicara.Karina benar-benar ti

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 9

    Orang yang kalian sanjung dan puji itu, tidak lebih dari sekadar cecunguk di mataku.Selain itu, ‘orang penting lainnya’ yang kamu maksud adalah aku.“Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, aku nggak pantas menerimanya. Seseorang mengundangku makan malam. Aku pergi dulu.” Yoga melangkah pergi.“Kamu …” Karina berkata dengan kesal. “Apa kamu akan terus menjadi sopir seumur hidup? Kamu nggak bisa jadi sukses, karena kamu nggak punya kemampuan!”Karina merasa sangat kecewa pada Yoga. Yoga, Yoga … kalau saja kamu sedikit saja seperti Reza, punya sedikit ambisi. Aku pasti nggak akan pernah menceraikanmu.Melihat Yoga pergi, Gatot merasa tidak tahan lagi. “Yoga, berhenti di situ! Apa aku mengizinkanmu untuk pergi?”Reza buru-buru menghalangi Gatot, “Biarkan saja dia pergi, Gatot. Nanti, kita adukan dia depan tiga orang penting itu. Aku jamin dia nggak akan punya tempat lagi di Kota Pawana ini.”Gatot langsung mengangguk setuju. “Kak Reza memang benar. Hmph, bukankah Yoga hanya mengandalkan sta

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 10

    Mereka bertiga tercengang. Pak Iwan mengira jika dirinya sudah salah mengerti. “Yoga, maksudmu kamu menyuruhku untuk minum?”Yoga menganggukkan kepalanya. “Harus minum tiga kali sehari. Nggak boleh kurang satu gelas pun.”Mitha langsung menjadi cemas. “Yoga, aku rasa kamu jelas-jelas nggak bermaksud baik. Dengan kondisi fisik kakekku, segelas alkohol saja mungkin bisa … apa yang sebenarnya kamu inginkan?”“Resep yang kuberikan seperti ini. Kalau nggak percaya, nggak perlu meminumnya,” kata Yoga.“Aku percaya!” Pak Iwan mengambil gelas anggurnya dan langsung meminumnya sekaligus. Mitha tidak kuasa untuk menghentikannya, meski dia sebenarnya ingin melakukannya.Mitha tercengang dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia berkata, “Kek, Kakek … Kakek sedang kacau. Begitu banyak dokter terkenal yang menyuruh Kakek untuk nggak minum alkohol, tapi Kakek malah melupakannya. Cepat, cepat telepon ambulans! Pergi ke rumah sakit dan pompa perutnya.”Mitha mengeluarkan ponselnya dengan gugup dan ingin m

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 11

    “Baik, Baik.”Reza menguatkan diri untuk berjalan menghampiri Yoga dan menuangkan segelas penuh anggur untuknya. “Pak … Yoga, aku … aku akan bersulang tiga gelas anggur untuk menghormatimu.”Yoga bahkan sama sekali tidak melihat ke arah Reza. “Aku nggak minum.”Reza merasa malu dan tidak enak hati. “Kalau … kalau begitu, aku akan minum tiga gelas ini sendiri. Anggap saja aku melakukannya untuk menghormati Pak Yoga.”Reza menenggak tiga gelas berturut-turut. Kemudian, dia kembali bersulang untuk Danu dan Pak Iwan.Selanjutnya giliran Karina.Karina merasa otaknya kacau. Dia berjalan menghampiri Yoga. Beberapa kali dia mencoba mengatakan sesuatu, tetapi merasa ragu.Karina bahkan tidak berani menatap Yoga.Setelah beberapa saat, akhirnya Karina berkata dengan suara pelan, “Pak … Yoga, aku … aku bersulang tiga gelas anggur untukmu.”Oh!Yoga menghela napas.Dia selalu merasa tidak tega melihat Karina berada dalam kesulitan.Siapa yang sudah membuat Karina menemani dirinya melalui masa-mas

