Share

Bab 2

Penulis: Vodka
Di bangsal No. 204.

Setelah beristirahat semalaman, Karina berhasil melewati masa kritisnya dan kembali sadar.

Ambar, ibu Karina, dengan penuh perhatian menyuapi Karina dengan sup yang bergizi.

Di samping Karina, berdiri seorang pria terpelajar dan sopan.

Pria tersebut adalah Reza Ardiyanto, saingan Yoga dalam memperebutkan cinta Karina.

“Istirahatlah dulu, Bi. Biar aku saja yang menyuapi Karina dengan sup ini,” kata Reza dengan penuh perhatian.

Ambar buru-buru berkata, “Reza, bicara mengenai lelah, nggak ada yang bisa dibandingkan denganmu. Kemarin, kamu sudah menyumbangkan begitu banyak darah untuk Karina dan menjaganya sepanjang malam. Lihatlah, betapa lelahnya dirimu. Kamu terlihat lemah dan pucat.”

“Bi, kalau Bibi berkata seperti itu, artinya Bibi menganggapku sebagai orang lain. Sudah seharusnya aku melakukan semua ini,” kata Reza.

Padahal yang sebenarnya terjadi, Reza juga baru saja datang.

Penampilannya yang terlihat lemah dan pucat, itu semua karena dia bergadang semalaman di bar.

Begitu Reza tiba di rumah sakit, Ambar menyuruh Reza untuk patuh dan mengatakan bahwa dialah yang sudah mendonorkan darahnya kepada Karina semalam.

Reza tahu jika yang dilakukan Ambar adalah untuk menyatukan dirinya dan Karina. Tentu saja, Reza tidak menolaknya.

Reza sudah lama menginginkan Karina.

Setelah mengetahui jika Reza yang sudah mendonorkan darah untuknya, Karina pun menatap Reza dengan penuh rasa terima kasih.

Tentu saja, hal tersebut tidak lebih dari menghargai kebaikan Reza semata.

“Terima kasih, Tuan Muda Reza.”

“Nggak perlu mengucapkan terima kasih. Ini semua sudah menjadi kewajibanku.” Ucapan Reza terdengar ambigu.

Ambar menghela napas dan berkata, “Membandingkan orang yang satu dengan yang lainnya, hanya akan membuat kita merasa sedih. Membandingkan suatu barang dengan barang yang lainnya, akan membuat kita merasa nggak puas. Kata-kata ini memang benar adanya. Kemarin, kamu membutuhkan transfusi darah untuk bisa selamat. Aku tahu golongan darah Yoga juga B. Itu sebabnya, aku meneleponnya untuk meminta bantuan. Tapi, siapa sangka kalau manusia nggak berguna itu nggak mau menolongmu. Dia bahkan juga nggak mau menjawab teleponku. Kalau bukan karena Tuan Muda Reza datang tepat waktu, aku takut mungkin kamu sekarang sudah … aduh! Kamu sudah bercerai dengannya, ‘kan Karina?”

Hmm?

Karina mengerutkan kening.

Yoga benar-benar nggak berperasaan. Baru saja bercerai kurang dari setengah hari, dia benar-benar membiarkanku mati? Apa perasaan Yoga padaku dulu, semuanya itu palsu? Atau, apakah Ibu yang berbohong padaku?

Tiba-tiba saja, Karina teringat sesuatu dan buru-buru berkata, “Omong-omong, aku membaca berita kalau Raja Agoy yang Perkasa mempersiapkan diri untuk datang ke Daruna. Aku nggak tahu apakah berita ini benar atau bohong?”

“Kamu juga sudah mendengar berita itu ya, Karina?” tanya Reza. “Berita itu memang benar. Kamu juga tahu sendiri posisi Raja Agoy yang Perkasa di kancah ekonomi global. Kalau dia bersiap datang ke Daruna, hal ini akan menjadi peluang besar bagi kita. Bahkan, juga bagi perekonomian Daruna.”

Setelah memastikan jika berita tersebut memang benar, Karina menjadi begitu antusias, hingga tidak bisa berbicara dengan jelas.

