Karina melanjutkan, "Selain itu, aku juga menambah 2 proses pemeriksaan di luar prosedur normal. Jadi, nggak mungkin ada vaksin yang bermasalah.""Um, aku percaya kepadamu," sahut Yoga seraya mengangguk. Kemudian, dia bertanya kepada Nadya, "Nadya, apa kamu memeriksa produk Perusahaan Farmasi Avanti?"Nadya menjawab, "Tentu saja. Selain diperiksa karyawan, aku juga turun tangan memeriksa setiap vaksin. Aku yakin vaksinnya nggak mungkin bermasalah. Aku curiga ada orang yang sengaja mencelakai kita."Yoga mengangguk dan berjanji, "Oke. Yang penting kalian memang nggak bersalah. Aku jamin aku pasti akan menyelamatkan kalian."Nadya bertanya, "Yoga, kamu mau menyelamatkan aku atau Karina dulu?"Yoga tertegun setelah mendengar pertanyaan yang "mematikan" ini. Yoga mengalihkan pembicaraan, "Oh, iya. Kalian pasti lapar, 'kan? Aku suruh orang untuk mengantar makanan ...."Karina menyela, "Yoga, kami nggak lapar. Kamu jawab pertanyaan Nadia dulu."Yoga tidak bisa berkata-kata. Wanita memang sul
Lili dan Ayu menggeleng, lalu Ayu menyahut, "Selain kami, nggak ada orang lain yang datang lagi."Yoga berjanji, "Oke. Bu, Lili, apa pun caranya, aku pasti akan menemukan pelaku itu."Yoga menelepon Naga Hijau dan menyuruhnya memimpin anggota Sekte Hagisana untuk membantu membereskan makam Keluarga Kusuma. Setelah selesai, Yoga mengantar Ayu dan Lili pulang terlebih dahulu. Kemudian, dia menelepon Raja Kegelapan, "Raja Kegelapan, bantu aku selidiki siapa yang menggali kuburan leluhurku. Selain itu, bantu aku cari lokasi Siuco."Raja Kegelapan berucap, "Siap!"Begitu mengetahui Karina dan Nadya terlibat masalah, Yoga langsung mencurigai Siuco. Pertama, ada 30 lebih provinsi di Daruna. Siuco tidak pergi ke provinsi lain, dia hanya memeriksa Provinsi Sadali. Siuco pasti punya tujuan lain. Kedua, Siuco langsung memimpin bawahan untuk menyegel Perusahaan Farmasi Avanti, lalu menangkap Karina dan Nadya. Padahal, ini bukan tanggung jawab Siuco.Yoga bahkan curiga Siuco juga terlibat dalam mas
Semua orang terpental setelah dihantam oleh tubuh Siuco. Lengan Siuco juga remuk. Suara teriakan terus bergema di dalam bar. Kemudian, Yoga menyeret Siuco ke luar. Suasana di bar menjadi hening, semua orang ketakutan setengah mati.Siuco berteriak histeris, "Mana satpam? Cepat lindungi aku! Siapa pun yang menolongku akan mendapatkan 200 miliar!"Semua satpam bar segera maju untuk mencegat Yoga. Namun, Yoga langsung menghajar para satpam hingga tumbang. Gerakan Yoga sangat cepat dan kekuatannya sangat dahsyat. Orang-orang di tempat pun tercengang. Tidak ada yang berani menghalangi Yoga lagi.Yoga terlalu kuat sehingga sulit dilawan. Semua orang yang maju bahkan tidak bisa mendekati Yoga. Para pria dan wanita muda di bar memandangi sosok Yoga yang pergi jauh sambil termenung. Kala ini, mereka mulai mengidolakan Yoga. Dibandingkan dengan Siuco yang muda dan kaya, Yoga yang pandai bertarung lebih menarik.Sementara itu, Yoga melempar Siuco ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya menuju Lem