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 12

    “Nggak mau menyerah? Ayo pukul aku!” kata Bondan dengan sombong. “Kita lihat siapa yang pukulannya lebih keras.”“Oke.” Yoga melepas jaketnya. “Aku akan memenuhi keinginanmu.”Mereka berdua siap untuk berkelahi.“Berhenti!” Pada saat yang kritis seperti itu, terdengar suara Nadya. Dia buru-buru datang mendekat. Melihat keadaan Yoga yang berantakan, Nadya pun mengerutkan kening. “Apa yang terjadi?”“Nggak ada apa-apa.” Bondan tersenyum dan berkata. “Adik pegawai baru ini nggak sengaja menumpahkan sendiri sarapannya. Aku hanya membantunya bersih-bersih.”“Oh.” Nadya menganggukkan kepalanya sambil berpikir. “Lain kali hati-hati.”Yoga menghela napas. Nadya jelas-jelas melihat jika Bondan sengaja mencari gara-gara. Namun, dia masih pura-pura tidak tahu.Bagaimana bisa seorang presdir yang terhormat takut pada karyawannya sendiri seperti ini?Sudahlah, siapa suruh aku menerima gaji darimu? Hari ini, aku akan membantumu memberi pelajaran pada karyawanmu ini.Yoga pun menampar wajah Bondan de

    Last Updated : 2023-12-28

Latest chapter

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1177

    "Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1176

    Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1175

    Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1174

    Yoga menatap Sutrisno dengan ekspresi yang makin aneh. Wajahnya memancarkan campuran rasa bingung dan canggung. Lukisan Masa Pijat? Apakah dua orang senior itu benar-benar melakukan hal yang sekeren itu?Dengan ekspresi muram, Winola berucap dengan nada dingin, "Itu namanya Lukisan Masa Depan! Bukan masa pijat. Lukisan Masa Pijat cuma trik pemasaran dari tempat-tempat pijat itu.""Oh, begitu ya? Aku benar-benar nggak tahu soal itu," jawab Sutrisno dengan raut rajah kebingungan."Kamu diam saja dulu!" seru Yoga yang memberi Sutrisno tatapan tajam. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapannya."Lukisan Masa Depan adalah karya mereka berdua. Itu adalah 60 gambar yang meramalkan masa depan. Banyak di antaranya telah terbukti benar-benar terjadi," jelas Winola.Winola menambahkan, "Mereka bahkan menyatakan bahwa sejarah manusia akhirnya akan menuju dunia yang damai, di mana nggak ada lagi perbedaan antara hitam dan putih, utara dan selatan, kota dan desa, aku dan kamu. Semuanya akan bersatu dal

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1173

    Aura kuat yang terpancar dari sosok itu membuat ketiga orang tersebut merasakan getaran dalam hati mereka. Orang itu berada di posisi yang jauh lebih tinggi, bahkan jauh di atas mereka semua.Yoga menatap bayangan itu dengan rasa penasaran yang makin besar. Dia mengerucutkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah sosok tersebut dan bertanya dengan penasaran, "Ini ... bukannya ... Tuan Bimo?""Betul sekali!" Winola dan Sutrisno mengangguk bersamaan dengan ekspresi serius.Yoga tiba-tiba menyadarinya. Tidak heran sosok itu terlihat sangat familier. Ternyata, yang tergambar di lukisan itu adalah Bimo. Seribu tahun yang lalu, orang tua ini ternyata begitu terkenal?Yoga meledek, "Lihatlah, begitulah penampilanmu dalam catatan sejarah. Bikin iri deh."Bimo menimpali dengan bangga, "Sekarang, kamu baru sadar lagi berhadapan sama tokoh yang begitu luar biasa, 'kan?"Namun, Yoga langsung membalas, "Tapi ujung-ujungnya tetap kalah, 'kan?"Bimo kehabisan kata-kata. Sebuah kalimat dari Yoga langsung mem

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1172

    "Apa?" tanya Yoga yang terkejut. Dia memandang kedua orang itu dengan tatapan kosong.Sutrisno membalas dengan bingung, "Kamu nggak tahu?""Apa aku seharusnya tahu?" ucap Yoga sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merasa bingung sekaligus tak berdaya. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang semua ini."Nggak aneh. Hal-hal ini cuma disebutkan di dunia kultivator kuno. Di dunia bela diri kuno, hanya sekte-sekte besar yang punya catatan tentangnya," jelas Winola dengan ekspresi serius dan suara berat."Coba aku lihat!" ucap Yoga. Dia menjadi tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Dia langsung menatap lukisan di dinding dan mulai memeriksanya. Gambar-gambar itu terpahat dengan sangat hidup, meskipun lebih menyerupai fragmen-fragmen peristiwa yang tidak saling berhubungan."Ada yang bisa menjelaskan ini?" tanya Yoga sambil menoleh ke arah keduanya."Biar aku saja!" Sutrisno segera maju, lalu menunjuk gambar pertama dan mulai menjelaskannya kepada Yoga, "Gambar pertama ini menunjukkan awa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1171

