Share

Bab 494

Author: Vodka
Nadya berjalan mendekati Yoga, lalu berbicara dengan hati-hati, "Yoga, kamu yang hajar Siuco sampai seperti ini?"

Yoga tampak mengangguk.

Wanita itu bertanya lagi, "Kamu curiga dia dalangnya? Memangnya kamu punya bukti yang cukup?" Jika tidak ada bukti dan Siuco dihajar begitu saja, konsekuensinya akan sangat serius. Mereka tidak sanggup menanggungnya.

Yoga menenangkan dengan berucap, "Jangan khawatir, Nadya. Semuanya dalam kendaliku."

Tak lama kemudian, Danesh datang bersama penyidik terbaik sesuai dengan perintah Yoga.

Begitu melihat Danesh, Siuco segera berseru untuk minta tolong, "Pak Danesh, kamu sudah datang. Cepat selamatkan aku. Yoga mau membunuhku."

Melihat Siuco dalam keadaan mengenaskan, jantung Danesh seketika berdetak lebih cepat. Siuco adalah putra dari pejabat tinggi di ibu kota. Ayahnya adalah Wakil Ketua Pusat Lembaga Medis. Statusnya bahkan lebih tinggi daripada Danesh. Bagaimana bisa Yoga menghajarnya sampai seperti ini? Situasi ini pasti sulit dibereskan.

Danesh men
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 495

    Yoga berucap, "Siuco, kamu yang tukar 10 vaksin bermasalah ini dengan vaksin yang memenuhi syarat dari Perusahaan Farmasi Avanti?"Siuco menjawab dengan tegas, "Yoga, jangan fitnah. Aku sama sekali nggak pernah menyentuh vaksin dari Perusahaan Farmasi Avanti. Mana mungkin bisa menukarnya?"Yoga menimpali, "Kamu bilang nggak pernah menyentuh vaksinnya. Apa kamu berani sumpah?"Siuco segera berujar, "Tentu saja. Kalau pernah sentuh vaksin dari Perusahaan Farmasi Avanti, aku bakal disambar petir lima kali!""Bagus kalau begitu," ucap Yoga sambil mengangguk. Kemudian, dia bertanya pada Karina, "Karina, kalau 10 vaksin bermasalah ini berasal dari Perusahaan Farmasi Avanti, berapa banyak orang yang mungkin pernah menyentuhnya?"Karina menjawab dengan jujur, "Cukup banyak. Vaksin pasti disentuh oleh sekitar belasan staf produksi, lalu tiga orang pemeriksa mutu termasuk aku. Setelah itu, vaksin akan dikirim ke agen provinsi. Di sana, vaksin-vaksin itu bakal diperiksa ulang oleh Bu Nadya. Jadi,

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 496

    [ Pokoknya bajingan ini harus diselidiki. Kita harus tahu berapa banyak masalah yang ditimbulkannya. ][ Aku mau lapor. Aku adalah pemilik Perusahaan Biokimia Masora. Siuco dan ayahnya memanfaatkan kekuasaan mereka untuk memeras dan menekan keluargaku. ][ Aku juga mau lapor. Siuco menyalahgunakan kekuasaannya. Jumlah korupsinya mencapai puluhan triliun .... ][ Ganteng, kamu terlalu lembut mukulnya. Tolong hancurkan kedua tangan dan kakinya. ][ Sampah seperti dia, bahkan kematiannya pun nggak cukup untuk meredakan amarah rakyat. ]Seketika, Siuco menjadi sasaran serangan dari semua arah. Reputasinya sudah hancur. Netizen di seluruh negeri mengecamnya.Siuco benar-benar putus asa. Dakwaannya sudah terbukti. Dengan satu tuduhan saja, itu sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman mati baginya. Apabila kejahatan lainnya ditemukan, ayahnya dan keluarganya pasti akan tertimpa sial. Riwayatnya sudah benar-benar tamat!Danesh juga sangat marah. Dia memaki, "Siuco, kamu sebagai staf di Pusat Lemb

