"Aku dan Yoga akan memberimu hadiah pernikahan yang mahal," ujar Karina.Zahira yang terharu membalas, "Terima kasih Kak Karina, terima kasih Kak Yoga. Terima kasih karena kalian menerimaku apa adanya. Mari, aku ingin bersulang untuk kalian semua.""Bagus, bagus!" Semua orang segera mengangkat gelas anggur mereka.Ketika Yoga mengangkat gelasnya, dia tiba-tiba merasakan Raja Serangga Giok Putih meronta liar, seolah-olah menunjukkan penolakan kuat terhadap anggur di dalam gelas. Ada apa? Insting Yoga mengatakan bahwa anggur ini kemungkinan bermasalah. Setelah dia menaruh kembali gelas anggurnya, Raja Serangga Giok Putih pun menjadi lebih tenang.Zahira memandang Yoga dan bertanya penasaran, "Kak Yoga, kamu kenapa? Apa kamu nggak suka anggur ini?"Karina buru-buru memberi alasan, "Zahira, kamu salah paham. Yoga cuma nggak bisa minum alkohol, dia memang nggak pernah minum.""Yoga, biarpun kamu biasanya nggak minum alkohol, Zahira barusan bersulang untuk kita, jadi kamu harus minum sedikit
Yoga berujar lagi, "Aku tahu batas kemampuanmu. Jangankan menjatuhkan dua pria kekar, mengalahkan dua orang lanjut usia pun kamu akan kepayahan. Apa kamu pernah menyelidiki kedua pemabuk itu? Mungkin saja mereka itu orang suruhan Zahira.""Sialan! Kamu meremehkanku? Kamu mau adu tinju sekarang?" bentak Gatot. Sambil bicara, dia menyingsingkan lengan bajunya, siap untuk bertarung dengan Yoga kapan saja."Cukup! Diam kalian berdua!" marah Karina.Karina menoleh pada Yoga, lalu bertanya padanya, "Ucapanmu memang masuk akal, tapi memangnya apa yang diincar Zahira dengan mendekati Gatot? Harta? Penampilan? Apa?"Yoga sontak terdiam. Benar juga, Gatot hanyalah seorang bujangan tanpa kelebihan apa pun. Apa yang diinginkan Zahira darinya? Yoga mendadak teringat dengan reaksi keras Raja Serangga Giok Putih terhadap anggur tadi. Apa Zahira ada hubungannya dengan ahli sihir beracun? Mungkinkah wanita itu ingin mendekatinya melalui Gatot? Apa Zahira punya hubungan dengan Jesika, istri Raka itu?Ke
"Ada apa?" tanya Yoga.Zahira berkata dengan wajah tersipu, "Kak Yoga, apa aku boleh tidur di kamarmu malam ini?"Yoga mengernyit, lalu menyahut dengan dingin, "Pria dan wanita yang nggak punya hubungan harus menjaga jarak. Zahira, kamu harus lebih menghormati dirimu sendiri."Zahira buru-buru menjelaskan, "Kak Yoga salah paham. Aku nggak terbiasa tidur sekamar dengan orang lain, jadi aku ingin minta tolong Kak Yoga pindah ke kamar Kak Karina. Biar aku bisa tidur sendiri di kamar ini."Yoga mempertimbangkannya sejenak, lalu akhirnya mengangguk setuju. Dia membiarkan Zahira tidur di kamar ini. Setelah pintu ditutup, Zahira langsung mengubrak-abrik seisi ruangan. Dia harus menemukan Raja Serangga Giok Putih dan Racun Esensi!Saat Zahira tengah sibuk mencari, mendadak terdengar seseorang bertanya dengan suara dingin, "Apa yang kamu cari?"Zahira sontak menoleh dan terkejut mendapati Yoga berdiri di luar jendela, sedang memandangnya dengan sorot mata dingin. Zahira langsung gemetar dan bur
