Ketika baru masuk ke halaman, Yoga melihat seorang pembantu wanita sedang mendorong kursi roda sambil berjalan-jalan di taman.Di kursi roda, duduk seorang pria paruh baya. Pria itu tegap dan berotot, tetapi wajahnya pucat dan lemah. Dia tampak lesu dan tidak bersemangat sama sekali.Danesh berinisiatif untuk menyapa, "Kak Raka, lama nggak jumpa. Gimana kabarmu belakangan ini?"Dengan pandangan yang kosong, Raka menghela napas sebelum menjawab dengan terengah-engah, "Lu ... lumayan baik .... Danesh ... makasih atas perhatianmu .... Duduklah ... Fani, sajikan teh ...."Satu kalimat yang sederhana itu seolah-olah sudah merenggut separuh nyawa Raka. Setelah berbicara, dia kesulitan bernapas dan tampak menderita. Fani segera bantu memasangkan masker oksigen. Setelah itu, Raka merasa sedikit lebih baik.Danesh segera berkata, "Kak Raka, tehnya nggak perlu. Hari ini, aku membawa seorang dokter ajaib untuk memeriksamu. Pengobatan lebih penting."Raka merespons seraya tersenyum getir, "Aduh, D
Raka menambahkan, "Setelah mencobanya dan kalau gagal, dia nggak boleh praktik medis lagi untuk mencelakai orang lain."Jesika memarahi, "Raka, kamu gila ya? Kamu mau ambil risiko? Memangnya nggak ada cara lain untuk membongkar kebohongan dokter ajaib ini? Cukup cari pasien di kediaman saja untuk diperiksanya."Raka segera berucap, "Aku sudah bikin keputusan. Kamu jangan bilang apa-apa lagi. Dokter Ajaib Yoga, silakan mulai."Jesika ingin lanjut membujuk, tetapi Raka malah bersikeras ingin pemuda itu bertindak. Dia tidak mungkin terus menghalanginya sehingga hanya bisa menangis di samping.Yoga bertanya, "Apa kamu sudah siap?"Raka menjawab, "Sudah ...."Sebelum Raka selesai berbicara, Yoga sudah menendangnya dengan keras. Dia langsung menjatuhkan Raka dari kursi roda.Adegan ini membuat Danesh dan Jesika terkejut. Apa yang sedang dilakukan Yoga? Tindakannya ini bukanlah usaha untuk menyelamatkan Raka, melainkan ingin membunuhnya."Dasar orang gila!" seru Jesika. Dia berlari ke samping
Jika Yoga tidak mati, mereka yang akan mati. Para pengawal ini adalah petarung unggulan di dunia luar. Namun, mereka sangat lemah dan tidak tahan pukulan di hadapan Yoga. Mereka bahkan belum mendekati Yoga, tetapi mereka sudah terpental. Semua ini terjadi terlalu cepat.Danesh seketika tersulut amarah dan berteriak, "Yoga, kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?""Menyembuhkan penyakit dan menyelamatkan nyawa orang," jawab Yoga."Yang sedang kamu lakukan ini adalah pembunuhan!" timpal Danesh.Yoga menunjuk kepala Raka yang berdarah sambil berkata, "Lihatlah."Danesh segera memperhatikan Raka. Terlihat belasan ekor kumbang yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan mata Raka. Semua kumbang ini berwarna hitam. Ukurannya sebesar kepik. Mereka bergerak dengan sangat aktif di wajah Raka dan terus menghisap darahnya.Semua orang sontak bergidik ngeri melihat kejadian ini. Yang mereka pikirkan adalah mengapa ada begitu banyak serangga di dalam tubuh Raka? Sebenarnya apa itu?Kala semua oran
"Kami tadi sudah melihatnya sendiri. Ada belasan serangga yang keluar dari tubuhmu. Menjijikkan sekali," tambah Danesh.Begitu mengetahui bahwa Yoga benar-benar menyelamatkan dirinya, Raka segera berlutut dan bersujud di hadapan Yoga."Pak Yoga, terima kasih sudah menyelamatkanku. Aku nggak akan pernah melupakan kebaikanmu. Sebelumnya, aku sudah sering menyinggungmu. Semoga Pak Yoga nggak membuat perhitungan denganku. Aku bersedia memberikan semua yang kumiliki sebagai biaya pengobatan. Aku harap Pak Yoga nggak menolak," ucap Raka.Yoga menyahut, "Nggak perlu. Kamu sudah bayar biaya pengobatannya. Racun Esensi itu adalah bayaran yang terbaik.""Hah?" Raka bertanya dengan heran, "Pak Yoga, itu hanya beberapa serangga. Bagaimana bisa dijadikan sebagai bayaran?""Ada hal yang kamu nggak tahu. Racun Esensi ini sudah menyerap cukup banyak esensimu. Sekarang, racun-racun ini adalah esensi murni yang sudah terkonsentrasi. Efeknya setara dengan Pil Esensi tingkat delapan. Ini sangat bermanfaat