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 497

    Nadya mengulangi, "Kalau aku dan Karina jatuh bareng, kamu bakal tolong siapa dulu?"Yoga terdiam. Mereka masih enggan melepaskannya. Yoga merasa sangat bingung, gelisah, dan tidak tahu harus bagaimana menanggapi situasi ini.Danesh juga menyadari kebingungannya. Pria itu sungguh tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Padahal, Yoga bahkan tidak takut dengan Dirga dari Kota Terlarang. Namun, dia bisa-bisanya dipersulit oleh dua wanita. Ini sungguh konyol.Danesh bergegas mendekati Yoga untuk menyelamatkannya dari situasi tersebut. Dia berucap, "Pak Yoga, tolong ikut aku kembali untuk memberikan kesaksian. Apa kamu punya waktu sekarang?"Yoga segera menjawab, "Tentu saja. Aku punya banyak waktu. Ayo, kita pergi.""Oke," ucap Danesh. Kemudian, dia segera membawa Yoga pergi.Kedua wanita itu melihat Yoga pergi dengan ekspresi tidak puas. Mereka pasti akan menagih jawabannya nanti.Usai meninggalkan Lembaga Medis Provinsi Sadali, Yoga memperingatkan Danesh berkali-kali untuk tidak membocork

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 498

    Ketika baru masuk ke halaman, Yoga melihat seorang pembantu wanita sedang mendorong kursi roda sambil berjalan-jalan di taman.Di kursi roda, duduk seorang pria paruh baya. Pria itu tegap dan berotot, tetapi wajahnya pucat dan lemah. Dia tampak lesu dan tidak bersemangat sama sekali.Danesh berinisiatif untuk menyapa, "Kak Raka, lama nggak jumpa. Gimana kabarmu belakangan ini?"Dengan pandangan yang kosong, Raka menghela napas sebelum menjawab dengan terengah-engah, "Lu ... lumayan baik .... Danesh ... makasih atas perhatianmu .... Duduklah ... Fani, sajikan teh ...."Satu kalimat yang sederhana itu seolah-olah sudah merenggut separuh nyawa Raka. Setelah berbicara, dia kesulitan bernapas dan tampak menderita. Fani segera bantu memasangkan masker oksigen. Setelah itu, Raka merasa sedikit lebih baik.Danesh segera berkata, "Kak Raka, tehnya nggak perlu. Hari ini, aku membawa seorang dokter ajaib untuk memeriksamu. Pengobatan lebih penting."Raka merespons seraya tersenyum getir, "Aduh, D

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 499

    Raka menambahkan, "Setelah mencobanya dan kalau gagal, dia nggak boleh praktik medis lagi untuk mencelakai orang lain."Jesika memarahi, "Raka, kamu gila ya? Kamu mau ambil risiko? Memangnya nggak ada cara lain untuk membongkar kebohongan dokter ajaib ini? Cukup cari pasien di kediaman saja untuk diperiksanya."Raka segera berucap, "Aku sudah bikin keputusan. Kamu jangan bilang apa-apa lagi. Dokter Ajaib Yoga, silakan mulai."Jesika ingin lanjut membujuk, tetapi Raka malah bersikeras ingin pemuda itu bertindak. Dia tidak mungkin terus menghalanginya sehingga hanya bisa menangis di samping.Yoga bertanya, "Apa kamu sudah siap?"Raka menjawab, "Sudah ...."Sebelum Raka selesai berbicara, Yoga sudah menendangnya dengan keras. Dia langsung menjatuhkan Raka dari kursi roda.Adegan ini membuat Danesh dan Jesika terkejut. Apa yang sedang dilakukan Yoga? Tindakannya ini bukanlah usaha untuk menyelamatkan Raka, melainkan ingin membunuhnya."Dasar orang gila!" seru Jesika. Dia berlari ke samping

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 500

    Jika Yoga tidak mati, mereka yang akan mati. Para pengawal ini adalah petarung unggulan di dunia luar. Namun, mereka sangat lemah dan tidak tahan pukulan di hadapan Yoga. Mereka bahkan belum mendekati Yoga, tetapi mereka sudah terpental. Semua ini terjadi terlalu cepat.Danesh seketika tersulut amarah dan berteriak, "Yoga, kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?""Menyembuhkan penyakit dan menyelamatkan nyawa orang," jawab Yoga."Yang sedang kamu lakukan ini adalah pembunuhan!" timpal Danesh.Yoga menunjuk kepala Raka yang berdarah sambil berkata, "Lihatlah."Danesh segera memperhatikan Raka. Terlihat belasan ekor kumbang yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan mata Raka. Semua kumbang ini berwarna hitam. Ukurannya sebesar kepik. Mereka bergerak dengan sangat aktif di wajah Raka dan terus menghisap darahnya.Semua orang sontak bergidik ngeri melihat kejadian ini. Yang mereka pikirkan adalah mengapa ada begitu banyak serangga di dalam tubuh Raka? Sebenarnya apa itu?Kala semua oran

