Share

Bab 4

Penulis: Vodka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Baru setelah suara deru mobil tersebut benar-benar menghilang, mereka bertiga akhirnya kembali ke akal sehatnya.

Ambar menelan ludah dengan marah. “Karina, menurutmu manusia nggak berguna … Bagaimana Yoga bisa menyalakan mobil mewah itu? Dia nggak mungkin pemilik LaFellalio, Raja Agoy yang Perkasa itu, ‘kan?”

Pada saat ini, yang terpikir di benak Ambar hanya satu hal saja.

Jika Yoga benar-benar Raja Agoy yang Perkasa, tanpa keraguan sedikit pun, dia pasti akan menyuruh putrinya untuk rujuk kembali dengan Yoga.

Sekalipun Ambar harus bersujud dan meminta maaf kepada Yoga, semua itu tidak masalah baginya.

Apa kalian bercanda? Yoga adalah Dewa Kekayaan. Bagaimana mungkin melepaskannya begitu saja?

Perasaan Karina campur aduk tidak karuan. “Aku … aku nggak tahu.”

Jika Yoga benar-benar Raja Agoy yang Perkasa, takdir betul-betul sudah mempermainkannya.

Karina begitu mengagumi Raja Agoy yang Perkasa sepanjang waktu. Dia memimpikan bisa bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.

Namun, Raja Agoy yang Perkasa ternyata adalah orang yang dekat dengan Karina. Bahkan, mereka juga tinggal di bawah satu atap.

Benar-benar lelucon yang paling konyol di dunia.

Reza tidak bisa menerimanya. Dia mencoba membela diri dengan berkata, “Bibi, Karina, jangan sampai kalian tertipu sama Yoga. Yoga itu orang yang nggak berguna. Dia bahkan nggak pantas untuk menjilat sepatu Raja Agoy yang Perkasa. Pasti ada kesalahpahaman di sini. Kalian tenang saja. Aku pasti akan menyelidiki masalah ini sampai tuntas.”

Karina dan ibunya mengangguk. Mereka pura-pura setuju. Namun, dalam hati mereka berpikiran lain.

Di sisi lain, Yoga mengemudikan mobilnya dengan begitu cepat. Dalam sekejap saja, dia sudah sampai di Grup Magani.

Gedung perkantoran Grup Magani sangat megah. Bangunannya memadukan elemen timur dan barat. Gedung tersebut menjadi tenggara di kota ini.

“Permisi, Anda ingin mencari siapa?” tanya resepsionis.

“Aku mencari Nadya Wibowo. Bu Nadya,” jawab Yoga.

“Silakan Anda belok kanan, lalu naik ke lantai paling atas menuju kantor presdir,” ujar resepsionis.

“Terima kasih.”

Yoga masuk ke dalam lift.

Resepsionis tersebut bergumam dengan suara pelan, “Bu Nadya benar-benar aneh. Hanya masalah merekrut sopir saja, perlukah mewawancarainya sendiri?”

Resepsionis tersebut mengira jika Yoga adalah orang yang sedang melamar pekerjaan sebagai sopir.

Petugas keamanan di sampingnya menjelaskan, “Aku dengar Bu Nadya sedang merekrut sopir untuk Raja Agoy yang Perkasa. Tentu saja, dia harus mewawancarainya sendiri.”

Resepsionis itu pun memahaminya.

Dalam sekejap, Yoga sudah sampai di lantai paling atas, di kantor presdir.

Dia mengetuk pintu. Dari balik pintu terdengar suara wanita yang lembut dan merdu, “Masuklah.”

Yoga mendorong pintu dan masuk ke dalam. Sesosok wanita yang begitu cantik memesona langsung muncul di depan matanya.

Tinggi wanita itu kira-kira 178 cm. Tubuhnya ramping dan proporsional. Sepatu hak tinggi berwarna hitam, dipadukan dengan rok ketat yang panjangnya hanya menutupi pantatnya saja, membuat kakinya yang ramping dan indah itu terlihat sepenuhnya.

Di bagian atas, wanita tersebut mengenakan setelan jas kecil yang pas di badan, yang tidak bisa menyembunyikan payudaranya yang membusung. Lengan bajunya sedikit tersingkap dan memperlihatkan jam tangan Charlotte yang dikenakannya. Dia benar-benar seorang wanita dewasa yang anggun.

