[ Pokoknya bajingan ini harus diselidiki. Kita harus tahu berapa banyak masalah yang ditimbulkannya. ][ Aku mau lapor. Aku adalah pemilik Perusahaan Biokimia Masora. Siuco dan ayahnya memanfaatkan kekuasaan mereka untuk memeras dan menekan keluargaku. ][ Aku juga mau lapor. Siuco menyalahgunakan kekuasaannya. Jumlah korupsinya mencapai puluhan triliun .... ][ Ganteng, kamu terlalu lembut mukulnya. Tolong hancurkan kedua tangan dan kakinya. ][ Sampah seperti dia, bahkan kematiannya pun nggak cukup untuk meredakan amarah rakyat. ]Seketika, Siuco menjadi sasaran serangan dari semua arah. Reputasinya sudah hancur. Netizen di seluruh negeri mengecamnya.Siuco benar-benar putus asa. Dakwaannya sudah terbukti. Dengan satu tuduhan saja, itu sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman mati baginya. Apabila kejahatan lainnya ditemukan, ayahnya dan keluarganya pasti akan tertimpa sial. Riwayatnya sudah benar-benar tamat!Danesh juga sangat marah. Dia memaki, "Siuco, kamu sebagai staf di Pusat Lemb
Nadya mengulangi, "Kalau aku dan Karina jatuh bareng, kamu bakal tolong siapa dulu?"Yoga terdiam. Mereka masih enggan melepaskannya. Yoga merasa sangat bingung, gelisah, dan tidak tahu harus bagaimana menanggapi situasi ini.Danesh juga menyadari kebingungannya. Pria itu sungguh tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Padahal, Yoga bahkan tidak takut dengan Dirga dari Kota Terlarang. Namun, dia bisa-bisanya dipersulit oleh dua wanita. Ini sungguh konyol.Danesh bergegas mendekati Yoga untuk menyelamatkannya dari situasi tersebut. Dia berucap, "Pak Yoga, tolong ikut aku kembali untuk memberikan kesaksian. Apa kamu punya waktu sekarang?"Yoga segera menjawab, "Tentu saja. Aku punya banyak waktu. Ayo, kita pergi.""Oke," ucap Danesh. Kemudian, dia segera membawa Yoga pergi.Kedua wanita itu melihat Yoga pergi dengan ekspresi tidak puas. Mereka pasti akan menagih jawabannya nanti.Usai meninggalkan Lembaga Medis Provinsi Sadali, Yoga memperingatkan Danesh berkali-kali untuk tidak membocork
Ketika baru masuk ke halaman, Yoga melihat seorang pembantu wanita sedang mendorong kursi roda sambil berjalan-jalan di taman.Di kursi roda, duduk seorang pria paruh baya. Pria itu tegap dan berotot, tetapi wajahnya pucat dan lemah. Dia tampak lesu dan tidak bersemangat sama sekali.Danesh berinisiatif untuk menyapa, "Kak Raka, lama nggak jumpa. Gimana kabarmu belakangan ini?"Dengan pandangan yang kosong, Raka menghela napas sebelum menjawab dengan terengah-engah, "Lu ... lumayan baik .... Danesh ... makasih atas perhatianmu .... Duduklah ... Fani, sajikan teh ...."Satu kalimat yang sederhana itu seolah-olah sudah merenggut separuh nyawa Raka. Setelah berbicara, dia kesulitan bernapas dan tampak menderita. Fani segera bantu memasangkan masker oksigen. Setelah itu, Raka merasa sedikit lebih baik.Danesh segera berkata, "Kak Raka, tehnya nggak perlu. Hari ini, aku membawa seorang dokter ajaib untuk memeriksamu. Pengobatan lebih penting."Raka merespons seraya tersenyum getir, "Aduh, D
Raka menambahkan, "Setelah mencobanya dan kalau gagal, dia nggak boleh praktik medis lagi untuk mencelakai orang lain."Jesika memarahi, "Raka, kamu gila ya? Kamu mau ambil risiko? Memangnya nggak ada cara lain untuk membongkar kebohongan dokter ajaib ini? Cukup cari pasien di kediaman saja untuk diperiksanya."Raka segera berucap, "Aku sudah bikin keputusan. Kamu jangan bilang apa-apa lagi. Dokter Ajaib Yoga, silakan mulai."Jesika ingin lanjut membujuk, tetapi Raka malah bersikeras ingin pemuda itu bertindak. Dia tidak mungkin terus menghalanginya sehingga hanya bisa menangis di samping.Yoga bertanya, "Apa kamu sudah siap?"Raka menjawab, "Sudah ...."Sebelum Raka selesai berbicara, Yoga sudah menendangnya dengan keras. Dia langsung menjatuhkan Raka dari kursi roda.Adegan ini membuat Danesh dan Jesika terkejut. Apa yang sedang dilakukan Yoga? Tindakannya ini bukanlah usaha untuk menyelamatkan Raka, melainkan ingin membunuhnya."Dasar orang gila!" seru Jesika. Dia berlari ke samping