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 501

    "Kami tadi sudah melihatnya sendiri. Ada belasan serangga yang keluar dari tubuhmu. Menjijikkan sekali," tambah Danesh.Begitu mengetahui bahwa Yoga benar-benar menyelamatkan dirinya, Raka segera berlutut dan bersujud di hadapan Yoga."Pak Yoga, terima kasih sudah menyelamatkanku. Aku nggak akan pernah melupakan kebaikanmu. Sebelumnya, aku sudah sering menyinggungmu. Semoga Pak Yoga nggak membuat perhitungan denganku. Aku bersedia memberikan semua yang kumiliki sebagai biaya pengobatan. Aku harap Pak Yoga nggak menolak," ucap Raka.Yoga menyahut, "Nggak perlu. Kamu sudah bayar biaya pengobatannya. Racun Esensi itu adalah bayaran yang terbaik.""Hah?" Raka bertanya dengan heran, "Pak Yoga, itu hanya beberapa serangga. Bagaimana bisa dijadikan sebagai bayaran?""Ada hal yang kamu nggak tahu. Racun Esensi ini sudah menyerap cukup banyak esensimu. Sekarang, racun-racun ini adalah esensi murni yang sudah terkonsentrasi. Efeknya setara dengan Pil Esensi tingkat delapan. Ini sangat bermanfaat

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 502

    "Pak, tolong aku. Ada dua gangster yang menggodaku. A ... aku takut sekali ...," ucap gadis itu.Hati Gatot tergerak karena kecantikan gadis itu. Dia segera menunjukkan sikap jantannya dan menenangkan, "Tenang saja. Berdiri di belakangku. Aku akan melindungimu.""Terima kasih!" seru gadis itu dengan bersyukur. Dia segera berlindung di belakang Gatot. Tak lama setelah itu, terlihat dua pria mabuk berotot yang menyusul kemari."Cantik, jangan lari. Ayo, temani kami bersenang-senang.""Kami akan membuatmu merasakan kenikmatan malam ini."Lantaran ketakutan, gadis itu mencengkeram ujung pakaian Gatot dengan gemetaran.Gatot menyergah, "Cepat pergi! Kalau nggak, aku akan menghajar kalian!"Kedua pria mabuk itu mendengus dingin, lalu mengancam, "Siapa kamu beraninya mengacaukan urusan kami? Kalau mau jadi pahlawan, kamu setidaknya harus jago berkelahi. Cepat serahkan gadis itu atau kami akan membunuhmu!""Dasar nggak tahu diri! Kalian memang sudah bosan hidup!" pekik Gatot.Kedua pria mabuk

Latest chapter

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1229

    Pada saat yang bersamaan, seluruh langit berubah menjadi merah dan benang-benang yang memerah juga terus melayang.Saat ini, semua orang merasa sangat terkejut dan tatapan mereka penuh dengan ketakutan. Orang-orang dari empat keluarga besar yang tersisa dan para Pelindung Kebenaran yang masih hidup pun tercengang dengan pemandangan itu."Astaga. Apa yang mereka inginkan? Jangan-jangan ingin membunuh kami?""Kami adalah Pelindung Kebenaran, kita ini satu kelompok. Apa mereka benar-benar ingin membunuh tanpa pandang bulu?""Sialan! Padahal hanya perlu membunuh Bimo saja, kenapa harus membunuh kami juga? Organisasi Pelindung Kebenaran benar-benar akan hancur."Banyak Pelindung Kebenaran yang berteriak dengan marah dan emosi mereka makin meledak karena merasa menderita. Mereka semua tahu mereka akan segera mati.Orang-orang dari empat keluarga besar pun sudah benar-benar putus asa dan terus berlari ke segala arah.Namun, benang-benang merah itu langsung menyerang satu per satu orang di san

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1228

    "Hancur!" teriak Yoga dan tiba-tiba melayangkan satu pukulan. Pukulan itu langsung memelesat maju, seolah-olah seluruh dunia terbuka hanya dengan satu pukulan.Boom!Benang-benang yang tidak terhitung jumlahnya langsung mencekung karena pukulan Yoga dan makin membesar. Hanya dalam sekejap, benang-benang itu langsung hancur berkeping-keping di tanah.Sepuluh tetua dan empat jenderal besar itu pun semuanya memuntahkan darah. Ekspresi mereka terlihat sangat terkejut serta ketakutan dan menatap Yoga dengan bengong."Ini ... kekuatan Bimo sebenarnya berada di tingkat apa? Kenapa aku merasa dia punya kekuatan seorang kultivator raja?""Nggak mungkin. Bagaimana mungkin ada kultivator raja di dunia bela diri kuno?""Benar-benar nggak masuk akal. Kalau dia benar-benar sudah menjadi kultivator raja, dia pasti akan terkena serangan balik dari hukum alam."Semua orang kebingungan dan mata mereka membelalak. Kekuatan tertinggi di dunia bela diri kuno adalah kultivator jenderal, ini sudah diakui sem