Wanita itu hampir sesuai dengan fantasi para pria mengenai sosok wanita idaman.

Sekuat-kuatnya pertahanan diri Yoga, tetap saja dia tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa sedikit berdebar.

“Halo,” sapa Yoga.

Baru pada saat itulah Nadya mengalihkan pandangannya dari komputer ke Yoga.

Dia hanya melirik Yoga dengan acuh tak acuh dan berkata, “Kamu bisa pergi sekarang.”

Hmm?

Yoga merasa agak bingung. “Kenapa?”

Aku ini bosmu. Kamu ingin mengusir bosmu sendiri?

“Menurutmu, apa aku akan mempekerjakan orang yang nggak terawat sebagai sopir pribadi?” tanya Nadya.

Sopir? Sopir apa?

Baru kemudian Yoga menyadari jika Nadya sudah salah paham.

Namun, baru saja ingin menjelaskan, seorang sekretaris yang masih muda bergegas masuk ke dalam dengan napas tersengal-sengal. “Bu Nadya, ada masalah penting.”

Nadya tetap bersikap tenang. “Apa yang terjadi?”

“Terjadi kecelakaan dalam uji klinis Pil Penawar Kukila Emas. Subjek uji coba tiba-tiba menjadi syok dan mengalami koma. Nyawanya berada dalam bahaya,” jawab sekretaris tersebut.

“Apa?” Nadya langsung berdiri dengan gugup. “Ayo cepat kita ke sana!”

Mereka berdua buru-buru pergi dan mengabaikan Yoga.

Yoga juga tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerutkan kening.

Pil Penawar Kukila Emas adalah obat baru yang dikembangkan Yoga di perusahaan farmasi Kota Hansa, di luar negeri. Saat ini, pil tersebut sedang dalam tahap uji klinis.

Grup Magani juga merupakan salah satu tempat dilakukannya uji klinis pada Pil Penawar Kukila Emas.

Hasil uji coba Pil Penawar Kukila Emas di luar negeri hampir mendekati sempurna. Kenapa bisa terjadi masalah di Daruna?

Yoga buru-buru mengikuti mereka. Dia ingin mengetahui situasi masalah tersebut secara mendetail.

Laboratorium klinis dalam keadaan kacau balau.

Subjek uji coba, yang merupakan seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun, sudah sejak tadi mengalami syok dan tidak sadarkan diri. Sudut mulutnya tampak berbusa.

Ibu bocah laki-laki itu memeluk anaknya dan menangis sejadi-jadinya. Dia begitu berduka.

Ayah dari bocah laki-laki itu mengenakan setelan jas dan sepatu kulit. Penampilannya elegan. Dia tampak seperti orang yang terhormat.

Pria itu terlihat seperti seekor macan tutul yang sedang marah. Wajahnya pucat pasi. “Profesor Hendra, apa yang terjadi pada anakku? Jelaskan padaku. Kalau terjadi sesuatu pada anakku, aku akan membunuh kalian semua!”

Profesor Hendra yang berkacamata itu menarik napas dalam-dalam dan berpura-pura bersikap tenang. “Jangan khawatir, Pak Danu. Saya sudah meminta asisten saya untuk menyiapkan penawarnya. Saya yakin, penawar itu bisa menyembuhkannya.”

Pada saat yang bersamaan, Nadya tiba di tempat dan bertanya dengan cemas, “Apa yang terjadi, Profesor Hendra?”

Profesor Hendra adalah tokoh terkemuka di bidang obat-obatan di Negara Daruna. Dia dikenal dengan julukan, ‘Profesor Hendra di Selatan dan Profesor Adnan di Utara’. Nadya menghabiskan banyak uang untuk mempekerjakan Profesor Hendra. Dia bertanggung jawab atas uji klinis Pil Penawar Kukila Emas.

“Pada awal uji klinis, semuanya berjalan normal. Semua indikator di tubuh subjek menunjukkan peningkatan. Tapi, selang setengah jam kemudian, kondisi subjek tiba-tiba memburuk. Sekujur tubuhnya kejang-kejang dan keluar buih dari mulutnya. Dalam sekejap, dia mengalami syok dan kehilangan kesadaran,” jelas Profesor Hendra.

