Karena situasi yang kritis, teriakan Gatot menjadi makin lantang. Hanya dengan cara ini, dia bisa menarik perhatian bos Perusahaan Farmasi Hansa. Dia menegur, "Aku memang mencari bos kalian! Dia kakak iparku! Nyawa kakakku dalam bahaya! Cepat kabari dia untuk membantu kami!"Apa? Bos mereka adalah keluarga orang-orang ini? Meskipun tidak percaya, mereka tetap harus berhati-hati. Hanya saja, resepsionis tidak berani mengambil risiko sehingga berkata dengan sopan, "Maaf, tapi bos kami lagi nggak ada di perusahaan.""Lagi-lagi pergi? Dia ke mana?" tanya Gatot segera."Gimana kalau aku membantu kalian meneleponnya?" usul resepsionis itu. Dia ingin memastikan, apakah orang-orang ini memang keluarga bosnya atau bukan.Gatot menyetujuinya. "Oke, cepat telepon dia. Masalah ini nggak boleh ditunda lagi."Resepsionis itu segera menghubungi Yoga. "Pak, ada dua orang yang mengaku sebagai keluargamu. Mereka datang ke perusahaan untuk mencarimu. Katanya, ada masalah besar dan butuh bantuan.""Keluar
Harus diakui bahwa trik ini sangat berguna. Jantung Gatot berdebar-debar. Kalau bisa meniduri wanita secantik ini, dia rela melakukan apa pun, sekalipun harus menyerahkan separuh nyawanya.Gatot segera mengiakan. "Serahkan saja kepadaku. Aku sangat dekat dengan bosmu. Dia pasti akan menuruti permintaanku.""Syukurlah! Kalau begitu, apa aku boleh meminta nomor teleponmu?" tanya Ashila.Gatot menyahut dengan senang hati, "Tentu saja. Berapa nomormu?"Gatot menyimpan kontak Ashila. Sementara itu, Ashila bisa melihat nama Yoga di daftar panggilan Gatot. Setelah menyebutkan namanya, dia bertanya dengan hati-hati, "Pak, apa aku boleh meminta nomor Pak Kusuma?"Gatot seketika merasa canggung. Dia membalas, "Eh ... aku nggak punya nomor teleponnya."Ashila menunjuk nama Yoga sambil bertanya lagi, "Ini nomor telepon Pak Kusuma, 'kan?""Oh, kamu sudah salah paham. Marganya saja yang sama. Orang ini dari keluarga besar yang sudah bangkrut. Dia menumpang di rumahku selama 5 tahun. Dia nggak pantas
"Serius? Yoga, bukan kamu yang memanggil Pasukan Imperial untuk datang?" tanya Karina seraya menatap Yoga dengan heran.Ketika Emran datang, pria itu sama sekali tidak berbicara dengan Yoga. Ini sempat membuat Karina agak curiga. Dia tentu tidak tahu bahwa Emran melakukan semua ini untuk menghindari kecurigaan.Yoga menyahut, "Sudahlah, kalian juga nggak bakal percaya. Biar waktu yang membuktikan semua. Karina, aku antar kamu ke rumah sakit dulu."Karina tidak familier dengan tempat ini, jadi seharusnya tidak tahu rumah sakit ada di mana. Yoga memutuskan untuk mengantarnya sendiri.Karina pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Dia mengiakan. "Baiklah.""Karina, kamu benar-benar nggak melihat Pak Kusuma?" tanya Ambar lagi."Untuk apa aku menipu kalian?" balas Karina sambil menggeleng.Ambar menatap Yoga dengan galak dan membatin, 'Huh! Ini pasti karena Yoga bersama Karina, jadi Pak Kusuma bersembunyi. Kalau nggak, suasana akan menjadi canggung nanti. Yoga ini memang penghalang terbesa