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1227

    Tak lama kemudian, semua orang segera bergerak kembali dan mengendalikan formasinya. Kali ini, benang-benangnya bergerak dengan makin kuat dan rapat, sehingga para Pelindung Kebenaran dan orang-orang empat keluarga besar yang terbelah menjadi dua bertambah makin banyak. Mereka semua menjadi korban mengenaskan dengan tubuh berserakan dan darah mengalir di mana-mana.Bahkan para penyintas dari kejadian itu pun merinding karena ketakutan. Mereka segera melarikan diri ke segala arah karena takut menjadi korban dari formasi ini.Tak lama kemudian, medan pertempuran menjadi kosong dan hanya tersisa sepuluh tetua serta lima jenderal besar yang mengepung Yoga. Benang-benang itu juga masih terus bergerak dan terus menghantam ke arahnya.Sebuah benang yang sangat tipis melayang karena tertiup angin dan langsung menyerang ke arah kening Yoga. Namun, dia tetap tenang dan hanya bergeser sedikit ke samping.Plak!Terdengar suara keras dan sebuah jurang yang dalam pun terbentuk di samping Yoga. Ini a

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1226

    Dalam sekejap, seluruh tempat itu berubah menjadi seperti neraka dengan bau amis darah dan kekejaman di mana-mana. Terlihat sangat mengerikan saat satu per satu tubuh terpotong oleh benang hitam itu. Makin banyak benang yang bergerak dengan tidak teratur dan memotong ke segala arah, tidak ada seorang pun bisa menghindar. Meskipun dewa yang datang, mereka juga akan tewas.Di salah satu deretan bangunan, Winola dan Sutrisno sedang berdiri di depan jendela dan melihat pemandangan itu dengan ketakutan. Ekspresi mereka terlihat sangat muram dan wajah mereka pucat pasi. Tidak ada yang menyangka semuanya akan menjadi begitu mengerikan.Winola tiba-tiba berkata, "Aku akhirnya mengerti kenapa Tuan Bimo menyuruh kita datang ke sini."Sutrisno menambahkan, "Ternyata dia ingin melindungi kita. Kalau kita berada di medan perang, kita pasti sudah mati."Winola kembali berkata, "Harus diakui, Tuan Bimo memang bijak. Bukan hanya memperhatikan kita, dia juga ingin melindungi kita."Sutrisno menghela na

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1225

    Yoga tersenyum sinis dan menatap kerumunan orang di depannya dengan dingin, lalu mengangkat kepalanya dengan ekspresi angkuh. Jubahnya yang berkibar meskipun tidak ada angin membuatnya terkesan santai, tetapi berwibawa. Aura kuat yang misterius tiba-tiba memancar dari tubuhnya, sehingga orang-orang di sekitarnya makin waspada dan mengawasi setiap gerakannya."Bimo, jangan kira kamu sudah menang karena membawa orang untuk menyerang kami.""Kami sudah mempersiapkan tempat ini sepenuhnya untuk menghadapi kemungkinan kamu datang ke sini.""Kamu ini sama saja mencari mati sendiri. Lihat saja bagaimana kami membunuhmu."Dalam sekejap, semua orang yang berada di sana menjadi sangat bersemangat dan tertawa terbahak-bahak.Saat ini, Yoga mengernyitkan alis dan mengamati sekelilingnya. Dia menyadari ada ancaman yang terus mendekat, seolah-olah memang ada yang tidak beres."Ayo mulai aktifkan formasi!" teriak seseorang dengan lantang.Sepuluh tetua dan lima jenderal itu pun langsung bergerak. Mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1224

