Suasana di acara seketika menjadi kacau. Vania berujar dengan dingin, "Semuanya tenang dulu. Hasil tender kali ini ditentukan secara adil. Apa ada yang keberatan?""Ada!" teriak para bos perusahaan farmasi. Kemudian, mereka mulai marah-marah."Semalam kami mengundang Pak Kusuma makan dan sudah membayar uang muka. Pak Kusuma sudah berjanji untuk menetapkan kami sebagai rekan kerja sama.""Benar. Kalaupun Pak Kusuma nggak mau bekerja sama dengan kami, seharusnya dia mengembalikan uangnya kepada kami.""Kami tahu Pak Kusuma memang berkuasa. Tapi, dia nggak boleh menindas orang seperti ini."Vania melambaikan tangan seraya berucap, "Kalian tenang dulu. Aku akan memperlihatkan sesuatu kepada kalian. Setelah itu, kalian baru putuskan apakah Pak Kusuma memang menindas kalian atau nggak."Selesai bicara, Vania memberi isyarat kepada staf, lalu staf tersebut memutar sebuah video siaran langsung yang sensasional di layar. Sepasang pria dan wanita sedang bercinta di atas tempat tidur. Suasananya
Vania berkata, "Para tamu sekalian, Pak Kusuma memintaku menyampaikan sesuatu. Jangan mengandalkan jalan pintas. Kalian harus jujur dalam berbisnis. Seharusnya sebagian besar dari kalian mampu mendapatkan hak kerja sama atau menjadi agen penjualan tingkat provinsi."Vania menambahkan, "Tapi, penilaian Pak Kusuma terhadap kalian berkurang karena semalam kalian berbuat curang. Itulah sebabnya kalian kehilangan kesempatan ini. Pak Kusuma berharap kalian bisa introspeksi diri."Para bos perusahaan farmasi merasa bersalah. Mereka juga sangat menyesal. Jika semalam salah satu dari mereka bisa berpikiran rasional dan percaya kepada Yoga, hari ini mereka tidak akan mengalami kerugian yang besar. Mereka menyalahkan sekelompok petinggi rumah sakit itu. Kalau bukan karena para petinggi rumah sakit yang memperkenalkan "Pak Kusuma", mereka tidak mungkin berakhir seperti ini.Hanya saja, semua petinggi rumah sakit itu tidak ada di tempat. Hanya Rizal yang datang untuk menyanjung Nadya. Para bos peru
Hubungan Yoga dengan Ambar dan Gatot sangat dekat? Yoga merasa tidak berdaya, dia tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan kepada Nadya. Tiba-tiba, ponsel Yoga berdering. Dia melihat nomor asing di layar ponselnya, lalu menjawab panggilan telepon.Penelepon berkata, "Apa kamu pemilik mobil dengan pelat nomor 7764 YG? Mobilmu tergores dan pelakunya ingin kabur. Tapi, kami sudah menghentikannya. Kamu cepat keluar."Yoga berucap kepada Nadya, "Ayo, kita keluar."Sesampainya di tempat parkir, Yoga melihat mobilnya dikerumuni banyak orang. Dia langsung menyeruak dari kerumunan dan mencari tahu apa yang terjadi. Ternyata, Gatot yang ceroboh menabrak mobil Yoga saat memundurkan mobil. Ambar dan Gatot berniat kabur, tetapi dihentikan oleh tukang parkir.Seingat Yoga, Gatot sudah sering menabrak mobil orang. Yoga curiga SIM milik Gatot didapatkan dengan cara menyogok. Yoga berujar, "Mobilku diparkir di sini dan kalian yang menabrakku. Kalian harus bertanggung jawab. Aku nggak mau kompensasi. Ak
Program vaksinasi masyarakat sudah mulai dilaksanakan. Semua rekan kerja sama Perusahaan Farmasi Hansa tidak berhenti memproduksi vaksin. Namun, vaksin yang diproduksi harus dikirim ke agen penjualan tingkat provinsi untuk diuji. Kemudian, vaksin-vaksin itu akan dikirim ke lembaga medis agar vaksinasi bisa dijalankan.Siuco mendatangi Lembaga Medis Provinsi Sadali dengan dalih ingin mengawasi program vaksinasi. Saat memeriksa vaksin yang diproduksi Perusahaan Farmasi Avanti, Siuco diam-diam menukar 10 vaksin Perusahaan Farmasi Avanti yang sudah memenuhi standar dengan vaksin yang bermasalah. Siuco bertindak sangat cepat sehingga tidak ada yang menyadarinya.Malam itu, kabar yang menghebohkan tersebar di Daruna. Ada 10 orang di Provinsi Sadali mengalami efek samping yang parah setelah divaksin. Awalnya, wajah mereka lumpuh dan mereka mulai setengah sadar. Akhirnya, jaringan otak mereka mengalami kerusakan sehingga mereka hampir mati. Sekarang, mereka masih dirawat di ruang ICU. Kondisi