"Yoga, aku sudah salah menilaimu," ucap Karina.Yoga menatap mata Karina sejenak, lalu berkata, "Karina, kamu lebih memilih memercayai orang lain daripada aku?""Aku ingin percaya padamu, tapi bukti apa yang bisa kamu tunjukkan supaya aku percaya padamu? Pergilah, aku nggak mau melihatmu lagi," balas Karina.Hati Yoga seperti disayat. Tampaknya dia terlalu menganggap tinggi posisinya di hati orang-orang ini. Bagi mereka, dia bahkan tidak lebih penting dari orang luar. Sudahlah, apa lagi yang perlu dijelaskan pada orang-orang seperti mereka? Yoga pergi dengan kecewa."Oke, aku pergi sekarang. Kuharap kalian nggak akan menyesal," ujar Yoga."Menyesal? Hal yang paling kusesali dalam hidup ini adalah menikahkan putriku denganmu. Dasar binatang! Kamu bahkan tega menyentuh wanitanya Gatot. Kamu nggak pantas disebut manusia!" umpat Ambar."Yoga, aku pasti akan membuat perhitungan denganmu. Tunggu saja, aku akan mematahkan kakimu untuk membalas dendam Zahira. Setelah itu, aku akan memanggil po
Gatot berucap, "Zahira, kamu tersesat, ya? Kalau nggak, aku yang menyetir ...."Zahira mengabaikan Gatot. Dia memandang makam yang terbengkalai sembari berkata, "Pak, aku datang untuk melapor. Silakan keluar."Terdengar suara di belakang makam terbengkalai itu, lalu sekelompok orang berjalan keluar. Orang yang memimpin adalah Buana dan ada 10 orang yang mengikutinya. Orang-orang yang mengikuti Buana adalah anggota Keluarga Sumargo. Mereka adalah subjek eksperimen pertama yang dipakai Dewa Digdaya untuk diubah menjadi ahli bela diri kuno. Jadi, mereka sangat kuat.Jesika juga termasuk di dalam 10 orang itu. Buana melihat Karina dan keluarganya, lalu tersenyum licik dan memuji, "Zahira, usahamu cukup bagus."Zahira menimpali, "Pak, terima kasih atas pujiannya."Karina bisa mengenali Buana. Dia berujar dengan ekspresi panik, "Kamu itu Buana, buronan paling dicari di Daruna."Buana tertawa, lalu menanggapi, "Aku merasa bangga karena kamu bisa mengenaliku."Karina dan keluarganya terperanga
Zahira mulai meniup seruling. Begitu suara seruling berkumandang, terdengar suara di rerumputan. Tak lama kemudian, cacing, ular, tikus, dan semut dalam jumlah banyak keluar dari rerumputan. Karina dan keluarganya bergidik.Gatot berteriak, "Zahira, apa yang ingin kamu lakukan?"Zahira tersenyum dan menjelaskan, "Aku sudah memasukkan feromon khusus ke dalam anggur yang kalian minum sebelumnya. Feromon ini bisa memikat hewan-hewan itu. Mereka akan menganggap kalian sebagai makanan enak dan menggerogoti tubuh kalian. Hahaha. Aku sudah nggak sabar melihat kalian disiksa hewan-hewan itu."Ucapan Zahira membuat Karina dan keluarganya putus asa. Ambar langsung pingsan, sedangkan Gatot menjerit, "Zahira, lepaskan ibuku dan kakakku! Kamu bunuh saja aku!"Karina sangat menyesal, kenapa mereka tidak mendengar ucapan Yoga? Kenapa mereka meminum anggur itu? Bahkan, mereka juga memarahi Yoga. Karina dan keluarganya benar-benar bodoh!Zahira mengabaikan Gatot. Dia lanjut meniup seruling. Hewan-hewan
Meskipun Karina dan keluarganya tidak tahu tentang Raja Serangga Giok Putih, mereka bisa menebak itu adalah senjata andalan Yoga untuk melawan Buana. Namun, senjata andalan itu tidak bisa digunakan lagi karena Karina dan keluarganya memaksa Yoga meminum anggur tersebut. Mereka bukan hanya mencelakai Yoga, tetapi juga diri mereka sendiri.Zahira berkata dengan ekspresi bangga, "Ini semua berkat Gatot dan keluarganya. Tanpa mereka, mungkin aku akan gagal meracunimu."Gatot memaki, "Zahira, kamu memang licik!"Yoga menegaskan, "Tanpa Raja Serangga Giok Putih, aku tetap bisa membunuh kalian dengan mudah."Buana mencibir, lalu menanggapi, "Kamu sombong sekali. Aku perkenalkan kepada kalian dulu, 10 orang ini merupakan anggota Keluarga Sumargo. Dewa Digdaya sudah mengubah fisik mereka menjadi ahli bela diri kuno sehingga mereka sangat kuat. Kalau mereka bekerja sama, ahli bela diri kuno yang sesungguhnya juga bisa dibunuh. Apalagi kamu!"Yoga mengamati 10 orang itu, lalu tatapannya tertuju p
