Share

Bab 473

Penulis: Vodka
"Cepat buang semua anggota Geng Azamat ke sungai!" perintah Agra.

Ekspresi Naga Air tampak dipenuhi keputusasaan. Dia menatap Yoga untuk memohon, "Pak Yoga, tolong bantu aku. Asalkan kamu menolong mereka, aku akan menuruti semua perintahmu mulai sekarang."

Agra melirik Yoga sambil berujar, "Oh, ternyata masih ada yang ketinggalan. Cepat tangkap dia! Dia juga harus dilempar ke sungai."

Bilal yang bertubuh kekar dan bertato berkata, "Serahkan saja kepadaku."

Agra mengangguk dan berpesan, "Akhiri semua ini secepat mungkin."

"Oke!" Bilal menghampiri Yoga, lalu mengarahkan pistol ke kepalanya dan mengejek, "Hehe. Siapa suruh kamu sombong? Ayo, perlihatkan kemampuanmu kepadaku. Kenapa memangnya kalau kamu mengenal Naga Air? Di depan Balai Perwira, kamu cuma pecundang."

"Mulutmu benar-benar busuk!" Seusai melontarkan itu, Yoga bertindak. Dia meraih tangan Bilal dan menekannya sedikit.

Krek, krek, krek! Tulang lengan Bilal sontak hancur berkeping-keping. Pistol pun terjatuh ke lantai. "Argh!"
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 474

    Jumlah pendatang ini jauh lebih banyak dari Geng Azamat ataupun Balai Perwira. Selain itu, para tentara ini terlatih dan senjata mereka canggih. Jika dibandingkan, Geng Azamat dan Balai Perwira tidak ada apa-apanya di hadapan mereka.Kerumunan segera menyadari para pendatang ini. Suasana seketika menjadi makin gempar."Itu Pasukan Imperial!""Yang memimpin adalah jenderal bintang lima, Emran!""Astaga, apa ini bala bantuan yang dipanggil pemuda itu? Koneksinya mengerikan sekali!""Sejujurnya, dia nggak perlu memanggil Pasukan Imperial kemari. Ini seperti membunuh nyamuk dengan bom!"Ketika melihat Pasukan Imperial makin dekat, Agra dan anggota Balai Perwira pun ketakutan. Yang penakut bahkan pipis di celana. Mereka tidak menduga akan tewas dibunuh oleh Pasukan Imperial. Bagaimanapun, mereka tidak pantas.Agra menatap Bilal lekat-lekat sambil membentak, "Berengsek! Siapa sebenarnya orang yang kamu usik ini? Balai Perwira binasa gara-gara kamu!"Bilal ketakutan hingga sekujur tubuhnya ge

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 475

    Karena situasi yang kritis, teriakan Gatot menjadi makin lantang. Hanya dengan cara ini, dia bisa menarik perhatian bos Perusahaan Farmasi Hansa. Dia menegur, "Aku memang mencari bos kalian! Dia kakak iparku! Nyawa kakakku dalam bahaya! Cepat kabari dia untuk membantu kami!"Apa? Bos mereka adalah keluarga orang-orang ini? Meskipun tidak percaya, mereka tetap harus berhati-hati. Hanya saja, resepsionis tidak berani mengambil risiko sehingga berkata dengan sopan, "Maaf, tapi bos kami lagi nggak ada di perusahaan.""Lagi-lagi pergi? Dia ke mana?" tanya Gatot segera."Gimana kalau aku membantu kalian meneleponnya?" usul resepsionis itu. Dia ingin memastikan, apakah orang-orang ini memang keluarga bosnya atau bukan.Gatot menyetujuinya. "Oke, cepat telepon dia. Masalah ini nggak boleh ditunda lagi."Resepsionis itu segera menghubungi Yoga. "Pak, ada dua orang yang mengaku sebagai keluargamu. Mereka datang ke perusahaan untuk mencarimu. Katanya, ada masalah besar dan butuh bantuan.""Keluar