Sebelum datang kemari, Nadya sudah menghubungi temannya. Temannya itu memberitahunya bahwa bos Perusahaan Farmasi Hansa mengundang para petinggi rumah sakit untuk makan malam bersama. Kebetulan, temannya juga diundang dan berniat membawa Nadya bersamanya.Kabar ini membuat Nadya sangat gembira. Jika bisa makan malam bersama bos Perusahaan Farmasi Hansa, dia bisa mendapatkan hak kerja sama.Nadya tiba di Rumah Sakit Lebra. Begitu tiba, dia langsung melihat sesosok yang familier, yaitu Yoga. Nadya pun penasaran, kenapa Yoga bisa ada di rumah sakit ini?Nadya hendak maju untuk menyapa, tetapi malah mendapati Yoga sedang bersama Karina. Dalam sekejap, dia merasa sedih. Pantas saja, Yoga tidak menjawab panggilannya. Ternyata pria ini sedang bermesra-mesraan dengan Karina.Ternyata, Yoga masih berhubungan dengan Karina selama ini? Lantas, apa posisi Nadya di hati Yoga? Jawabannya sudah pasti di bawah Karina. Jika tidak, mana mungkin Yoga tidak menjawab panggilan darinya.Nadya hendak mengham
Yoga menghubungi nomor Nadya. Sesudah menghubungi tiga kali, Nadya baru mengangkatnya. Yoga berkata, "Nadya, kamu seharusnya sudah sampai, 'kan? Biar kujemput di bandara, ya?""Nggak perlu repot-repot," sahut Nadya dengan suara dingin.Yoga mengernyit, tidak mengerti pada perubahan mendadak wanita ini. Dia bertanya, "Ada masalah, ya? Kenapa kamu terdengar kesal?""Nggak ada, kelak jangan ikut campur urusanku lagi," balas Nadya. Kemudian, dia segera mengakhiri panggilan.Yoga mencoba untuk meneleponnya lagi, tetapi Nadya tidak menghiraukannya. Firasat buruk sontak menyelimuti hati Yoga. Dia menelepon Raja Kegelapan, menyuruhnya menyelidiki Nadya.Lima menit kemudian, Raja Kegelapan melapor, "Pak, Nona Nadya bersama teman kuliahnya hari ini. Rizal dan seluruh petinggi rumah sakit mendapat undangan makan malam dari bos Perusahaan Farmasi Hansa. Nona Nadya akan menghadiri pesta makan itu.""Hah?" Yoga mengernyit. "Sejak kapan aku mengundang teman kuliah Nadya makan malam? Siapa pula Rizal
Yoga langsung menjawab dengan lantang, "Aku pacarnya!"Apa? Wanita idamannya sudah punya pacar? Rizal seketika merasa kecewa. Apakah rencana yang disusunnya dengan susah payah akan sia-sia hari ini?Tanpa diduga, Nadya malah membantah, "Rizal, jangan dengarkan omong kosongnya. Kami hanya teman. Itu pun dulu, sekarang bukan lagi. Ayo, kita kembali.""Oke, oke." Rizal merasa senang kembali. Sementara itu, Yoga hanya bisa menghela napas dengan pasrah. Dia bisa melihat bahwa Nadya sedang merajuk, makanya memilih untuk minum-minum lagi.Yoga tentu tidak akan membiarkan Nadya sendirian sehingga mengikuti mereka. Ruang privat Sky ini tampak penuh. Totalnya ada 20-an orang. Bukan hanya para petinggi rumah sakit, tetapi juga bos perusahaan farmasi atau perwakilan.Tujuan mereka semua sama dengan Nadya, yaitu berkenalan dengan bos Perusahaan Farmasi Hansa dan mendapatkan hak kerja sama.Direktur rumah sakit adalah seorang pria tua yang beruban dan berjanggut. Dia berkata, "Semuanya, Pak Kusuma m
Yoga berujar, "Nadya, aku serius lho ...."Nadya menyahut, "Karena kamu melarangku, berarti aku harus mentransfernya!"Selesai mengatakan itu, Nadya mentransfer uang 60 miliar, begitu juga para bos perusahaan farmasi.Yoga menghela napas dengan tidak berdaya. "Nadya, untuk apa kamu bersikap keras kepala begini?""Yoga, jangan kira aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan," ujar Nadya."Memangnya apa yang kupikirkan?" tanya Yoga."Pak Kusuma sudah bilang, hanya boleh ada satu mitra di satu kota. Sepengetahuanku, Karina juga ingin mendapatkan kuota ini. Kamu melarangku demi Karina, 'kan? Aku awalnya nggak peduli, tapi sekarang aku harus mendapatkannya," jelas Nadya.Yoga sungguh kehabisan kata-kata mendengarnya. Wanita yang cemburu benar-benar menyeramkan.Rizal memelototi Yoga dengan galak, lalu berucap, "Besok Pak Kusuma akan mengadakan acara tender. Kita akan tahu apa semua ini benaran atau nggak. Kamu terus mengatakan orang itu cuma penipu yang ingin mengambil uang kami. Apa kamu berani