Jika Yoga tidak mati, mereka yang akan mati. Para pengawal ini adalah petarung unggulan di dunia luar. Namun, mereka sangat lemah dan tidak tahan pukulan di hadapan Yoga. Mereka bahkan belum mendekati Yoga, tetapi mereka sudah terpental. Semua ini terjadi terlalu cepat.Danesh seketika tersulut amarah dan berteriak, "Yoga, kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?""Menyembuhkan penyakit dan menyelamatkan nyawa orang," jawab Yoga."Yang sedang kamu lakukan ini adalah pembunuhan!" timpal Danesh.Yoga menunjuk kepala Raka yang berdarah sambil berkata, "Lihatlah."Danesh segera memperhatikan Raka. Terlihat belasan ekor kumbang yang keluar dari hidung, mulut, telinga, dan mata Raka. Semua kumbang ini berwarna hitam. Ukurannya sebesar kepik. Mereka bergerak dengan sangat aktif di wajah Raka dan terus menghisap darahnya.Semua orang sontak bergidik ngeri melihat kejadian ini. Yang mereka pikirkan adalah mengapa ada begitu banyak serangga di dalam tubuh Raka? Sebenarnya apa itu?Kala semua oran
"Kami tadi sudah melihatnya sendiri. Ada belasan serangga yang keluar dari tubuhmu. Menjijikkan sekali," tambah Danesh.Begitu mengetahui bahwa Yoga benar-benar menyelamatkan dirinya, Raka segera berlutut dan bersujud di hadapan Yoga."Pak Yoga, terima kasih sudah menyelamatkanku. Aku nggak akan pernah melupakan kebaikanmu. Sebelumnya, aku sudah sering menyinggungmu. Semoga Pak Yoga nggak membuat perhitungan denganku. Aku bersedia memberikan semua yang kumiliki sebagai biaya pengobatan. Aku harap Pak Yoga nggak menolak," ucap Raka.Yoga menyahut, "Nggak perlu. Kamu sudah bayar biaya pengobatannya. Racun Esensi itu adalah bayaran yang terbaik.""Hah?" Raka bertanya dengan heran, "Pak Yoga, itu hanya beberapa serangga. Bagaimana bisa dijadikan sebagai bayaran?""Ada hal yang kamu nggak tahu. Racun Esensi ini sudah menyerap cukup banyak esensimu. Sekarang, racun-racun ini adalah esensi murni yang sudah terkonsentrasi. Efeknya setara dengan Pil Esensi tingkat delapan. Ini sangat bermanfaat
"Pak, tolong aku. Ada dua gangster yang menggodaku. A ... aku takut sekali ...," ucap gadis itu.Hati Gatot tergerak karena kecantikan gadis itu. Dia segera menunjukkan sikap jantannya dan menenangkan, "Tenang saja. Berdiri di belakangku. Aku akan melindungimu.""Terima kasih!" seru gadis itu dengan bersyukur. Dia segera berlindung di belakang Gatot. Tak lama setelah itu, terlihat dua pria mabuk berotot yang menyusul kemari."Cantik, jangan lari. Ayo, temani kami bersenang-senang.""Kami akan membuatmu merasakan kenikmatan malam ini."Lantaran ketakutan, gadis itu mencengkeram ujung pakaian Gatot dengan gemetaran.Gatot menyergah, "Cepat pergi! Kalau nggak, aku akan menghajar kalian!"Kedua pria mabuk itu mendengus dingin, lalu mengancam, "Siapa kamu beraninya mengacaukan urusan kami? Kalau mau jadi pahlawan, kamu setidaknya harus jago berkelahi. Cepat serahkan gadis itu atau kami akan membunuhmu!""Dasar nggak tahu diri! Kalian memang sudah bosan hidup!" pekik Gatot.Kedua pria mabuk
"Mereka pasti sangat senang kalau tahu aku sudah menemukan istri yang begitu baik," sambung Gatot."Oke!" Zahira menimpali, "Semoga ibu, kakak, dan kakak iparmu menyukaiku.""Kakak Ipar?" gumam Gatot dengan canggung.Zahira mengernyit sembari membalas, "Ada apa? Jangan bilang kakakmu belum menikah. Kalau kakakmu belum menikah, aku nggak bisa terima lamaranmu. Keluargaku pasti nggak akan setuju kalau aku melangkahi kakakmu."Demi menenangkan Zahira, Gatot pun berbohong, "Sudah. Kakakku sudah lama menikah. Aku akan segera mengurusnya." Dia tidak akan memberi tahu Zahira mengenai perceraian Karina dan Yoga. Dia khawatir Zahira akan menjauhinya. Sebaiknya nanti saja baru diceritakan setelah mereka menikah.Gatot segera pulang untuk memberitahukan Ambar dan Karina bahwa lamarannya sukses.Begitu mengetahui bahwa calon istri putranya adalah putri Keluarga Tanaka, Ambar tertawa gembira dan berujar, "Haha. Aku sudah tahu putraku memang hebat. Sebelumnya, kamu hanya belum bertemu orang yang tep