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 476

    Harus diakui bahwa trik ini sangat berguna. Jantung Gatot berdebar-debar. Kalau bisa meniduri wanita secantik ini, dia rela melakukan apa pun, sekalipun harus menyerahkan separuh nyawanya.Gatot segera mengiakan. "Serahkan saja kepadaku. Aku sangat dekat dengan bosmu. Dia pasti akan menuruti permintaanku.""Syukurlah! Kalau begitu, apa aku boleh meminta nomor teleponmu?" tanya Ashila.Gatot menyahut dengan senang hati, "Tentu saja. Berapa nomormu?"Gatot menyimpan kontak Ashila. Sementara itu, Ashila bisa melihat nama Yoga di daftar panggilan Gatot. Setelah menyebutkan namanya, dia bertanya dengan hati-hati, "Pak, apa aku boleh meminta nomor Pak Kusuma?"Gatot seketika merasa canggung. Dia membalas, "Eh ... aku nggak punya nomor teleponnya."Ashila menunjuk nama Yoga sambil bertanya lagi, "Ini nomor telepon Pak Kusuma, 'kan?""Oh, kamu sudah salah paham. Marganya saja yang sama. Orang ini dari keluarga besar yang sudah bangkrut. Dia menumpang di rumahku selama 5 tahun. Dia nggak pantas

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 477

    "Serius? Yoga, bukan kamu yang memanggil Pasukan Imperial untuk datang?" tanya Karina seraya menatap Yoga dengan heran.Ketika Emran datang, pria itu sama sekali tidak berbicara dengan Yoga. Ini sempat membuat Karina agak curiga. Dia tentu tidak tahu bahwa Emran melakukan semua ini untuk menghindari kecurigaan.Yoga menyahut, "Sudahlah, kalian juga nggak bakal percaya. Biar waktu yang membuktikan semua. Karina, aku antar kamu ke rumah sakit dulu."Karina tidak familier dengan tempat ini, jadi seharusnya tidak tahu rumah sakit ada di mana. Yoga memutuskan untuk mengantarnya sendiri.Karina pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Dia mengiakan. "Baiklah.""Karina, kamu benar-benar nggak melihat Pak Kusuma?" tanya Ambar lagi."Untuk apa aku menipu kalian?" balas Karina sambil menggeleng.Ambar menatap Yoga dengan galak dan membatin, 'Huh! Ini pasti karena Yoga bersama Karina, jadi Pak Kusuma bersembunyi. Kalau nggak, suasana akan menjadi canggung nanti. Yoga ini memang penghalang terbesa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 478

    Sebelum datang kemari, Nadya sudah menghubungi temannya. Temannya itu memberitahunya bahwa bos Perusahaan Farmasi Hansa mengundang para petinggi rumah sakit untuk makan malam bersama. Kebetulan, temannya juga diundang dan berniat membawa Nadya bersamanya.Kabar ini membuat Nadya sangat gembira. Jika bisa makan malam bersama bos Perusahaan Farmasi Hansa, dia bisa mendapatkan hak kerja sama.Nadya tiba di Rumah Sakit Lebra. Begitu tiba, dia langsung melihat sesosok yang familier, yaitu Yoga. Nadya pun penasaran, kenapa Yoga bisa ada di rumah sakit ini?Nadya hendak maju untuk menyapa, tetapi malah mendapati Yoga sedang bersama Karina. Dalam sekejap, dia merasa sedih. Pantas saja, Yoga tidak menjawab panggilannya. Ternyata pria ini sedang bermesra-mesraan dengan Karina.Ternyata, Yoga masih berhubungan dengan Karina selama ini? Lantas, apa posisi Nadya di hati Yoga? Jawabannya sudah pasti di bawah Karina. Jika tidak, mana mungkin Yoga tidak menjawab panggilan darinya.Nadya hendak mengham

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 479

    Yoga menghubungi nomor Nadya. Sesudah menghubungi tiga kali, Nadya baru mengangkatnya. Yoga berkata, "Nadya, kamu seharusnya sudah sampai, 'kan? Biar kujemput di bandara, ya?""Nggak perlu repot-repot," sahut Nadya dengan suara dingin.Yoga mengernyit, tidak mengerti pada perubahan mendadak wanita ini. Dia bertanya, "Ada masalah, ya? Kenapa kamu terdengar kesal?""Nggak ada, kelak jangan ikut campur urusanku lagi," balas Nadya. Kemudian, dia segera mengakhiri panggilan.Yoga mencoba untuk meneleponnya lagi, tetapi Nadya tidak menghiraukannya. Firasat buruk sontak menyelimuti hati Yoga. Dia menelepon Raja Kegelapan, menyuruhnya menyelidiki Nadya.Lima menit kemudian, Raja Kegelapan melapor, "Pak, Nona Nadya bersama teman kuliahnya hari ini. Rizal dan seluruh petinggi rumah sakit mendapat undangan makan malam dari bos Perusahaan Farmasi Hansa. Nona Nadya akan menghadiri pesta makan itu.""Hah?" Yoga mengernyit. "Sejak kapan aku mengundang teman kuliah Nadya makan malam? Siapa pula Rizal