“Apa penyebabnya sudah diketahui?” tanya Nadya.

“Untuk sementara, penyebabnya masih belum jelas. Tapi, jelas terlihat kalau subjek mengalami gejala keracunan pada hati. Aku sudah menyuruh asistenku untuk menyiapkan penawarnya,” kata Profesor Hendra.

“Bagus!” Nadya berjalan menghampiri ibu dari bocah laki-laki tersebut. Dia menepuk pundak wanita itu untuk menenangkannya. “Jangan khawatir, Bu Danu. Kami pasti nggak akan …”

“Pergi dari sini!” Bu Danu memaki dengan keras dan menepis lengan Nadya, “Dengarkan aku, Nadya. Kalau terjadi sesuatu pada anakku, aku akan membunuh kalian semua!”

Nadya ketakutan mendengarnya.

Kata-kata tersebut bukan hanya sekadar ancaman belaka.

Ayah dari bocah laki-laki tersebut adalah Kepala Biro Kesehatan Kota Pawana. Kakek dan kakek buyut bocah itu bahkan memiliki jabatan di Departemen Kesehatan provinsi. Mereka memiliki pengaruh yang besar.

Satu kalimat saja dari mereka, benar-benar bisa membuat Nadya dan yang lainnya berada dalam kesulitan dan tidak ada jalan keluar.

“Obat penawarnya sudah siap.” Asisten Profesor Hendra menghampiri mereka sambil berlari-lari kecil. “Profesor Hendra, saya sudah menyiapkan obat penawarnya sesuai resep Anda.”

Nadya buru-buru berkata, “Cepat, cepat berikan obatnya pada pasien!”

Profesor Hendra menerima obat penawar tersebut dan bersiap memberikannya sendiri kepada pasien.

Pada saat itulah, terdengar suara yang asing. “Caramu mengobati penyakit ini salah. Aku sarankan padamu agar nggak memberikan obat itu pada pasien.”

Semuanya tercengang dan melihat ke arah suara tersebut.

Setelah menyadari jika wajah itu tidak mereka kenal, semua orang langsung menjadi bingung. Siapa dia? Kenapa dia ada di sini?

“Siapa kamu? Apa maksud ucapanmu tadi?” tanya Profesor Hendra dengan acuh tak acuh.

Wajah Nadya juga menjadi muram.

Dia tidak menyangka jika Yoga akan mengikutinya ke tempat ini. Nadya bahkan tidak menyangka jika Yoga berani membuat masalah.

Namun, sekarang jelas bukan waktu yang tepat untuk membuat perhitungan dengan Yoga.

“Nggak usah memedulikannya, Profesor Hendra. Berikan saja obat itu pada pasien,” kata Nadya. “Dia hanya datang kemari untuk melamar kerja sebagai sopir. Tapi, wawancaranya gagal. Nak, keluar sekarang juga! Atau aku akan menuntutmu secara hukum!”

Semua orang tercengang. Seorang sopir muda yang tidak diterima, tanpa diduga memberi arahan pada Profesor Hendra, yang merupakan ahli medis dan obat-obatan terkenal. Berani sekali dia melakukannya.

Profesor Hendra menatap tajam pada Yoga dan memakinya, “Dasar psikopat!”. Kemudian, dia memberikan obat itu kepada pasien.

Melihat si pasien meminum obat tersebut, Yoga menggelengkan kepalanya dan menghela napas.

Ayah dari bocah laki-laki itu, Danu Wirawan, khawatir jika Yoga kembali membuat masalah. Itu sebabnya, dia memperingatkan Yoga dengan tegas, “Anak muda, aku sarankan agar kamu pergi sekarang juga! Kalau kamu mengganggu pengobatan anakku, aku nggak akan pernah mengampunimu …”

Yoga tidak menghiraukannya dan malah menghitung mundur, “Sepuluh, sembilan, delapan …”

Semua orang bingung melihat perbuatannya yang aneh tersebut.