Karina melanjutkan, "Selain itu, aku juga menambah 2 proses pemeriksaan di luar prosedur normal. Jadi, nggak mungkin ada vaksin yang bermasalah.""Um, aku percaya kepadamu," sahut Yoga seraya mengangguk. Kemudian, dia bertanya kepada Nadya, "Nadya, apa kamu memeriksa produk Perusahaan Farmasi Avanti?"Nadya menjawab, "Tentu saja. Selain diperiksa karyawan, aku juga turun tangan memeriksa setiap vaksin. Aku yakin vaksinnya nggak mungkin bermasalah. Aku curiga ada orang yang sengaja mencelakai kita."Yoga mengangguk dan berjanji, "Oke. Yang penting kalian memang nggak bersalah. Aku jamin aku pasti akan menyelamatkan kalian."Nadya bertanya, "Yoga, kamu mau menyelamatkan aku atau Karina dulu?"Yoga tertegun setelah mendengar pertanyaan yang "mematikan" ini. Yoga mengalihkan pembicaraan, "Oh, iya. Kalian pasti lapar, 'kan? Aku suruh orang untuk mengantar makanan ...."Karina menyela, "Yoga, kami nggak lapar. Kamu jawab pertanyaan Nadia dulu."Yoga tidak bisa berkata-kata. Wanita memang sul
Lili dan Ayu menggeleng, lalu Ayu menyahut, "Selain kami, nggak ada orang lain yang datang lagi."Yoga berjanji, "Oke. Bu, Lili, apa pun caranya, aku pasti akan menemukan pelaku itu."Yoga menelepon Naga Hijau dan menyuruhnya memimpin anggota Sekte Hagisana untuk membantu membereskan makam Keluarga Kusuma. Setelah selesai, Yoga mengantar Ayu dan Lili pulang terlebih dahulu. Kemudian, dia menelepon Raja Kegelapan, "Raja Kegelapan, bantu aku selidiki siapa yang menggali kuburan leluhurku. Selain itu, bantu aku cari lokasi Siuco."Raja Kegelapan berucap, "Siap!"Begitu mengetahui Karina dan Nadya terlibat masalah, Yoga langsung mencurigai Siuco. Pertama, ada 30 lebih provinsi di Daruna. Siuco tidak pergi ke provinsi lain, dia hanya memeriksa Provinsi Sadali. Siuco pasti punya tujuan lain. Kedua, Siuco langsung memimpin bawahan untuk menyegel Perusahaan Farmasi Avanti, lalu menangkap Karina dan Nadya. Padahal, ini bukan tanggung jawab Siuco.Yoga bahkan curiga Siuco juga terlibat dalam mas
Semua orang terpental setelah dihantam oleh tubuh Siuco. Lengan Siuco juga remuk. Suara teriakan terus bergema di dalam bar. Kemudian, Yoga menyeret Siuco ke luar. Suasana di bar menjadi hening, semua orang ketakutan setengah mati.Siuco berteriak histeris, "Mana satpam? Cepat lindungi aku! Siapa pun yang menolongku akan mendapatkan 200 miliar!"Semua satpam bar segera maju untuk mencegat Yoga. Namun, Yoga langsung menghajar para satpam hingga tumbang. Gerakan Yoga sangat cepat dan kekuatannya sangat dahsyat. Orang-orang di tempat pun tercengang. Tidak ada yang berani menghalangi Yoga lagi.Yoga terlalu kuat sehingga sulit dilawan. Semua orang yang maju bahkan tidak bisa mendekati Yoga. Para pria dan wanita muda di bar memandangi sosok Yoga yang pergi jauh sambil termenung. Kala ini, mereka mulai mengidolakan Yoga. Dibandingkan dengan Siuco yang muda dan kaya, Yoga yang pandai bertarung lebih menarik.Sementara itu, Yoga melempar Siuco ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya menuju Lem
Nadya berjalan mendekati Yoga, lalu berbicara dengan hati-hati, "Yoga, kamu yang hajar Siuco sampai seperti ini?"Yoga tampak mengangguk.Wanita itu bertanya lagi, "Kamu curiga dia dalangnya? Memangnya kamu punya bukti yang cukup?" Jika tidak ada bukti dan Siuco dihajar begitu saja, konsekuensinya akan sangat serius. Mereka tidak sanggup menanggungnya.Yoga menenangkan dengan berucap, "Jangan khawatir, Nadya. Semuanya dalam kendaliku."Tak lama kemudian, Danesh datang bersama penyidik terbaik sesuai dengan perintah Yoga.Begitu melihat Danesh, Siuco segera berseru untuk minta tolong, "Pak Danesh, kamu sudah datang. Cepat selamatkan aku. Yoga mau membunuhku."Melihat Siuco dalam keadaan mengenaskan, jantung Danesh seketika berdetak lebih cepat. Siuco adalah putra dari pejabat tinggi di ibu kota. Ayahnya adalah Wakil Ketua Pusat Lembaga Medis. Statusnya bahkan lebih tinggi daripada Danesh. Bagaimana bisa Yoga menghajarnya sampai seperti ini? Situasi ini pasti sulit dibereskan.Danesh men