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 480

    Yoga langsung menjawab dengan lantang, "Aku pacarnya!"Apa? Wanita idamannya sudah punya pacar? Rizal seketika merasa kecewa. Apakah rencana yang disusunnya dengan susah payah akan sia-sia hari ini?Tanpa diduga, Nadya malah membantah, "Rizal, jangan dengarkan omong kosongnya. Kami hanya teman. Itu pun dulu, sekarang bukan lagi. Ayo, kita kembali.""Oke, oke." Rizal merasa senang kembali. Sementara itu, Yoga hanya bisa menghela napas dengan pasrah. Dia bisa melihat bahwa Nadya sedang merajuk, makanya memilih untuk minum-minum lagi.Yoga tentu tidak akan membiarkan Nadya sendirian sehingga mengikuti mereka. Ruang privat Sky ini tampak penuh. Totalnya ada 20-an orang. Bukan hanya para petinggi rumah sakit, tetapi juga bos perusahaan farmasi atau perwakilan.Tujuan mereka semua sama dengan Nadya, yaitu berkenalan dengan bos Perusahaan Farmasi Hansa dan mendapatkan hak kerja sama.Direktur rumah sakit adalah seorang pria tua yang beruban dan berjanggut. Dia berkata, "Semuanya, Pak Kusuma m

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 481

    Yoga berujar, "Nadya, aku serius lho ...."Nadya menyahut, "Karena kamu melarangku, berarti aku harus mentransfernya!"Selesai mengatakan itu, Nadya mentransfer uang 60 miliar, begitu juga para bos perusahaan farmasi.Yoga menghela napas dengan tidak berdaya. "Nadya, untuk apa kamu bersikap keras kepala begini?""Yoga, jangan kira aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan," ujar Nadya."Memangnya apa yang kupikirkan?" tanya Yoga."Pak Kusuma sudah bilang, hanya boleh ada satu mitra di satu kota. Sepengetahuanku, Karina juga ingin mendapatkan kuota ini. Kamu melarangku demi Karina, 'kan? Aku awalnya nggak peduli, tapi sekarang aku harus mendapatkannya," jelas Nadya.Yoga sungguh kehabisan kata-kata mendengarnya. Wanita yang cemburu benar-benar menyeramkan.Rizal memelototi Yoga dengan galak, lalu berucap, "Besok Pak Kusuma akan mengadakan acara tender. Kita akan tahu apa semua ini benaran atau nggak. Kamu terus mengatakan orang itu cuma penipu yang ingin mengambil uang kami. Apa kamu berani

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1227

    Tak lama kemudian, semua orang segera bergerak kembali dan mengendalikan formasinya. Kali ini, benang-benangnya bergerak dengan makin kuat dan rapat, sehingga para Pelindung Kebenaran dan orang-orang empat keluarga besar yang terbelah menjadi dua bertambah makin banyak. Mereka semua menjadi korban mengenaskan dengan tubuh berserakan dan darah mengalir di mana-mana.Bahkan para penyintas dari kejadian itu pun merinding karena ketakutan. Mereka segera melarikan diri ke segala arah karena takut menjadi korban dari formasi ini.Tak lama kemudian, medan pertempuran menjadi kosong dan hanya tersisa sepuluh tetua serta lima jenderal besar yang mengepung Yoga. Benang-benang itu juga masih terus bergerak dan terus menghantam ke arahnya.Sebuah benang yang sangat tipis melayang karena tertiup angin dan langsung menyerang ke arah kening Yoga. Namun, dia tetap tenang dan hanya bergeser sedikit ke samping.Plak!Terdengar suara keras dan sebuah jurang yang dalam pun terbentuk di samping Yoga. Ini a

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1226

    Dalam sekejap, seluruh tempat itu berubah menjadi seperti neraka dengan bau amis darah dan kekejaman di mana-mana. Terlihat sangat mengerikan saat satu per satu tubuh terpotong oleh benang hitam itu. Makin banyak benang yang bergerak dengan tidak teratur dan memotong ke segala arah, tidak ada seorang pun bisa menghindar. Meskipun dewa yang datang, mereka juga akan tewas.Di salah satu deretan bangunan, Winola dan Sutrisno sedang berdiri di depan jendela dan melihat pemandangan itu dengan ketakutan. Ekspresi mereka terlihat sangat muram dan wajah mereka pucat pasi. Tidak ada yang menyangka semuanya akan menjadi begitu mengerikan.Winola tiba-tiba berkata, "Aku akhirnya mengerti kenapa Tuan Bimo menyuruh kita datang ke sini."Sutrisno menambahkan, "Ternyata dia ingin melindungi kita. Kalau kita berada di medan perang, kita pasti sudah mati."Winola kembali berkata, "Harus diakui, Tuan Bimo memang bijak. Bukan hanya memperhatikan kita, dia juga ingin melindungi kita."Sutrisno menghela na