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 5

    Nadya akhirnya tidak tahan lagi. Dia berteriak dengan suara pelan, “Petugas keamanan, usir orang gila ini keluar!”“Baik.” Dua petugas keamanan berjalan mendekat dan ingin mengusir Yoga keluar.Sebelum mereka bisa melakukannya, Yoga sudah menghitung sampai angka ‘satu’.Begitu kata ‘satu’ terucap, tiba-tiba saja terjadi perubahan yang aneh.Bocah laki-laki itu membuka mulutnya dan memuntahkan darah kotor. Pada saat yang bersamaan, tubuhnya juga kejang-kejang dan mulutnya berbusa. Napasnya tersengal-sengal dan wajahnya menjadi pucat pasi.Adegan yang terjadi secara tiba-tiba itu, langsung membuat ibu si bocah laki-laki menangis. “Kamu kenapa, Nak? Jangan menakuti Ibu?”Danu sendiri juga takut dan bingung. “Profesor Hendra, apa yang terjadi? Ini … ini gejala normal, ‘kan? Tolong jelaskan padaku.”Profesor Hendra buru-buru memeriksa bocah tersebut. “Jangan khawatir, Pak Danu …”Setelah selesai memeriksa, Profesor Hendra menjadi pucat pasi. “Bagaimana ini bisa terjadi? Seharusnya ini nggak

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 6

    Setelah sepuluh detik yang menyiksa. Baru saja Yoga mengucapkan kata ‘satu’, pasien yang awalnya kehilangan vitalitas, tiba-tiba saja bangun dalam posisi setengah duduk. Kemudian, dia membuka mulutnya dan mengeluarkan banyak dahak kental.“Huaaaaa …” Tangisan anak itu bergema di laboratorium untuk waktu yang lama. Suaranya jelas, nyaring, dan bertenaga.Hidup!Benar-benar hidup!Terjadi keajaiban.Momen ini membuat semua orang bersemangat dan menjadi gembira.Ibu bocah laki-laki itu langsung menerjang dan memeluk anaknya sambil menangis, “Kamu sudah membuat Ibu takut setengah mati, Nak …”Danu juga merasa begitu emosional, hingga tidak bisa menahan diri. Dia menggenggam tangan Yoga dan berkata dengan suara tercekat, “Tuan Penolong, kamu adalah penyelamat keluarga Wirawan. Keluarga Wirawan berutang nyawa padamu. Aku … aku … bagaimana aku harus berterima kasih padamu?”Yoga menarik kembali tangannya. “Hanya masalah kecil.”Danu cepat-cepat mengeluarkan kartu namanya dan menyerahkannya ke

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 7

    Gatot menatap Yoga dengan tajam. “Hmph, anggap saja kamu sedang beruntung, Nak.”Pada saat yang bersamaan, ponsel Gatot berdering. Dia menjawab telepon tersebut. “Halo, Kak Bondan. Aku sudah sampai di perusahaan dan akan segera melakukan wawancara. Apa? Ada yang lebih dulu melamar sebagai sopir dan berhasil? Siapa? Yoga Kusuma? Si*lan, jangan-jangan Yoga si manusia tidak berguna itu?”Setelah menutup teleponnya, Bondan berlari beberapa langkah dan menghentikan Yoga. “Yoga, apa kamu datang kemari untuk ikut wawancara sebagai sopir?”Yoga menganggukkan kepalanya.Amarah Gatot langsung meledak. “Si*lan, berani-beraninya kamu merebut pekerjaanku. Nyalimu besar sekali! Undurkan diri sekarang juga. Serahkan pekerjaannya padaku. Kalau nggak, kamu akan menyesal.”Tika juga marah besar. “Dasar ber*ngsek! Apa kamu tahu, berapa banyak yang sudah kami lakukan untuk mendapatkan kesempatan kerja ini? Kamu sudah merusak rencana kami. Aku perintahkan padamu untuk segera berhenti kerja. Sekarang juga!”