Namun, Petir Pedang Langit bergerak terlalu cepat sehingga 10 ahli bela diri kuno itu tidak sempat kabur. Mereka semua ditebas oleh pedang Yoga. Tubuh mereka terpental dan membentuk 10 lubang besar setelah mendarat di tanah. Empat orang langsung mati di tempat, sedangkan 6 orang lainnya menjadi gosong dan kondisi mereka sekarat. Keenam orang itu tidak mampu bertarung lagi.Petir terus menyambar untuk waktu yang lama, lalu perlahan mereda. Suasana pun menjadi hening. Buana memelototi Yoga dan berseru dengan ekspresi tidak percaya, "Ternyata kamu punya keterampilan tempur ahli bela diri kuno! Dari mana kamu mendapatkannya?"Bahkan, Dewa Digdaya juga tidak memiliki keterampilan tempur ahli bela diri kuno. Namun, Yoga memilikinya. Buana benar-benar kaget. Di hadapan ahli bela diri kuno yang memiliki keterampilan tempur, ahli bela diri kuno tanpa keterampilan tempur bagaikan orang biasa yang melawan prajurit bersenjata lengkap. Ahli bela diri kuno yang tidak memiliki keterampilan tempur pas
Pada saat yang bersamaan, seluruh langit berubah menjadi merah dan benang-benang yang memerah juga terus melayang.Saat ini, semua orang merasa sangat terkejut dan tatapan mereka penuh dengan ketakutan. Orang-orang dari empat keluarga besar yang tersisa dan para Pelindung Kebenaran yang masih hidup pun tercengang dengan pemandangan itu."Astaga. Apa yang mereka inginkan? Jangan-jangan ingin membunuh kami?""Kami adalah Pelindung Kebenaran, kita ini satu kelompok. Apa mereka benar-benar ingin membunuh tanpa pandang bulu?""Sialan! Padahal hanya perlu membunuh Bimo saja, kenapa harus membunuh kami juga? Organisasi Pelindung Kebenaran benar-benar akan hancur."Banyak Pelindung Kebenaran yang berteriak dengan marah dan emosi mereka makin meledak karena merasa menderita. Mereka semua tahu mereka akan segera mati.Orang-orang dari empat keluarga besar pun sudah benar-benar putus asa dan terus berlari ke segala arah.Namun, benang-benang merah itu langsung menyerang satu per satu orang di san
"Hancur!" teriak Yoga dan tiba-tiba melayangkan satu pukulan. Pukulan itu langsung memelesat maju, seolah-olah seluruh dunia terbuka hanya dengan satu pukulan.Boom!Benang-benang yang tidak terhitung jumlahnya langsung mencekung karena pukulan Yoga dan makin membesar. Hanya dalam sekejap, benang-benang itu langsung hancur berkeping-keping di tanah.Sepuluh tetua dan empat jenderal besar itu pun semuanya memuntahkan darah. Ekspresi mereka terlihat sangat terkejut serta ketakutan dan menatap Yoga dengan bengong."Ini ... kekuatan Bimo sebenarnya berada di tingkat apa? Kenapa aku merasa dia punya kekuatan seorang kultivator raja?""Nggak mungkin. Bagaimana mungkin ada kultivator raja di dunia bela diri kuno?""Benar-benar nggak masuk akal. Kalau dia benar-benar sudah menjadi kultivator raja, dia pasti akan terkena serangan balik dari hukum alam."Semua orang kebingungan dan mata mereka membelalak. Kekuatan tertinggi di dunia bela diri kuno adalah kultivator jenderal, ini sudah diakui sem