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1225

    Yoga tersenyum sinis dan menatap kerumunan orang di depannya dengan dingin, lalu mengangkat kepalanya dengan ekspresi angkuh. Jubahnya yang berkibar meskipun tidak ada angin membuatnya terkesan santai, tetapi berwibawa. Aura kuat yang misterius tiba-tiba memancar dari tubuhnya, sehingga orang-orang di sekitarnya makin waspada dan mengawasi setiap gerakannya."Bimo, jangan kira kamu sudah menang karena membawa orang untuk menyerang kami.""Kami sudah mempersiapkan tempat ini sepenuhnya untuk menghadapi kemungkinan kamu datang ke sini.""Kamu ini sama saja mencari mati sendiri. Lihat saja bagaimana kami membunuhmu."Dalam sekejap, semua orang yang berada di sana menjadi sangat bersemangat dan tertawa terbahak-bahak.Saat ini, Yoga mengernyitkan alis dan mengamati sekelilingnya. Dia menyadari ada ancaman yang terus mendekat, seolah-olah memang ada yang tidak beres."Ayo mulai aktifkan formasi!" teriak seseorang dengan lantang.Sepuluh tetua dan lima jenderal itu pun langsung bergerak. Mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1224

    "Benda berharga yang bisa diambil? Maksudnya, kami disuruh merampok?" tanya Sutrisno dengan ekspresi yang berubah, tidak percaya dengan apa yang didengarnya."Benar, mana mungkin kami bisa melakukan hal seperti ini. Bukankah seharusnya kita bertarung melawan musuh?" kata Winola yang terlihat bingung dan sangat penasaran.Keduanya menatap Yoga dengan tajam karena ingin tahu dengan jawabannya.Namun, Yoga sebenarnya mengatakan itu hanya demi menyingkirkan keduanya, mana mungkin ada jawaban untuk pertanyaan mereka. Pada akhirnya, dia mengernyitkan alis dan berkata setelah berpikir sejenak, "Mungkin saja dia memperhatikan kalian, jadi ingin memberi kalian kesempatan untuk berprestasi."Mendengar perkataan itu, ekspresi Sutrisno dan Winola terlihat sangat terkejut. Kemungkinan untuk berprestasi ini bukannya mustahil.Winola langsung berkata, "Benar. Tuan Bimo pasti melihat potensi kita, jadi ingin membimbing kita."Sutrisno menambahkan, "Memang ada kemungkinannya. Kalau begitu, kita harus b

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1223

    "Di mana Tuan Bimo sekarang?" tanya seseorang dengan segera saat Yoga memberikan perintah."Tuan Bimo selalu bertindak dengan hati-hati, teliti, dan sulit untuk ditebak. Aku juga nggak tahu dia ada di mana sekarang," jawab Yoga dengan tenang.Semua orang saling memandang dengan ekspresi tak berdaya, hanya bisa mulai bergerak.Winola bertanya, "Tuan Bimo ... kapan dia berbicara denganmu?"Sutrisno juga bertanya, "Benar. Bukankah tadi kamu selalu bersama kami?"Keduanya maju dengan ekspresi bingung dan memperhatikan Yoga. Mereka sudah bersama dengan Yoga sejak tadi, tetapi tidak terlihat sosok Bimo di sekitar."Tuan Bimo punya kemampuan transmisi suara sejauh ribuan mil, jadi wajar saja kalian nggak mendengarnya," jawab Yoga sambil menunjuk kepalanya, lalu menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia merasa kedua orang ini benar-benar terlalu santai.Pada saat itu, orang-orang dari empat keluarga besar sudah berpencar dan mengelilingi Gunung Lorta. Setelah itu, mereka bergerak mendekat k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1222