    "Apa!" Farel luar biasa terkejut. Matanya dipenuhi rasa tak percaya. Mana mungkin? Anak ini ternyata sekuat itu? Hanya dengan satu serangan?Akan tetapi, Farel tidak mau mengakui kekalahan. Tatapan dinginnya menyapu ke arah Winola dan Sutrisno. Kalau memang harus menghabisi mereka, semuanya harus mati!"Nggak akan ada yang keluar hidup-hidup dari sini hari ini!" ucap Farel dengan dingin.Seketika, Farel bergerak. Dia mengulurkan tangannya dari kejauhan. Kekuatan yang luar biasa tiba-tiba meledak, lalu langsung menarik Winola dan Sutrisno ke arahnya.Berhubung kekuatan mereka tidak cukup, keduanya dengan mudah diseret mendekat. Farel mencengkeram leher mereka dengan kuat. Meski terus meronta, mereka sama sekali tidak bisa melepaskan diri."Yoga, aku mau lihat, apa kamu akan memilih untuk menyelamatkan mereka!" ucap Farel sambil tertawa keras, lalu melemparkan keduanya dengan kasar.Winola dan Sutrisno dilemparkan ke dalam lubang besar. Mereka langsung menuju kumpulan pasukan tengkorak y

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1170

    Pasukan prajurit tengkorak bergerak serempak dan menciptakan kegemparan besar di seluruh ruangan. Mereka memegang pedang panjang dan senjata tajam, lalu menyerbu ke arah semua orang.Farel dan kelompoknya yang merupakan para kultivator prajurit, tentu tidak takut. Mereka segera terjun ke dalam pertempuran.Seseorang berseru kaget, "Aneh, makhluk-makhluk ini ternyata punya kekuatan setara sama kultivator dasar. Di luar nalar banget!"Orang lain bertanya dengan penuh takjub, "Ada begitu banyak kultivator dari dunia bela diri kuno mati di sini? Siapa sebenarnya yang melakukan ini?"Para prajurit tengkorak itu terus ditumbangkan satu per satu oleh kelompok Farel. Pada awalnya, mereka terlihat seperti mampu mengalahkan para tengkorak itu dengan mudah. Namun, jumlah tengkorak yang sangat banyak mulai menjadi masalah."Astaga! Apa yang sebenarnya terjadi? Tengkorak-tengkorak ini bisa kembali ke bentuk semula!" seru salah satu orang dengan wajah pucat ketakutan.Semua kultivator prajurit di te

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1169

    "Apa kita sudah memicu jebakannya?" kata salah seorang lagi dengan cemas dan ragu.Saat ini, semua orang cemas karena merasa ada sesuatu yang tidak beres.Namun, raksa yang mengalir di langit itu hanya berkumpul dan mengisi lengkungan karena mutiara bercahaya yang tercabut saja. Setelah itu, raksanya tidak mengalir lagi."Sepertinya nggak ada apa-apa lagi. Syukurlah," kata salah seorang sambil menghela napas lega."Ayo pergi," kata Farel sambil mengernyitkan alis dan berusaha menahan amarahnya. Semua ini karena sekelompok sampah ini, sehingga jebakannya terpicu. Jika seluruh istana ini dipenuhi dengan raksa, mereka akan mati. Namun, sekarang yang paling penting adalah segera mencari harta karun itu.Semua orang segera melanjutkan perjalanan dengan langkah yang terburu-buru. Namun, mereka mendengar ada suara langkah kaki lainnya di tempat itu. Seorang kultivator prajurit memiliki indra yang lebih tajam, sehingga mereka bisa mendengar lebih banyak suara di ruangan tertutup seperti ini."

DMCA.com Protection Status