Tak lama kemudian, semua orang segera bergerak kembali dan mengendalikan formasinya. Kali ini, benang-benangnya bergerak dengan makin kuat dan rapat, sehingga para Pelindung Kebenaran dan orang-orang empat keluarga besar yang terbelah menjadi dua bertambah makin banyak. Mereka semua menjadi korban mengenaskan dengan tubuh berserakan dan darah mengalir di mana-mana.Bahkan para penyintas dari kejadian itu pun merinding karena ketakutan. Mereka segera melarikan diri ke segala arah karena takut menjadi korban dari formasi ini.Tak lama kemudian, medan pertempuran menjadi kosong dan hanya tersisa sepuluh tetua serta lima jenderal besar yang mengepung Yoga. Benang-benang itu juga masih terus bergerak dan terus menghantam ke arahnya.Sebuah benang yang sangat tipis melayang karena tertiup angin dan langsung menyerang ke arah kening Yoga. Namun, dia tetap tenang dan hanya bergeser sedikit ke samping.Plak!Terdengar suara keras dan sebuah jurang yang dalam pun terbentuk di samping Yoga. Ini a
Dalam sekejap, seluruh tempat itu berubah menjadi seperti neraka dengan bau amis darah dan kekejaman di mana-mana. Terlihat sangat mengerikan saat satu per satu tubuh terpotong oleh benang hitam itu. Makin banyak benang yang bergerak dengan tidak teratur dan memotong ke segala arah, tidak ada seorang pun bisa menghindar. Meskipun dewa yang datang, mereka juga akan tewas.Di salah satu deretan bangunan, Winola dan Sutrisno sedang berdiri di depan jendela dan melihat pemandangan itu dengan ketakutan. Ekspresi mereka terlihat sangat muram dan wajah mereka pucat pasi. Tidak ada yang menyangka semuanya akan menjadi begitu mengerikan.Winola tiba-tiba berkata, "Aku akhirnya mengerti kenapa Tuan Bimo menyuruh kita datang ke sini."Sutrisno menambahkan, "Ternyata dia ingin melindungi kita. Kalau kita berada di medan perang, kita pasti sudah mati."Winola kembali berkata, "Harus diakui, Tuan Bimo memang bijak. Bukan hanya memperhatikan kita, dia juga ingin melindungi kita."Sutrisno menghela na
Yoga tersenyum sinis dan menatap kerumunan orang di depannya dengan dingin, lalu mengangkat kepalanya dengan ekspresi angkuh. Jubahnya yang berkibar meskipun tidak ada angin membuatnya terkesan santai, tetapi berwibawa. Aura kuat yang misterius tiba-tiba memancar dari tubuhnya, sehingga orang-orang di sekitarnya makin waspada dan mengawasi setiap gerakannya."Bimo, jangan kira kamu sudah menang karena membawa orang untuk menyerang kami.""Kami sudah mempersiapkan tempat ini sepenuhnya untuk menghadapi kemungkinan kamu datang ke sini.""Kamu ini sama saja mencari mati sendiri. Lihat saja bagaimana kami membunuhmu."Dalam sekejap, semua orang yang berada di sana menjadi sangat bersemangat dan tertawa terbahak-bahak.Saat ini, Yoga mengernyitkan alis dan mengamati sekelilingnya. Dia menyadari ada ancaman yang terus mendekat, seolah-olah memang ada yang tidak beres."Ayo mulai aktifkan formasi!" teriak seseorang dengan lantang.Sepuluh tetua dan lima jenderal itu pun langsung bergerak. Mer
"Benda berharga yang bisa diambil? Maksudnya, kami disuruh merampok?" tanya Sutrisno dengan ekspresi yang berubah, tidak percaya dengan apa yang didengarnya."Benar, mana mungkin kami bisa melakukan hal seperti ini. Bukankah seharusnya kita bertarung melawan musuh?" kata Winola yang terlihat bingung dan sangat penasaran.Keduanya menatap Yoga dengan tajam karena ingin tahu dengan jawabannya.Namun, Yoga sebenarnya mengatakan itu hanya demi menyingkirkan keduanya, mana mungkin ada jawaban untuk pertanyaan mereka. Pada akhirnya, dia mengernyitkan alis dan berkata setelah berpikir sejenak, "Mungkin saja dia memperhatikan kalian, jadi ingin memberi kalian kesempatan untuk berprestasi."Mendengar perkataan itu, ekspresi Sutrisno dan Winola terlihat sangat terkejut. Kemungkinan untuk berprestasi ini bukannya mustahil.Winola langsung berkata, "Benar. Tuan Bimo pasti melihat potensi kita, jadi ingin membimbing kita."Sutrisno menambahkan, "Memang ada kemungkinannya. Kalau begitu, kita harus b