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 8

    Nguunngg!Otak Karina langsung meledak.Ternyata Grup Magani benar-benar memasukkannya ke dalam daftar hitam.Entah berapa banyak usaha yang sudah dilakukannya, berapa banyak orang yang dihubunginya, dan berapa banyak koneksi yang dijalinnya untuk membangun hubungan kerja sama dengan Grup Magani.Sekarang, semua usaha dan pengorbanan yang dilakukan Karina tersebut sia-sia, hanya karena kata-kata yang diucapkan oleh Yoga.Yang paling penting, besok akan diadakan acara makan malam untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa. Grup Magani akan memilih tamu di antara para mitranya untuk menghadiri acara makan malam tersebut.Sekarang, Karina juga kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.Praktis, Yoga sudah menghancurkan hidup Karina.Karina tidak bisa menerima pukulan seperti itu. Dia langsung jatuh lemas.Setelah itu, dari pagi hingga matahari terbenam, Karina berbaring di tempat tidur dengan tatapan kosong. Dia tidak mau makan, minum, dan bicara.Karina benar-benar ti

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 9

    Orang yang kalian sanjung dan puji itu, tidak lebih dari sekadar cecunguk di mataku.Selain itu, ‘orang penting lainnya’ yang kamu maksud adalah aku.“Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, aku nggak pantas menerimanya. Seseorang mengundangku makan malam. Aku pergi dulu.” Yoga melangkah pergi.“Kamu …” Karina berkata dengan kesal. “Apa kamu akan terus menjadi sopir seumur hidup? Kamu nggak bisa jadi sukses, karena kamu nggak punya kemampuan!”Karina merasa sangat kecewa pada Yoga. Yoga, Yoga … kalau saja kamu sedikit saja seperti Reza, punya sedikit ambisi. Aku pasti nggak akan pernah menceraikanmu.Melihat Yoga pergi, Gatot merasa tidak tahan lagi. “Yoga, berhenti di situ! Apa aku mengizinkanmu untuk pergi?”Reza buru-buru menghalangi Gatot, “Biarkan saja dia pergi, Gatot. Nanti, kita adukan dia depan tiga orang penting itu. Aku jamin dia nggak akan punya tempat lagi di Kota Pawana ini.”Gatot langsung mengangguk setuju. “Kak Reza memang benar. Hmph, bukankah Yoga hanya mengandalkan sta

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 10

    Mereka bertiga tercengang. Pak Iwan mengira jika dirinya sudah salah mengerti. “Yoga, maksudmu kamu menyuruhku untuk minum?”Yoga menganggukkan kepalanya. “Harus minum tiga kali sehari. Nggak boleh kurang satu gelas pun.”Mitha langsung menjadi cemas. “Yoga, aku rasa kamu jelas-jelas nggak bermaksud baik. Dengan kondisi fisik kakekku, segelas alkohol saja mungkin bisa … apa yang sebenarnya kamu inginkan?”“Resep yang kuberikan seperti ini. Kalau nggak percaya, nggak perlu meminumnya,” kata Yoga.“Aku percaya!” Pak Iwan mengambil gelas anggurnya dan langsung meminumnya sekaligus. Mitha tidak kuasa untuk menghentikannya, meski dia sebenarnya ingin melakukannya.Mitha tercengang dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia berkata, “Kek, Kakek … Kakek sedang kacau. Begitu banyak dokter terkenal yang menyuruh Kakek untuk nggak minum alkohol, tapi Kakek malah melupakannya. Cepat, cepat telepon ambulans! Pergi ke rumah sakit dan pompa perutnya.”Mitha mengeluarkan ponselnya dengan gugup dan ingin m

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 11

    “Baik, Baik.”Reza menguatkan diri untuk berjalan menghampiri Yoga dan menuangkan segelas penuh anggur untuknya. “Pak … Yoga, aku … aku akan bersulang tiga gelas anggur untuk menghormatimu.”Yoga bahkan sama sekali tidak melihat ke arah Reza. “Aku nggak minum.”Reza merasa malu dan tidak enak hati. “Kalau … kalau begitu, aku akan minum tiga gelas ini sendiri. Anggap saja aku melakukannya untuk menghormati Pak Yoga.”Reza menenggak tiga gelas berturut-turut. Kemudian, dia kembali bersulang untuk Danu dan Pak Iwan.Selanjutnya giliran Karina.Karina merasa otaknya kacau. Dia berjalan menghampiri Yoga. Beberapa kali dia mencoba mengatakan sesuatu, tetapi merasa ragu.Karina bahkan tidak berani menatap Yoga.Setelah beberapa saat, akhirnya Karina berkata dengan suara pelan, “Pak … Yoga, aku … aku bersulang tiga gelas anggur untukmu.”Oh!Yoga menghela napas.Dia selalu merasa tidak tega melihat Karina berada dalam kesulitan.Siapa yang sudah membuat Karina menemani dirinya melalui masa-mas