Karina menganggap, bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa adalah cita-citanya sepanjang hidupnya.

Sekarang, Raja Agoy yang Perkasa tiba-tiba saja ingin pergi ke Daruna. Karina merasa jika dirinya selangkah lebih dekat dengan cita-citanya.

Namun, dalam sekejap, Karina menjadi kembali tenang.

Jadi, bagaimana jika Raja Agoy yang Perkasa sudah berada di Daruna nantinya? Mungkin, orang terkaya di Daruna sekalipun akan sulit untuk bertemu dengannya. Apalagi diriku.

“Karina, aku dengar kamu mengidolakan Raja Agoy yang Perkasa ya?” tanya Reza.

Karina mengangguk. “Ya. Aku selalu memimpikan untuk bertemu dengannya.”

“Aku mendapat informasi yang bisa dipercaya. Baru-baru ini, Bu Nadya dari Grup Magani ingin mengadakan perjamuan makan untuk Raja Agoy yang Perkasa. Pada saat itu, dia akan mengundang banyak selebritas papan atas untuk ikut menemani,” kata Reza. “Aku pikir dengan mengandalkan koneksiku, seharusnya aku bisa mendapatkan tempat untukmu.”

Karina merasa begitu bersemangat hingga tidak bisa menahan diri. “Bagus sekali, Tuan Muda Reza. Terima kasih.”

Melihat waktunya tepat, Ambar pun berkata, “Reza, tolong berikan sup ini pada Karina. Aku harus pulang sebentar.”

Reza tahu jika Ambar sedang memberikan kesempatan kepada mereka berdua. Oleh karena itu, dia cepat-cepat mengambil mangkuk sup tersebut. “Bi, pulanglah dan istirahatlah dengan baik. Serahkan saja Karina padaku.”

Ambar berdiri dan keluar.

Siapa sangka begitu membuka pintu, secara kebetulan dia bertemu dengan Yoga.

Yoga baru saja tersadar dan tidak sabar untuk melihat keadaan Karina.

Namun, adegan dalam bangsal membuat hatinya sakit bagaikan ditusuk sembilu.

Karina oh Karina. Aku hampir mempertaruhkan nyawa untukmu. Tapi, bukan hanya nggak peduli padaku, kalian juga nggak mau menghargaiku. Bahkan, kamu malah menggoda pria lain di sini. Kenapa kamu bisa begitu kejam?

Yang lebih penting lagi, pria itu sebelumnya merupakan musuh bebuyutan Yoga.

Yoga bahkan menduga jika Reza juga terlibat dalam tragedi yang menghancurkan keluarganya waktu itu.

Ambar berteriak keras, “Kamu si orang nggak berguna, masih punya muka untuk datang kemari? Cepat pergi, kamu nggak punya tempat di sini!”

Yoga mentertawakan dirinya sendiri. “Sepertinya aku datang di waktu yang nggak tepat.”

Karina berkata dengan nada yang terdengar seperti orang yang sedang menginterogasi, “Yoga, aku bertanya padamu. Ibuku sudah meneleponmu beberapa kali, kenapa kamu nggak menjawabnya?”

Ambar dan Reza langsung menjadi gugup. Mereka khawatir jika kebohongannya akan terbongkar.

Yoga mengerutkan kening. “Meneleponku? Ponselku sudah rusak sejak kemarin.”

Wajah Karina makin terlihat muram.

Sebelumnya, Karina menduga jika ibunya sudah berbohong kepadanya. Ibunya tidak menelepon Yoga, sehingga Yoga tidak tahu jika Karina terluka dan dirawat di rumah sakit. Itu sebabnya Yoga tidak datang.

Sekarang, sepertinya Karina sudah berpikiran macam-macam. Ibunya memang menelepon Yoga.

Yoga sendiri yang malah berbohong dengan mengatakan ponselnya rusak untuk membela diri.

Setan sekalipun juga tidak akan percaya dengan alasan seperti itu.

Karina benar-benar kecewa pada Yoga.