    "Benda berharga yang bisa diambil? Maksudnya, kami disuruh merampok?" tanya Sutrisno dengan ekspresi yang berubah, tidak percaya dengan apa yang didengarnya."Benar, mana mungkin kami bisa melakukan hal seperti ini. Bukankah seharusnya kita bertarung melawan musuh?" kata Winola yang terlihat bingung dan sangat penasaran.Keduanya menatap Yoga dengan tajam karena ingin tahu dengan jawabannya.Namun, Yoga sebenarnya mengatakan itu hanya demi menyingkirkan keduanya, mana mungkin ada jawaban untuk pertanyaan mereka. Pada akhirnya, dia mengernyitkan alis dan berkata setelah berpikir sejenak, "Mungkin saja dia memperhatikan kalian, jadi ingin memberi kalian kesempatan untuk berprestasi."Mendengar perkataan itu, ekspresi Sutrisno dan Winola terlihat sangat terkejut. Kemungkinan untuk berprestasi ini bukannya mustahil.Winola langsung berkata, "Benar. Tuan Bimo pasti melihat potensi kita, jadi ingin membimbing kita."Sutrisno menambahkan, "Memang ada kemungkinannya. Kalau begitu, kita harus b

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1223

    "Di mana Tuan Bimo sekarang?" tanya seseorang dengan segera saat Yoga memberikan perintah."Tuan Bimo selalu bertindak dengan hati-hati, teliti, dan sulit untuk ditebak. Aku juga nggak tahu dia ada di mana sekarang," jawab Yoga dengan tenang.Semua orang saling memandang dengan ekspresi tak berdaya, hanya bisa mulai bergerak.Winola bertanya, "Tuan Bimo ... kapan dia berbicara denganmu?"Sutrisno juga bertanya, "Benar. Bukankah tadi kamu selalu bersama kami?"Keduanya maju dengan ekspresi bingung dan memperhatikan Yoga. Mereka sudah bersama dengan Yoga sejak tadi, tetapi tidak terlihat sosok Bimo di sekitar."Tuan Bimo punya kemampuan transmisi suara sejauh ribuan mil, jadi wajar saja kalian nggak mendengarnya," jawab Yoga sambil menunjuk kepalanya, lalu menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia merasa kedua orang ini benar-benar terlalu santai.Pada saat itu, orang-orang dari empat keluarga besar sudah berpencar dan mengelilingi Gunung Lorta. Setelah itu, mereka bergerak mendekat k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1222

    Yoga kembali menyerang. Dia langsung menghabisi dua jenderal yang tersisa. Tubuh mereka terjatuh ke tanah. Darah mengalir deras dan mewarnai tanah dengan warna merah pekat.Suasana di tempat itu berubah menjadi sangat sunyi hingga hanya keheningan yang tersisa. Semua orang menatap Yoga dengan kagum sekaligus gentar. Sorot mata mereka penuh semangat juang yang berkobar."Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!"Dalam sekejap, mereka dipenuhi semangat yang meluap-luap. Orang-orang itu berteriak dengan penuh kegembiraan. Semua Pelindung Kebenaran telah dihabisi tanpa tersisa.Menurut mereka, Bimo benar-benar mengubah situasi pertempuran dengan begitu mendominasi. Pada momen ini, semua orang merasakan tekanan yang sangat kuat darinya."Ayo, pergi ke Gunung Lorta! Hancurkan markas Pelindung Kebenaran!" Dengan hanya satu kalimat dari Yoga, semua orang di tempat itu menjadi sangat bersemangat. Mereka mengangguk penuh antusias dan percaya diri.Di mata mereka, Bimo begitu kuat h

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1221

    Suasana di medan perang mendadak menjadi sangat sunyi. Tatapan dingin Yoga tertuju pada tiga jenderal yang tersisa. Ketiganya merasakan ketakutan yang luar biasa, seolah-olah mereka berdiri di tepi jurang maut.Mencabik tangan dan kaki? Apa Yoga berniat menyiksa mereka sampai mati? Pikiran ini membuat mereka makin cemas. Ketiga jenderal itu tidak lagi tenang. Mereka ingin berbicara, tetapi ketakutan mengunci mulut mereka."Dimulai dari kamu," ujar Yoga tiba-tiba sambil menunjuk salah satu dari mereka."Aku?" Jenderal yang ditunjuk itu gemetar hebat. Wajahnya pucat pasi, sementara bibirnya bergetar tanpa henti.Yoga menatapnya dengan ekspresi yang datar. Dia bertanya dengan nada penuh tekanan, "Katakan, di mana markas kalian?"Jenderal itu menjawab dengan suara penuh ketegangan, "Aku ... aku bakal kasih tahu kamu! Markas kami ada di dalam Gunung Lorta!""Kamu bisa-bisanya berkhianat? Cari mati!"Dua jenderal lainnya memelotot penuh amarah. Mereka sulit percaya bahwa salah satu dari mere

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status