Semua orang buru-buru membuka jendela untuk menghirup napas segar. Bahkan, ada yang langsung berlari keluar. Nadya juga menjadi lebih sadar karena bau busuk ini. Dia tanpa sadar mendorong Rizal sambil berujar, "Bau sekali ... minggir ...."Direktur rumah sakit itu pun membentak, "Buat malu saja! Keluar sana!"Rizal hampir menggila. Dia tidak pernah merasa semalu ini. Karena tidak bisa berlama-lama lagi, dia bergegas keluar. Akan tetapi, kentutnya masih belum berhenti sehingga semua perhatian tertuju padanya.Sementara itu, Yoga memesan kamar hotel untuk Nadya. Begitu masuk ke kamar, Nadya langsung muntah. Setelah merasa lebih baik, dia pun tertidur lelap.Yoga melepaskan jas Nadya dan membantunya membersihkan muntahan yang mengenai gaunnya. Kata sempurna tidak cukup untuk mendeskripsikan tubuh Nadya. Wanita ini bisa saja memperoleh juara pertama di kompetisi model internasional.Pria mana pun pasti akan tergoda melihat tubuhnya, termasuk Yoga. Hanya saja, Yoga tidak akan memanfaatkan k
"Omong kosong. Sejak kapan kami bersekongkol dengan manusia hantu? Selain itu, kamu bilang dia ini Yoga?" tanya Samsul dengan ekspresi terkejut dan menatap Yoga dengan bengong.Suasana hati orang-orang dari Keluarga Kusuma menjadi rumit dan tatapan mereka menjadi makin tajam. Bagaimanapun juga, Yoga adalah sosok yang sudah membuat Keluarga Kusuma di dunia bela diri kuno rugi besar. Namun, sekarang orang ini ternyata berdiri di depan mereka dalam keadaan hidup."Huh! Nggak perlu banyak omong kosong. Serahkan Yoga atau kalian akan menjadi musuh Keluarga Husin," teriak Timothy dengan dingin."Kamu berani mengancamku? Keluarga Husin ternyata makin berani," kata Samsul dengan ekspresi dingin dan menggertakkan giginya. Sebagai sesama salah satu dari empat keluarga besar, dia tidak menerima Keluarga Husin berani mengancam Keluarga Kusuma.Saat ini, ekspresi semua orang yang berada di sana terlihat tegang dan suasana itu terasa makin panas.Tepat pada saat itu, Yoga kembali berulah dan berkata
"Apa?" Semua orang yang berada di tempat itu terkejut dan ekspresi mereka terlihat sangat muram."Siapa mereka?" tanya Samsul dengan nada dingin."Mereka ... adalah orang-orang dari Keluarga Husin," jawab bawahan itu.Dalam sekejap, ekspresi semua orang menjadi muram. Mereka saling memandang dengan mengernyitkan alis karena merasa gelisah."Ini .... Kamu orang dari Keluarga Husin ya?" tanya Samsul yang tiba-tiba menoleh dan menatap Yoga dengan mata yang bersinar.Pada saat itu, Yoga baru perlahan-lahan berdiri dengan ekspresi bangga, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Aku rasa aku nggak perlu menyembunyikan identitasku lagi, aku adalah Olga Husin.""Dasar bajingan! Jadi kamu ini orang dari Keluarga Husin, ternyata semua ini adalah konspirasi dari Keluarga Husin," teriak Samsul dengan marah."Benar. Sekarang kalian sudah tahu pun nggak ada gunanya lagi, nggak ada yang bisa menyelamatkan kalian. Bersiaplah untuk mati," teriak Yoga dengan lantang dan aura yang menekan.Kata