"Pak, tolong aku. Ada dua gangster yang menggodaku. A ... aku takut sekali ...," ucap gadis itu.Hati Gatot tergerak karena kecantikan gadis itu. Dia segera menunjukkan sikap jantannya dan menenangkan, "Tenang saja. Berdiri di belakangku. Aku akan melindungimu.""Terima kasih!" seru gadis itu dengan bersyukur. Dia segera berlindung di belakang Gatot. Tak lama setelah itu, terlihat dua pria mabuk berotot yang menyusul kemari."Cantik, jangan lari. Ayo, temani kami bersenang-senang.""Kami akan membuatmu merasakan kenikmatan malam ini."Lantaran ketakutan, gadis itu mencengkeram ujung pakaian Gatot dengan gemetaran.Gatot menyergah, "Cepat pergi! Kalau nggak, aku akan menghajar kalian!"Kedua pria mabuk itu mendengus dingin, lalu mengancam, "Siapa kamu beraninya mengacaukan urusan kami? Kalau mau jadi pahlawan, kamu setidaknya harus jago berkelahi. Cepat serahkan gadis itu atau kami akan membunuhmu!""Dasar nggak tahu diri! Kalian memang sudah bosan hidup!" pekik Gatot.Kedua pria mabuk
"Mereka pasti sangat senang kalau tahu aku sudah menemukan istri yang begitu baik," sambung Gatot."Oke!" Zahira menimpali, "Semoga ibu, kakak, dan kakak iparmu menyukaiku.""Kakak Ipar?" gumam Gatot dengan canggung.Zahira mengernyit sembari membalas, "Ada apa? Jangan bilang kakakmu belum menikah. Kalau kakakmu belum menikah, aku nggak bisa terima lamaranmu. Keluargaku pasti nggak akan setuju kalau aku melangkahi kakakmu."Demi menenangkan Zahira, Gatot pun berbohong, "Sudah. Kakakku sudah lama menikah. Aku akan segera mengurusnya." Dia tidak akan memberi tahu Zahira mengenai perceraian Karina dan Yoga. Dia khawatir Zahira akan menjauhinya. Sebaiknya nanti saja baru diceritakan setelah mereka menikah.Gatot segera pulang untuk memberitahukan Ambar dan Karina bahwa lamarannya sukses.Begitu mengetahui bahwa calon istri putranya adalah putri Keluarga Tanaka, Ambar tertawa gembira dan berujar, "Haha. Aku sudah tahu putraku memang hebat. Sebelumnya, kamu hanya belum bertemu orang yang tep
"Aku dan Yoga akan memberimu hadiah pernikahan yang mahal," ujar Karina.Zahira yang terharu membalas, "Terima kasih Kak Karina, terima kasih Kak Yoga. Terima kasih karena kalian menerimaku apa adanya. Mari, aku ingin bersulang untuk kalian semua.""Bagus, bagus!" Semua orang segera mengangkat gelas anggur mereka.Ketika Yoga mengangkat gelasnya, dia tiba-tiba merasakan Raja Serangga Giok Putih meronta liar, seolah-olah menunjukkan penolakan kuat terhadap anggur di dalam gelas. Ada apa? Insting Yoga mengatakan bahwa anggur ini kemungkinan bermasalah. Setelah dia menaruh kembali gelas anggurnya, Raja Serangga Giok Putih pun menjadi lebih tenang.Zahira memandang Yoga dan bertanya penasaran, "Kak Yoga, kamu kenapa? Apa kamu nggak suka anggur ini?"Karina buru-buru memberi alasan, "Zahira, kamu salah paham. Yoga cuma nggak bisa minum alkohol, dia memang nggak pernah minum.""Yoga, biarpun kamu biasanya nggak minum alkohol, Zahira barusan bersulang untuk kita, jadi kamu harus minum sedikit
Yoga berujar lagi, "Aku tahu batas kemampuanmu. Jangankan menjatuhkan dua pria kekar, mengalahkan dua orang lanjut usia pun kamu akan kepayahan. Apa kamu pernah menyelidiki kedua pemabuk itu? Mungkin saja mereka itu orang suruhan Zahira.""Sialan! Kamu meremehkanku? Kamu mau adu tinju sekarang?" bentak Gatot. Sambil bicara, dia menyingsingkan lengan bajunya, siap untuk bertarung dengan Yoga kapan saja."Cukup! Diam kalian berdua!" marah Karina.Karina menoleh pada Yoga, lalu bertanya padanya, "Ucapanmu memang masuk akal, tapi memangnya apa yang diincar Zahira dengan mendekati Gatot? Harta? Penampilan? Apa?"Yoga sontak terdiam. Benar juga, Gatot hanyalah seorang bujangan tanpa kelebihan apa pun. Apa yang diinginkan Zahira darinya? Yoga mendadak teringat dengan reaksi keras Raja Serangga Giok Putih terhadap anggur tadi. Apa Zahira ada hubungannya dengan ahli sihir beracun? Mungkinkah wanita itu ingin mendekatinya melalui Gatot? Apa Zahira punya hubungan dengan Jesika, istri Raka itu?Ke