Nadya berjalan mendekati Yoga, lalu berbicara dengan hati-hati, "Yoga, kamu yang hajar Siuco sampai seperti ini?"Yoga tampak mengangguk.Wanita itu bertanya lagi, "Kamu curiga dia dalangnya? Memangnya kamu punya bukti yang cukup?" Jika tidak ada bukti dan Siuco dihajar begitu saja, konsekuensinya akan sangat serius. Mereka tidak sanggup menanggungnya.Yoga menenangkan dengan berucap, "Jangan khawatir, Nadya. Semuanya dalam kendaliku."Tak lama kemudian, Danesh datang bersama penyidik terbaik sesuai dengan perintah Yoga.Begitu melihat Danesh, Siuco segera berseru untuk minta tolong, "Pak Danesh, kamu sudah datang. Cepat selamatkan aku. Yoga mau membunuhku."Melihat Siuco dalam keadaan mengenaskan, jantung Danesh seketika berdetak lebih cepat. Siuco adalah putra dari pejabat tinggi di ibu kota. Ayahnya adalah Wakil Ketua Pusat Lembaga Medis. Statusnya bahkan lebih tinggi daripada Danesh. Bagaimana bisa Yoga menghajarnya sampai seperti ini? Situasi ini pasti sulit dibereskan.Danesh men
Yoga berucap, "Siuco, kamu yang tukar 10 vaksin bermasalah ini dengan vaksin yang memenuhi syarat dari Perusahaan Farmasi Avanti?"Siuco menjawab dengan tegas, "Yoga, jangan fitnah. Aku sama sekali nggak pernah menyentuh vaksin dari Perusahaan Farmasi Avanti. Mana mungkin bisa menukarnya?"Yoga menimpali, "Kamu bilang nggak pernah menyentuh vaksinnya. Apa kamu berani sumpah?"Siuco segera berujar, "Tentu saja. Kalau pernah sentuh vaksin dari Perusahaan Farmasi Avanti, aku bakal disambar petir lima kali!""Bagus kalau begitu," ucap Yoga sambil mengangguk. Kemudian, dia bertanya pada Karina, "Karina, kalau 10 vaksin bermasalah ini berasal dari Perusahaan Farmasi Avanti, berapa banyak orang yang mungkin pernah menyentuhnya?"Karina menjawab dengan jujur, "Cukup banyak. Vaksin pasti disentuh oleh sekitar belasan staf produksi, lalu tiga orang pemeriksa mutu termasuk aku. Setelah itu, vaksin akan dikirim ke agen provinsi. Di sana, vaksin-vaksin itu bakal diperiksa ulang oleh Bu Nadya. Jadi,
[ Pokoknya bajingan ini harus diselidiki. Kita harus tahu berapa banyak masalah yang ditimbulkannya. ][ Aku mau lapor. Aku adalah pemilik Perusahaan Biokimia Masora. Siuco dan ayahnya memanfaatkan kekuasaan mereka untuk memeras dan menekan keluargaku. ][ Aku juga mau lapor. Siuco menyalahgunakan kekuasaannya. Jumlah korupsinya mencapai puluhan triliun .... ][ Ganteng, kamu terlalu lembut mukulnya. Tolong hancurkan kedua tangan dan kakinya. ][ Sampah seperti dia, bahkan kematiannya pun nggak cukup untuk meredakan amarah rakyat. ]Seketika, Siuco menjadi sasaran serangan dari semua arah. Reputasinya sudah hancur. Netizen di seluruh negeri mengecamnya.Siuco benar-benar putus asa. Dakwaannya sudah terbukti. Dengan satu tuduhan saja, itu sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman mati baginya. Apabila kejahatan lainnya ditemukan, ayahnya dan keluarganya pasti akan tertimpa sial. Riwayatnya sudah benar-benar tamat!Danesh juga sangat marah. Dia memaki, "Siuco, kamu sebagai staf di Pusat Lemb
Nadya mengulangi, "Kalau aku dan Karina jatuh bareng, kamu bakal tolong siapa dulu?"Yoga terdiam. Mereka masih enggan melepaskannya. Yoga merasa sangat bingung, gelisah, dan tidak tahu harus bagaimana menanggapi situasi ini.Danesh juga menyadari kebingungannya. Pria itu sungguh tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Padahal, Yoga bahkan tidak takut dengan Dirga dari Kota Terlarang. Namun, dia bisa-bisanya dipersulit oleh dua wanita. Ini sungguh konyol.Danesh bergegas mendekati Yoga untuk menyelamatkannya dari situasi tersebut. Dia berucap, "Pak Yoga, tolong ikut aku kembali untuk memberikan kesaksian. Apa kamu punya waktu sekarang?"Yoga segera menjawab, "Tentu saja. Aku punya banyak waktu. Ayo, kita pergi.""Oke," ucap Danesh. Kemudian, dia segera membawa Yoga pergi.Kedua wanita itu melihat Yoga pergi dengan ekspresi tidak puas. Mereka pasti akan menagih jawabannya nanti.Usai meninggalkan Lembaga Medis Provinsi Sadali, Yoga memperingatkan Danesh berkali-kali untuk tidak membocork