Di bawah arahan pemimpin pengawal itu, Yoga dibawa ke sebuah tempat yang terbuka. Sudah ada tiga puluhan ahli yang berdiri tegak di sana dan menatap Yoga dengan ekspresi serius. Sementara itu, seorang paruh baya sedang duduk di kursi dan menunggu dengan tenang."Aku Samsul dari Keluarga Kusuma. Kamu orang dari Rumah Lelang Diseto yang menjual besi hitam?" tanya Samsul sambil mengamati Yoga dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan pria yang seluruh tubuhnya tertutup ini. Aura di tubuh pria ini tidak terasa seperti orang tua, melainkan seorang pemuda.Sementara itu, tatapan Samsul yang tajam membuat Yoga merasa tidak nyaman.Yoga menjawab, "Benar, aku orangnya."Samsul berkata, "Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kalau sudah setuju, kita bisa mulai bertransaksi sekarang."Yoga berkata, "Baiklah, tapi aku harus memeriksa barangnya dulu."Samsul pun menganggukkan kepala sebagai isyarat pada bawahannya.Tak lama kemudian, anggota Keluarga
Yoga berdiri tegak dengan aura penuh wibawa. Ekspresinya serius saat berbicara demikian. Kata-katanya langsung membuat Sutrisno tertegun.Ini ... ini pasti hanya bercanda, 'kan? Sutrisno bahkan merasa seperti sedang berkhayal. Seandainya orang lain yang mengatakan hal itu, dia pasti sudah marah. Namun sayangnya, orang yang mengatakannya adalah Yoga.Dalam suasana tegang ini, sebuah suara jernih tiba-tiba terdengar. "Kalau begitu, aku besok bisa melakukan apa?" Suara itu berasal dari seorang wanita yang melangkah masuk dari pintu. Sosoknya anggun dan menawan. Itu adalah Winola.Sutrisno langsung tersentak. Matanya membelalak tak percaya ketika bertanya, "Kamu ... sudah dengar semuanya?""Ya." Winola tidak berniat menyangkalnya. Dia pun mengangguk ringan. Dia telah mendengar cukup banyak, bahkan bisa menebak bahwa Yoga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk besok.Terutama saat mendengar rencana Yoga untuk mengguncang dunia kultivator kuno. Di dalam hatinya, semangatnya menggebu-gebu. D
Seiring dengan tertidurnya Bimo, tidak ada jawaban sama sekali ketika Yoga memanggilnya dua kali. Dia benar-benar telah tertidur.Yoga bergumam dalam hati. Dia merasa sedikit tidak yakin. 'Satu bulan ... bisakah aku menemukannya?'Benda seperti itu, bahkan ketika Yoga sendiri masuk ke area terlarang, hanya bisa menemukan satu. Sementara dua benda yang tersisa ... dia sama sekali tidak memiliki petunjuk. Selain itu, kini dirinya juga telah menjadi target dari para penjaga gerbang.Setelah berpikir panjang, Yoga menyadari bahwa dia harus mempercepat langkahnya. Setelah melalui berbagai rintangan dalam perjalanan pulang, Yoga akhirnya kembali ke vila.Namun begitu masuk ke dalam, Yoga langsung melihat Sutrisno sudah duduk di ruang tamu. Dia sedang menunggunya dengan ekspresi penuh kegelisahan."Apa itu kamu? Sebenarnya kamu bukan? Apa kamu yang bunuh anggota Keluarga Husin?" tanya Sutrisno dengan nada cemas. Dia terus-menerus menekannya untuk memberikan jawaban.Yoga menghela napas. Dia m
"Benar! Kita harus rebut kembali obat-obatan. Besi hitam nggak boleh jatuh ke tangan mereka!""Tapi ... di mana manusia hantu lainnya? Bukannya yang ada di sini kebanyakan hanya orang-orang dari Keluarga Husin?" Di tengah kerumunan, seseorang tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu.Sutrisno membalas dengan santai, "Apa pedulimu? Mereka memang nggak pernah akur satu sama lain. Mungkin mereka langsung kabur begitu keadaan menjadi genting!"Mendengar itu, orang-orang yang ada di sana pun mengangguk-angguk seakan menerima penjelasan tersebut tanpa banyak berpikir.Winola melirik Sutrisno sekilas. Pikirannya penuh dengan beban berat. Di tempat ini, hanya dia dan Sutrisno yang memiliki hubungan dekat dengan Yoga. Mereka berdua sangat memahami kepribadian Yoga. Kemungkinan besar, Keluarga Husin telah dijebak olehnya.Tak lama setelah itu, orang-orang mulai bergerak. Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Keluarga Husin.Saat ini, Yoga duduk bersila dalam meditasi di kejauhan. Setelah beberapa
