Semua orang buru-buru membuka jendela untuk menghirup napas segar. Bahkan, ada yang langsung berlari keluar. Nadya juga menjadi lebih sadar karena bau busuk ini. Dia tanpa sadar mendorong Rizal sambil berujar, "Bau sekali ... minggir ...."Direktur rumah sakit itu pun membentak, "Buat malu saja! Keluar sana!"Rizal hampir menggila. Dia tidak pernah merasa semalu ini. Karena tidak bisa berlama-lama lagi, dia bergegas keluar. Akan tetapi, kentutnya masih belum berhenti sehingga semua perhatian tertuju padanya.Sementara itu, Yoga memesan kamar hotel untuk Nadya. Begitu masuk ke kamar, Nadya langsung muntah. Setelah merasa lebih baik, dia pun tertidur lelap.Yoga melepaskan jas Nadya dan membantunya membersihkan muntahan yang mengenai gaunnya. Kata sempurna tidak cukup untuk mendeskripsikan tubuh Nadya. Wanita ini bisa saja memperoleh juara pertama di kompetisi model internasional.Pria mana pun pasti akan tergoda melihat tubuhnya, termasuk Yoga. Hanya saja, Yoga tidak akan memanfaatkan k
Ashila berkata, "Wenny, kamu bodoh, ya? Pak Kusuma berstatus tinggi. Mana mungkin dia langsung bilang kepadamu? Pak Kusuma sudah cukup menghargaimu dengan menyuruhku untuk menyampaikan pesan."Wenny mengangguk dan berucap, "Oke. Aku akan mentransfernya sekarang."Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang berbicara dengan dingin, "Wenny, sebaiknya kamu nggak mentransfer uang itu."Ternyata, Yoga datang. Ashila seketika menjadi gugup. Kenapa dia bisa kebetulan bertemu Yoga di sini? Namun, Ashila langsung menenangkan dirinya. Wenny tidak tahu identitas Yoga yang sebenarnya. Lagi pula, Wenny juga sangat membenci Yoga. Wenny pasti memercayai Ashila, bukan Yoga.Sesuai dugaan, Wenny memelototi Yoga seraya mengancam, "Yoga, kalau kamu berani menggangguku, jangan salahkan aku bertindak kejam."Yoga menyergah, "Kamu ini memang nggak tahu diuntung. Aku berniat membantumu."Wenny bertanya, "Kamu membantuku apa?"Yoga menjelaskan, "Sebenarnya Pak Kusuma itu palsu. Ashila sudah diusir dari Perusaha
Karina yang terluka sedang dirawat di rumah sakit. Jadi, dia mengutus Gatot untuk mewakilinya menghadiri acara tender. Kalau bukan karena Gatot adalah adiknya Karina, Yoga benar-benar ingin menampar Gatot. Mereka sudah terbiasa menindas Yoga dan menganggap Yoga sebagai tempat pelampiasan.Yoga langsung mengunci mobil, lalu pergi. Dia sama sekali tidak memedulikan Gatot. Ambar juga kesal, dia turun dari mobil dan langsung marah-marah, "Yoga, kamu memang orang yang nggak tahu berterima kasih! Bahkan, anjing yang kupelihara lebih pintar darimu! Kamu memang nggak punya hati nurani! Entah kenapa dulu Karina bisa menikah denganmu!"Gatot menimpali, "Dia bukan hanya nggak punya hati nurani. Dia juga membalas kebaikan kita dengan kejahatan."Kebetulan mobil di samping melaju pergi. Gatot pun segera memarkir mobilnya. Ambar yang penasaran bertanya, "Untuk apa Yoga datang ke sini?"Gatot menyahut, "Yoga pasti mau merebut hak produksi vaksin Kota Pawana dari kakakku."Ambar menanggapi, "Mana mung
Nadya mengira kakak ipar yang dimaksud Gatot adalah Yoga. Sementara itu, Yoga benar-benar pusing. Dia segera mengejar Nadya dan berniat menjelaskan kepadanya.Nadya berjalan ke sudut. Orang-orang yang berdiri di sudut adalah sekelompok bos perusahaan farmasi yang makan bersama "Pak Kusuma" semalam, termasuk Rizal. Melihat Nadya datang, Rizal langsung berucap dengan antusias, "Nadya, kamu sudah datang. Aku beri tahu kamu kabar bagus."Nadya bertanya, "Oh, kabar bagus apa?"Rizal menyahut, "Semua orang bilang semalam Pak Kusuma menghadiri 10 perjamuan. Dia sudah memutuskan, semua orang yang menghadiri perjamuan akan menjadi rekan kerja samanya. Tentu saja, kami semua juga termasuk."Nadya menimpali dengan ekspresi gembira, "Benaran? Ini kabar yang sangat bagus."Rizal memandang Yoga dengan ekspresi sinis seraya berujar, "Yoga, menurut perjanjian taruhan, bukannya kamu harus berlutut dan minta maaf kepada kami semua?"Yoga membalas, "Sekarang daftar rekan kerja samanya belum diumumkan. In