Ketika baru masuk ke halaman, Yoga melihat seorang pembantu wanita sedang mendorong kursi roda sambil berjalan-jalan di taman.Di kursi roda, duduk seorang pria paruh baya. Pria itu tegap dan berotot, tetapi wajahnya pucat dan lemah. Dia tampak lesu dan tidak bersemangat sama sekali.Danesh berinisiatif untuk menyapa, "Kak Raka, lama nggak jumpa. Gimana kabarmu belakangan ini?"Dengan pandangan yang kosong, Raka menghela napas sebelum menjawab dengan terengah-engah, "Lu ... lumayan baik .... Danesh ... makasih atas perhatianmu .... Duduklah ... Fani, sajikan teh ...."Satu kalimat yang sederhana itu seolah-olah sudah merenggut separuh nyawa Raka. Setelah berbicara, dia kesulitan bernapas dan tampak menderita. Fani segera bantu memasangkan masker oksigen. Setelah itu, Raka merasa sedikit lebih baik.Danesh segera berkata, "Kak Raka, tehnya nggak perlu. Hari ini, aku membawa seorang dokter ajaib untuk memeriksamu. Pengobatan lebih penting."Raka merespons seraya tersenyum getir, "Aduh, D
"Omong kosong. Sejak kapan kami bersekongkol dengan manusia hantu? Selain itu, kamu bilang dia ini Yoga?" tanya Samsul dengan ekspresi terkejut dan menatap Yoga dengan bengong.Suasana hati orang-orang dari Keluarga Kusuma menjadi rumit dan tatapan mereka menjadi makin tajam. Bagaimanapun juga, Yoga adalah sosok yang sudah membuat Keluarga Kusuma di dunia bela diri kuno rugi besar. Namun, sekarang orang ini ternyata berdiri di depan mereka dalam keadaan hidup."Huh! Nggak perlu banyak omong kosong. Serahkan Yoga atau kalian akan menjadi musuh Keluarga Husin," teriak Timothy dengan dingin."Kamu berani mengancamku? Keluarga Husin ternyata makin berani," kata Samsul dengan ekspresi dingin dan menggertakkan giginya. Sebagai sesama salah satu dari empat keluarga besar, dia tidak menerima Keluarga Husin berani mengancam Keluarga Kusuma.Saat ini, ekspresi semua orang yang berada di sana terlihat tegang dan suasana itu terasa makin panas.Tepat pada saat itu, Yoga kembali berulah dan berkata
"Apa?" Semua orang yang berada di tempat itu terkejut dan ekspresi mereka terlihat sangat muram."Siapa mereka?" tanya Samsul dengan nada dingin."Mereka ... adalah orang-orang dari Keluarga Husin," jawab bawahan itu.Dalam sekejap, ekspresi semua orang menjadi muram. Mereka saling memandang dengan mengernyitkan alis karena merasa gelisah."Ini .... Kamu orang dari Keluarga Husin ya?" tanya Samsul yang tiba-tiba menoleh dan menatap Yoga dengan mata yang bersinar.Pada saat itu, Yoga baru perlahan-lahan berdiri dengan ekspresi bangga, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Aku rasa aku nggak perlu menyembunyikan identitasku lagi, aku adalah Olga Husin.""Dasar bajingan! Jadi kamu ini orang dari Keluarga Husin, ternyata semua ini adalah konspirasi dari Keluarga Husin," teriak Samsul dengan marah."Benar. Sekarang kalian sudah tahu pun nggak ada gunanya lagi, nggak ada yang bisa menyelamatkan kalian. Bersiaplah untuk mati," teriak Yoga dengan lantang dan aura yang menekan.Kata