"Yang aku inginkan adalah membuat Keluarga Husin benar-benar tunduk sepenuhnya! Rasa takut? Itu nggak ada dalam kamusku!" Suara Yoga penuh dengan keangkuhan dan keyakinan mutlak.Di tempat itu, para manusia hantu hanya bisa terdiam. Mereka semua menatapnya dengan ekspresi kosong. Namun, di mata mereka kini muncul kilatan kekaguman yang makin mendalam.Bagaimanapun juga, orang yang berani bersikap begitu arogan, yang berani berhadapan langsung dengan Keluarga Husin, bukanlah orang biasa. Keberanian seperti ini ... tidak dimiliki oleh semua orang!"Gawat! Ada orang-orang dari tiga kekuatan lain yang datang! Mereka adalah anggota dari tiga keluarga besar lainnya!" Tiba-tiba, suara seseorang menggema.Semua orang di sana langsung tersentak kaget. Mereka segera menoleh ke arah Yoga. Tiga keluarga besar lainnya ... datang juga?Prajna mengusulkan dengan nada tegang, "Apa yang harus kita lakukan? Sebaiknya kita segera pergi!"Yoga tersenyum licik. Sepasang matanya berkilat penuh arti ketika b
Kata-kata Yoga langsung membuat Girbet melihat secercah harapan. Dengan penuh kegembiraan, dia merangkak maju dalam posisi berlutut.Segera, Girbet sudah sampai di hadapan Yoga. Dia membenturkan kepalanya ke tanah berkali-kali dengan sekuat tenaga. Dia takut jika terlambat sedikit saja, Yoga akan berubah pikiran.Girbet berkata dengan penuh kegelisahan dan ketergesaan, "Makasih! Makasih banyak! Aku akan segera kembali dan mengambil uangku! Aku janji akan kasih semuanya padamu!"Setelah itu tanpa membuang waktu, Girbet berbalik dan hendak pergi. Namun, tiba-tiba terdengar suara Yoga. "Tunggu!"Hati Girbet seakan berhenti berdetak sejenak. Wajahnya menjadi pucat pasi. Dia ingin berpura-pura tidak mendengar dan terus melangkah pergi. Namun, pada saat berikutnya ... sosok-sosok aneh bermunculan di sekelilingnya.Mereka semua memiliki penampilan yang mengerikan. Ternyata itu adalah para manusia hantu dari area terlarang."Bos sudah menyuruhmu berhenti, apa kamu tuli?" Suara dingin Prajna me
"Kenapa bisa begini?" Ekspresi Alex menjadi makin tegang. Kegelisahannya juga makin menjadi-jadi.Meskipun Jam Penciptaan ini hanya sebuah tiruan, tetap saja seharusnya benda sehebat ini tidak mungkin bisa ditaklukkan dengan begitu mudah oleh pemuda itu."Nggak ada yang istimewa dari barang ini," ucap Yoga. Dia menatap Jam Penciptaan sambil merabanya ke atas dan ke bawah. Dalam sekejap, dia langsung melihat kelemahan jam tersebut.Jam ini memang dirancang dengan sangat cermat, bahkan kekuatannya melampaui senjata ajaib tingkat jumantara. Dari sini saja, bisa dibayangkan betapa luar biasanya kekuatan Jam Penciptaan yang asli. Namun pada akhirnya ... jam ini hanyalah barang tiruan!Seiring dengan suara yang tajam, Yoga langsung merobek Jam Penciptaan menjadi dua bagian. Dengan tubuh fisiknya yang luar biasa kuat, juga dengan kekuatan yang melampaui batas, benda palsu seperti ini baginya tidak berbeda dengan selembar kertas yang bisa dirobek kapan saja.Alex terperanjat. Matanya terbelala