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 12

    “Nggak mau menyerah? Ayo pukul aku!” kata Bondan dengan sombong. “Kita lihat siapa yang pukulannya lebih keras.”“Oke.” Yoga melepas jaketnya. “Aku akan memenuhi keinginanmu.”Mereka berdua siap untuk berkelahi.“Berhenti!” Pada saat yang kritis seperti itu, terdengar suara Nadya. Dia buru-buru datang mendekat. Melihat keadaan Yoga yang berantakan, Nadya pun mengerutkan kening. “Apa yang terjadi?”“Nggak ada apa-apa.” Bondan tersenyum dan berkata. “Adik pegawai baru ini nggak sengaja menumpahkan sendiri sarapannya. Aku hanya membantunya bersih-bersih.”“Oh.” Nadya menganggukkan kepalanya sambil berpikir. “Lain kali hati-hati.”Yoga menghela napas. Nadya jelas-jelas melihat jika Bondan sengaja mencari gara-gara. Namun, dia masih pura-pura tidak tahu.Bagaimana bisa seorang presdir yang terhormat takut pada karyawannya sendiri seperti ini?Sudahlah, siapa suruh aku menerima gaji darimu? Hari ini, aku akan membantumu memberi pelajaran pada karyawanmu ini.Yoga pun menampar wajah Bondan de

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1110

    Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1109

    Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1108

    Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1107

    Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1106

    Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1105

    Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1104

    "Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1103

    Yoga menginjak pria itu sambil menatapnya dengan dingin. Jika dia mengerahkan sedikit tenaganya, tubuh orang ini akan luluh lantak di tanah."Aku datang sendiri, nggak ada yang mengutusku," ucap pria itu dengan gugup."Oke, mana adikku?" tanya Yoga lagi."Di parit sana, aku nggak menyentuhnya," jelas pria itu dengan cepat.Yoga mengangkat pria itu dengan satu tangan dan melangkah menuju parit. Tak lama, dia menemukan Lili di sana dalam keadaan terikat."Uhmm ... uhm!" Mulut Lili disumpal kain. Begitu melihat Yoga, dia terlihat sangat gembira."Jangan takut. Selama aku di sini, kamu nggak akan kenapa-kenapa," hibur Yoga sambil mengambil kain yang menyumpal mulut Lili dan melepas ikatan talinya."Kak, kukira aku nggak akan pernah bertemu denganmu lagi. Huhuhu ...," kata Lili sambil berlinang air mata.Yoga membelai rambut adiknya. Matanya berkilat dingin saat dia bertanya pada pria di tanah, "Katakan, apa tujuanmu?""Aku dengar kalau Pil Ketenangan Jiwa menyimpan rahasia untuk menguasai

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1102

    Dalam sekejap, Yoga sudah tiba di mal.Setelah menemukan toko yang disebut, Yoga melihat Karina yang sedang menangis di tempat duduk. Begitu melihat Yoga, Karina langsung menerjang ke arahnya sambil terisak-isak."Hiks, hiks. Aku nggak tahu apa yang terjadi. Dia menghilang di kamar pas. Aku nggak menemukannya di mana-mana, dia nggak ada di mal ini!" Karina menangis tersedu-sedu di pelukan Yoga."Jangan khawatir. Aku sudah di sini, 'kan? Serahkan saja padaku." Yoga menghibur. Dia tidak percaya bahwa manusia dapat menghilang begitu saja di hadapannya."Um. Kamu harus menemukan Lili!" ujar Karina dengan merasa bersalah sambil mengusap matanya.Setelahnya, Yoga pun pergi ke kamar pas yang dimaksud dan mulai memeriksa tempat itu. Tidak ada bekas perlawanan, jadi adiknya pasti bukan diculik.Namun, Yoga merasa bingung harus memeriksanya dari mana karena kamar pas yang kosong melompong itu juga tidak memiliki kamera pengawas."Kamu sudah mencari di seluruh mal?" Yoga memastikan sekali lagi."

DMCA.com Protection Status