Di bawah arahan pemimpin pengawal itu, Yoga dibawa ke sebuah tempat yang terbuka. Sudah ada tiga puluhan ahli yang berdiri tegak di sana dan menatap Yoga dengan ekspresi serius. Sementara itu, seorang paruh baya sedang duduk di kursi dan menunggu dengan tenang."Aku Samsul dari Keluarga Kusuma. Kamu orang dari Rumah Lelang Diseto yang menjual besi hitam?" tanya Samsul sambil mengamati Yoga dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan pria yang seluruh tubuhnya tertutup ini. Aura di tubuh pria ini tidak terasa seperti orang tua, melainkan seorang pemuda.Sementara itu, tatapan Samsul yang tajam membuat Yoga merasa tidak nyaman.Yoga menjawab, "Benar, aku orangnya."Samsul berkata, "Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kalau sudah setuju, kita bisa mulai bertransaksi sekarang."Yoga berkata, "Baiklah, tapi aku harus memeriksa barangnya dulu."Samsul pun menganggukkan kepala sebagai isyarat pada bawahannya.Tak lama kemudian, anggota Keluarga
Yoga berdiri tegak dengan aura penuh wibawa. Ekspresinya serius saat berbicara demikian. Kata-katanya langsung membuat Sutrisno tertegun.Ini ... ini pasti hanya bercanda, 'kan? Sutrisno bahkan merasa seperti sedang berkhayal. Seandainya orang lain yang mengatakan hal itu, dia pasti sudah marah. Namun sayangnya, orang yang mengatakannya adalah Yoga.Dalam suasana tegang ini, sebuah suara jernih tiba-tiba terdengar. "Kalau begitu, aku besok bisa melakukan apa?" Suara itu berasal dari seorang wanita yang melangkah masuk dari pintu. Sosoknya anggun dan menawan. Itu adalah Winola.Sutrisno langsung tersentak. Matanya membelalak tak percaya ketika bertanya, "Kamu ... sudah dengar semuanya?""Ya." Winola tidak berniat menyangkalnya. Dia pun mengangguk ringan. Dia telah mendengar cukup banyak, bahkan bisa menebak bahwa Yoga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk besok.Terutama saat mendengar rencana Yoga untuk mengguncang dunia kultivator kuno. Di dalam hatinya, semangatnya menggebu-gebu. D
Seiring dengan tertidurnya Bimo, tidak ada jawaban sama sekali ketika Yoga memanggilnya dua kali. Dia benar-benar telah tertidur.Yoga bergumam dalam hati. Dia merasa sedikit tidak yakin. 'Satu bulan ... bisakah aku menemukannya?'Benda seperti itu, bahkan ketika Yoga sendiri masuk ke area terlarang, hanya bisa menemukan satu. Sementara dua benda yang tersisa ... dia sama sekali tidak memiliki petunjuk. Selain itu, kini dirinya juga telah menjadi target dari para penjaga gerbang.Setelah berpikir panjang, Yoga menyadari bahwa dia harus mempercepat langkahnya. Setelah melalui berbagai rintangan dalam perjalanan pulang, Yoga akhirnya kembali ke vila.Namun begitu masuk ke dalam, Yoga langsung melihat Sutrisno sudah duduk di ruang tamu. Dia sedang menunggunya dengan ekspresi penuh kegelisahan."Apa itu kamu? Sebenarnya kamu bukan? Apa kamu yang bunuh anggota Keluarga Husin?" tanya Sutrisno dengan nada cemas. Dia terus-menerus menekannya untuk memberikan jawaban.Yoga menghela napas. Dia m
"Benar! Kita harus rebut kembali obat-obatan. Besi hitam nggak boleh jatuh ke tangan mereka!""Tapi ... di mana manusia hantu lainnya? Bukannya yang ada di sini kebanyakan hanya orang-orang dari Keluarga Husin?" Di tengah kerumunan, seseorang tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu.Sutrisno membalas dengan santai, "Apa pedulimu? Mereka memang nggak pernah akur satu sama lain. Mungkin mereka langsung kabur begitu keadaan menjadi genting!"Mendengar itu, orang-orang yang ada di sana pun mengangguk-angguk seakan menerima penjelasan tersebut tanpa banyak berpikir.Winola melirik Sutrisno sekilas. Pikirannya penuh dengan beban berat. Di tempat ini, hanya dia dan Sutrisno yang memiliki hubungan dekat dengan Yoga. Mereka berdua sangat memahami kepribadian Yoga. Kemungkinan besar, Keluarga Husin telah dijebak olehnya.Tak lama setelah itu, orang-orang mulai bergerak. Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Keluarga Husin.Saat ini, Yoga duduk bersila dalam meditasi di kejauhan. Setelah beberapa