“Pergilah, Yoga. Mulai sekarang, kita jalani hidup kita masing-masing dan nggak punya hubungan satu sama lain.”

Setiap kata yang diucapkan Karina bagaikan paku baja yang menancap kuat di hati Yoga.

Hati Yoga hancur lebur.

Bahkan, orang asing sekalipun nggak mungkin sekejam ini, ‘kan?

Agar masalah donor darah tidak terungkap, Ambar kembali mengusir Yoga. “Yoga, apa kamu dengar? Karina menyuruhmu pergi! Kalau kamu nggak mau pergi, jangan salahkan aku kalau bersikap kasar padamu!”

Ambar mengulurkan tangannya dan menampar wajah Yoga dengan cekatan.

Yoga mengangkat tangannya dan menangkap lengan Ambar dengan mudah. “Maaf. Bocah malang yang dulu sering kalian perlakukan dengan buruk, sekarang sudah mati. Mulai sekarang, siapa pun yang menyentuhku, aku akan menghancurkan seluruh keluarganya!”

Yoga mengayunkan tangannya sedikit dan Ambar langsung mundur beberapa langkah.

Kemudian, Ambar jatuh begitu saja ke lantai dan menangis sejadi-jadinya. “Yoga, kamu memang nggak tahu diuntung! Kamu makan dan minum dari rumahku selama ini. Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau berterima kasih. Tapi, baru sehari bercerai, kamu sudah berani memukulku! Karina, lihatlah orang macam apa yang sudah kamu nikahi ini!”

Reza melihat adanya kesempatan untuk tampil ke depan.

Dia pun berteriak dengan keras, “Yoga, kamu memang binatang. Kamu bahkan berani memukul Bibi. Pantaskah kamu untuk Karina? Hari ini, aku akan menggantikan Karina untuk memberimu pelajaran yang baik!”

Reza menghantamkan tinjunya ke kepala Yoga.

Yoga dengan mudahnya menangkap kepalan tangan Reza dengan tangan kirinya. Kemudian, tangan kanannya langsung mencengkeram leher Reza dan mengangkatnya seperti seekor anjing yang sudah mati.

Keinginan untuk membunuh dalam diri Yoga begitu kuat.

Semua orang yang hadir menjadi tercengang.

Apakah dia masih Yoga si pengecut yang mereka kenal?

Seorang pengecut yang hanya diam saja saat dipukuli dan dimarahi?

Sudah cukup!

Pada saat yang kritis seperti itu, Karina berkata, “Yoga, pergilah dari sini! Jangan sampai aku melihatmu lagi! Pergi!”

Kata ‘pergi’ membuat Yoga menjadi lebih tenang. “Pergi. Baik, aku pergi.”

Yoga menjatuhkan Reza dan melampiaskan amarahnya pada cermin di dekatnya.

Hanya dengan satu pukulan, cermin itu langsung hancur berkeping-keping. Kepalan tangan Yoga juga terluka parah.

“Mulai sekarang, aku dan kamu seperti cermin yang pecah ini. Kita berdua sudah nggak mungkin lagi bersatu.”

Yoga menyeret tubuh dan pikirannya yang lelah, lalu pergi dalam keadaan menyedihkan.

“Gila, kamu memang benar-benar gila.” Ambar terus berteriak dan mengumpat, “Baru sehari bercerai, sifat aslimu yang buruk sudah mulai kelihatan. Karina, kita semua sudah ditipu oleh orang yang nggak berguna ini selama bertahun-tahun.”

Karina merasa sakit kepala. “Sudahlah, Bu. Jangan lupa kalau ibulah yang memulainya. Sebaiknya kalian pulang dulu. Aku ingin menyendiri.”

Reza mengantar Ambar pulang.

Mereka berdua baru saja pergi, ketika perawat yang bertugas datang untuk mengganti obat Karina. “Nona Karina, apa Anda sudah merasa lebih baik?”

“Aku sudah merasa lebih baik. Terima kasih,” jawab Karina.