"Di mana Tuan Bimo sekarang?" tanya seseorang dengan segera saat Yoga memberikan perintah."Tuan Bimo selalu bertindak dengan hati-hati, teliti, dan sulit untuk ditebak. Aku juga nggak tahu dia ada di mana sekarang," jawab Yoga dengan tenang.Semua orang saling memandang dengan ekspresi tak berdaya, hanya bisa mulai bergerak.Winola bertanya, "Tuan Bimo ... kapan dia berbicara denganmu?"Sutrisno juga bertanya, "Benar. Bukankah tadi kamu selalu bersama kami?"Keduanya maju dengan ekspresi bingung dan memperhatikan Yoga. Mereka sudah bersama dengan Yoga sejak tadi, tetapi tidak terlihat sosok Bimo di sekitar."Tuan Bimo punya kemampuan transmisi suara sejauh ribuan mil, jadi wajar saja kalian nggak mendengarnya," jawab Yoga sambil menunjuk kepalanya, lalu menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia merasa kedua orang ini benar-benar terlalu santai.Pada saat itu, orang-orang dari empat keluarga besar sudah berpencar dan mengelilingi Gunung Lorta. Setelah itu, mereka bergerak mendekat k
Yoga kembali menyerang. Dia langsung menghabisi dua jenderal yang tersisa. Tubuh mereka terjatuh ke tanah. Darah mengalir deras dan mewarnai tanah dengan warna merah pekat.Suasana di tempat itu berubah menjadi sangat sunyi hingga hanya keheningan yang tersisa. Semua orang menatap Yoga dengan kagum sekaligus gentar. Sorot mata mereka penuh semangat juang yang berkobar."Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!"Dalam sekejap, mereka dipenuhi semangat yang meluap-luap. Orang-orang itu berteriak dengan penuh kegembiraan. Semua Pelindung Kebenaran telah dihabisi tanpa tersisa.Menurut mereka, Bimo benar-benar mengubah situasi pertempuran dengan begitu mendominasi. Pada momen ini, semua orang merasakan tekanan yang sangat kuat darinya."Ayo, pergi ke Gunung Lorta! Hancurkan markas Pelindung Kebenaran!" Dengan hanya satu kalimat dari Yoga, semua orang di tempat itu menjadi sangat bersemangat. Mereka mengangguk penuh antusias dan percaya diri.Di mata mereka, Bimo begitu kuat h
Suasana di medan perang mendadak menjadi sangat sunyi. Tatapan dingin Yoga tertuju pada tiga jenderal yang tersisa. Ketiganya merasakan ketakutan yang luar biasa, seolah-olah mereka berdiri di tepi jurang maut.Mencabik tangan dan kaki? Apa Yoga berniat menyiksa mereka sampai mati? Pikiran ini membuat mereka makin cemas. Ketiga jenderal itu tidak lagi tenang. Mereka ingin berbicara, tetapi ketakutan mengunci mulut mereka."Dimulai dari kamu," ujar Yoga tiba-tiba sambil menunjuk salah satu dari mereka."Aku?" Jenderal yang ditunjuk itu gemetar hebat. Wajahnya pucat pasi, sementara bibirnya bergetar tanpa henti.Yoga menatapnya dengan ekspresi yang datar. Dia bertanya dengan nada penuh tekanan, "Katakan, di mana markas kalian?"Jenderal itu menjawab dengan suara penuh ketegangan, "Aku ... aku bakal kasih tahu kamu! Markas kami ada di dalam Gunung Lorta!""Kamu bisa-bisanya berkhianat? Cari mati!"Dua jenderal lainnya memelotot penuh amarah. Mereka sulit percaya bahwa salah satu dari mere