"Yang aku inginkan adalah membuat Keluarga Husin benar-benar tunduk sepenuhnya! Rasa takut? Itu nggak ada dalam kamusku!" Suara Yoga penuh dengan keangkuhan dan keyakinan mutlak.Di tempat itu, para manusia hantu hanya bisa terdiam. Mereka semua menatapnya dengan ekspresi kosong. Namun, di mata mereka kini muncul kilatan kekaguman yang makin mendalam.Bagaimanapun juga, orang yang berani bersikap begitu arogan, yang berani berhadapan langsung dengan Keluarga Husin, bukanlah orang biasa. Keberanian seperti ini ... tidak dimiliki oleh semua orang!"Gawat! Ada orang-orang dari tiga kekuatan lain yang datang! Mereka adalah anggota dari tiga keluarga besar lainnya!" Tiba-tiba, suara seseorang menggema.Semua orang di sana langsung tersentak kaget. Mereka segera menoleh ke arah Yoga. Tiga keluarga besar lainnya ... datang juga?Prajna mengusulkan dengan nada tegang, "Apa yang harus kita lakukan? Sebaiknya kita segera pergi!"Yoga tersenyum licik. Sepasang matanya berkilat penuh arti ketika b
Kata-kata Yoga langsung membuat Girbet melihat secercah harapan. Dengan penuh kegembiraan, dia merangkak maju dalam posisi berlutut.Segera, Girbet sudah sampai di hadapan Yoga. Dia membenturkan kepalanya ke tanah berkali-kali dengan sekuat tenaga. Dia takut jika terlambat sedikit saja, Yoga akan berubah pikiran.Girbet berkata dengan penuh kegelisahan dan ketergesaan, "Makasih! Makasih banyak! Aku akan segera kembali dan mengambil uangku! Aku janji akan kasih semuanya padamu!"Setelah itu tanpa membuang waktu, Girbet berbalik dan hendak pergi. Namun, tiba-tiba terdengar suara Yoga. "Tunggu!"Hati Girbet seakan berhenti berdetak sejenak. Wajahnya menjadi pucat pasi. Dia ingin berpura-pura tidak mendengar dan terus melangkah pergi. Namun, pada saat berikutnya ... sosok-sosok aneh bermunculan di sekelilingnya.Mereka semua memiliki penampilan yang mengerikan. Ternyata itu adalah para manusia hantu dari area terlarang."Bos sudah menyuruhmu berhenti, apa kamu tuli?" Suara dingin Prajna me
"Kenapa bisa begini?" Ekspresi Alex menjadi makin tegang. Kegelisahannya juga makin menjadi-jadi.Meskipun Jam Penciptaan ini hanya sebuah tiruan, tetap saja seharusnya benda sehebat ini tidak mungkin bisa ditaklukkan dengan begitu mudah oleh pemuda itu."Nggak ada yang istimewa dari barang ini," ucap Yoga. Dia menatap Jam Penciptaan sambil merabanya ke atas dan ke bawah. Dalam sekejap, dia langsung melihat kelemahan jam tersebut.Jam ini memang dirancang dengan sangat cermat, bahkan kekuatannya melampaui senjata ajaib tingkat jumantara. Dari sini saja, bisa dibayangkan betapa luar biasanya kekuatan Jam Penciptaan yang asli. Namun pada akhirnya ... jam ini hanyalah barang tiruan!Seiring dengan suara yang tajam, Yoga langsung merobek Jam Penciptaan menjadi dua bagian. Dengan tubuh fisiknya yang luar biasa kuat, juga dengan kekuatan yang melampaui batas, benda palsu seperti ini baginya tidak berbeda dengan selembar kertas yang bisa dirobek kapan saja.Alex terperanjat. Matanya terbelala