Vania melirik orang-orang yang berada di bawah panggung sekilas. Akhirnya, tatapannya tertuju pada keluarga Karina. Vania melanjutkan, "Rekan kerja sama dari Kota Pawana adalah Perusahaan Farmasi Avanti, Karina Atmaja."Gatot dan Ambar sangat antusias. Mereka memenangkan tender. Selain itu, nama perusahaan mereka diumumkan terlebih dahulu. "Pak Kusuma" benar-benar menghormati mereka.Sementara itu, Nadya merasa kecewa. Rekan kerja sama dari Kota Pawana direbut oleh Karina. Sia-sia Nadya menghabiskan uang sebesar 60 miliar! Sampai sekarang, Nadya masih belum percaya bahwa "Pak Kusuma" yang hadir semalam itu palsu. Dia tetap menganggap Yoga memakai koneksi untuk membantu Karina memenangkan tender ini.Nadya berusaha menahan amarahnya saat berbicara, "Yoga, kamu benar-benar hebat. Koneksimu luas sekali. Bahkan, uang sebesar 60 miliar yang kukeluarkan nggak sehebat koneksimu. Aku menerima kekalahanku."Yoga menanggapi dengan tenang, "Nadya, jangan buru-buru membuat kesimpulan. Dengarkan du
Suasana di acara seketika menjadi kacau. Vania berujar dengan dingin, "Semuanya tenang dulu. Hasil tender kali ini ditentukan secara adil. Apa ada yang keberatan?""Ada!" teriak para bos perusahaan farmasi. Kemudian, mereka mulai marah-marah."Semalam kami mengundang Pak Kusuma makan dan sudah membayar uang muka. Pak Kusuma sudah berjanji untuk menetapkan kami sebagai rekan kerja sama.""Benar. Kalaupun Pak Kusuma nggak mau bekerja sama dengan kami, seharusnya dia mengembalikan uangnya kepada kami.""Kami tahu Pak Kusuma memang berkuasa. Tapi, dia nggak boleh menindas orang seperti ini."Vania melambaikan tangan seraya berucap, "Kalian tenang dulu. Aku akan memperlihatkan sesuatu kepada kalian. Setelah itu, kalian baru putuskan apakah Pak Kusuma memang menindas kalian atau nggak."Selesai bicara, Vania memberi isyarat kepada staf, lalu staf tersebut memutar sebuah video siaran langsung yang sensasional di layar. Sepasang pria dan wanita sedang bercinta di atas tempat tidur. Suasananya
Vania berkata, "Para tamu sekalian, Pak Kusuma memintaku menyampaikan sesuatu. Jangan mengandalkan jalan pintas. Kalian harus jujur dalam berbisnis. Seharusnya sebagian besar dari kalian mampu mendapatkan hak kerja sama atau menjadi agen penjualan tingkat provinsi."Vania menambahkan, "Tapi, penilaian Pak Kusuma terhadap kalian berkurang karena semalam kalian berbuat curang. Itulah sebabnya kalian kehilangan kesempatan ini. Pak Kusuma berharap kalian bisa introspeksi diri."Para bos perusahaan farmasi merasa bersalah. Mereka juga sangat menyesal. Jika semalam salah satu dari mereka bisa berpikiran rasional dan percaya kepada Yoga, hari ini mereka tidak akan mengalami kerugian yang besar. Mereka menyalahkan sekelompok petinggi rumah sakit itu. Kalau bukan karena para petinggi rumah sakit yang memperkenalkan "Pak Kusuma", mereka tidak mungkin berakhir seperti ini.Hanya saja, semua petinggi rumah sakit itu tidak ada di tempat. Hanya Rizal yang datang untuk menyanjung Nadya. Para bos peru
Hubungan Yoga dengan Ambar dan Gatot sangat dekat? Yoga merasa tidak berdaya, dia tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan kepada Nadya. Tiba-tiba, ponsel Yoga berdering. Dia melihat nomor asing di layar ponselnya, lalu menjawab panggilan telepon.Penelepon berkata, "Apa kamu pemilik mobil dengan pelat nomor 7764 YG? Mobilmu tergores dan pelakunya ingin kabur. Tapi, kami sudah menghentikannya. Kamu cepat keluar."Yoga berucap kepada Nadya, "Ayo, kita keluar."Sesampainya di tempat parkir, Yoga melihat mobilnya dikerumuni banyak orang. Dia langsung menyeruak dari kerumunan dan mencari tahu apa yang terjadi. Ternyata, Gatot yang ceroboh menabrak mobil Yoga saat memundurkan mobil. Ambar dan Gatot berniat kabur, tetapi dihentikan oleh tukang parkir.Seingat Yoga, Gatot sudah sering menabrak mobil orang. Yoga curiga SIM milik Gatot didapatkan dengan cara menyogok. Yoga berujar, "Mobilku diparkir di sini dan kalian yang menabrakku. Kalian harus bertanggung jawab. Aku nggak mau kompensasi. Ak