    Yoga kembali menyerang. Dia langsung menghabisi dua jenderal yang tersisa. Tubuh mereka terjatuh ke tanah. Darah mengalir deras dan mewarnai tanah dengan warna merah pekat.Suasana di tempat itu berubah menjadi sangat sunyi hingga hanya keheningan yang tersisa. Semua orang menatap Yoga dengan kagum sekaligus gentar. Sorot mata mereka penuh semangat juang yang berkobar."Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!"Dalam sekejap, mereka dipenuhi semangat yang meluap-luap. Orang-orang itu berteriak dengan penuh kegembiraan. Semua Pelindung Kebenaran telah dihabisi tanpa tersisa.Menurut mereka, Bimo benar-benar mengubah situasi pertempuran dengan begitu mendominasi. Pada momen ini, semua orang merasakan tekanan yang sangat kuat darinya."Ayo, pergi ke Gunung Lorta! Hancurkan markas Pelindung Kebenaran!" Dengan hanya satu kalimat dari Yoga, semua orang di tempat itu menjadi sangat bersemangat. Mereka mengangguk penuh antusias dan percaya diri.Di mata mereka, Bimo begitu kuat h

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1221

    Suasana di medan perang mendadak menjadi sangat sunyi. Tatapan dingin Yoga tertuju pada tiga jenderal yang tersisa. Ketiganya merasakan ketakutan yang luar biasa, seolah-olah mereka berdiri di tepi jurang maut.Mencabik tangan dan kaki? Apa Yoga berniat menyiksa mereka sampai mati? Pikiran ini membuat mereka makin cemas. Ketiga jenderal itu tidak lagi tenang. Mereka ingin berbicara, tetapi ketakutan mengunci mulut mereka."Dimulai dari kamu," ujar Yoga tiba-tiba sambil menunjuk salah satu dari mereka."Aku?" Jenderal yang ditunjuk itu gemetar hebat. Wajahnya pucat pasi, sementara bibirnya bergetar tanpa henti.Yoga menatapnya dengan ekspresi yang datar. Dia bertanya dengan nada penuh tekanan, "Katakan, di mana markas kalian?"Jenderal itu menjawab dengan suara penuh ketegangan, "Aku ... aku bakal kasih tahu kamu! Markas kami ada di dalam Gunung Lorta!""Kamu bisa-bisanya berkhianat? Cari mati!"Dua jenderal lainnya memelotot penuh amarah. Mereka sulit percaya bahwa salah satu dari mere

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1220

    Saat ini, energi yang dilepaskan Yoga makin mengamuk. Kekuatan yang dia miliki terus meningkat dan mencapai level yang luar biasa. Kilatan petir tiba-tiba menyambar, seolah-olah merespons kekuatannya dan langsung menghantam tubuh Yoga.Suara ledakan yang menggema membuat semua orang secara refleks menutup telinga dan mata mereka. Serangan ini membuat mereka merasakan teror yang luar biasa. Bahkan tanah di bawah mereka bergetar hebat, seolah-olah seluruh gunung bergoncang.Dari kejauhan, Winola dan Sutrisno mengarahkan pandangan tajam mereka ke arah sana. Alis mereka berkerut dalam-dalam. Mereka berdua bisa merasakan sesuatu yang tidak biasa."Petir itu ... kenapa rasanya seperti Yoga?" tanya Winola dengan penasaran."Apa mungkin ... ini adalah ajaran dari Tuan Bimo pada Yoga?" ujar Sutrisno yang coba menebak kemungkinan lain."Mungkin saja ...." Winola akhirnya mengangguk dan menerima kemungkinan tersebut. Bagaimanapun, Bimo adalah sosok yang sangat kuat. Bukan hal aneh jika dia mengaj

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1219

    Dalam sekejap, suasana di medan perang makin tegang. Rasa gelisah makin menjalar di antara semua orang. Bagaimanapun juga, tidak ada yang ingin mati.Mereka datang ke sini hanya untuk membantu Bimo membasmi para Pelindung Kebenaran. Namun sekarang, mereka justru dihadapkan pada situasi yang begitu mencekam."Bunuh!" Para Pelindung Kebenaran makin bersemangat bertarung. Semangat juang mereka sudah makin membara. Pada saat itu, hampir semua orang bisa melihat betapa brutal dan nekatnya para Pelindung Kebenaran.Yoga memandang semua itu dengan tenang. Dia menyaksikan perubahan di medan perang. Tatapannya tajam, tetapi sikapnya tetap acuh tak acuh."Bimo, kamu mulai takut, 'kan? Ini adalah Formasi Domain Darah!""Begitu formasi ini diaktifkan, bahkan kamu yang legendaris 1.000 tahun lalu pun nggak akan mampu mengatasinya!""Formasi kuno ini diciptakan khusus untuk melawan para ahli hebat seperti dirimu. Kamu nggak akan punya peluang kali ini!"Kelima jenderal itu berbicara dengan sombong.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status