Perawat itu berkata dengan santai, “Nona Karina, siapa yang mendonorkan darah kepada Anda kemarin? Kenapa dia begitu peduli pada Anda? Demi mendonorkan darah untuk Anda, dia tidak memedulikan nyawanya sendiri. Dia jatuh pingsan karena terlalu banyak darah yang diambil dan baru sadar setelah berbaring semalaman di bangsal.”

Hmm?

Karina tertegun untuk sesaat.

Si pendonor jatuh pingsan di bangsal semalaman?

Namun, Reza semalam terus menjaga Karina.

Mungkinkah …

Karina tiba-tiba menyadari sesuatu dan buru-buru bertanya, “Apa pendonor itu bernama Reza?”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ranka Yudha Yudha
ketemu lagi bacaan jiplakan dari novel cina yg gak masuk akal dan ngawur.Kapan nemuin bacaan yg bermutu dan tokohnya tidak dungu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 3

    Perawat itu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Bukan. Sepertinya nama keluarganya Kusuma. Yoga Kusuma bukan ya? Sekarang, hal tersebut sudah menyebar di seluruh rumah sakit.”Deg!Ternyata, yang mendonorkan darah untuk Karina adalah Yoga!Namun, malah Reza yang mendapat pujian.Demi menyelamatkan Karina, Yoga bahkan sampai jatuh pingsan karena terlalu banyak darah yang diambil.Akan tetapi, Karina dan keluarganya masih memperlakukan Yoga seperti itu.Tidak heran jika Yoga menjadi begitu marah.Tiba-tiba saja, Karina merasa bersalah.Namun, meski demikian, Karina tidak berniat sedikit pun untuk kembali.Meski Yoga bersikap baik pada Karina, Yoga tetap tidak bisa memberikan apa yang diinginkan Karina.Contoh yang paling sederhana. Apa Yoga bisa mengatur pertemuan antara Karina dengan Raja Agoy yang Perkasa?Tiga hari kemudian.Paman Dipa menelepon Yoga untuk melaporkan hasil pekerjaannya.“Tuan Muda, pemindahan aset Anda berjalan lancar. Saya sudah menunjuk Nadya Wibowo, Presdir Grup

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 4

    Baru setelah suara deru mobil tersebut benar-benar menghilang, mereka bertiga akhirnya kembali ke akal sehatnya.Ambar menelan ludah dengan marah. “Karina, menurutmu manusia nggak berguna … Bagaimana Yoga bisa menyalakan mobil mewah itu? Dia nggak mungkin pemilik LaFellalio, Raja Agoy yang Perkasa itu, ‘kan?”Pada saat ini, yang terpikir di benak Ambar hanya satu hal saja.Jika Yoga benar-benar Raja Agoy yang Perkasa, tanpa keraguan sedikit pun, dia pasti akan menyuruh putrinya untuk rujuk kembali dengan Yoga.Sekalipun Ambar harus bersujud dan meminta maaf kepada Yoga, semua itu tidak masalah baginya.Apa kalian bercanda? Yoga adalah Dewa Kekayaan. Bagaimana mungkin melepaskannya begitu saja?Perasaan Karina campur aduk tidak karuan. “Aku … aku nggak tahu.”Jika Yoga benar-benar Raja Agoy yang Perkasa, takdir betul-betul sudah mempermainkannya.Karina begitu mengagumi Raja Agoy yang Perkasa sepanjang waktu. Dia memimpikan bisa bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.Namun, Raja Agoy ya

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 5

    Nadya akhirnya tidak tahan lagi. Dia berteriak dengan suara pelan, “Petugas keamanan, usir orang gila ini keluar!”“Baik.” Dua petugas keamanan berjalan mendekat dan ingin mengusir Yoga keluar.Sebelum mereka bisa melakukannya, Yoga sudah menghitung sampai angka ‘satu’.Begitu kata ‘satu’ terucap, tiba-tiba saja terjadi perubahan yang aneh.Bocah laki-laki itu membuka mulutnya dan memuntahkan darah kotor. Pada saat yang bersamaan, tubuhnya juga kejang-kejang dan mulutnya berbusa. Napasnya tersengal-sengal dan wajahnya menjadi pucat pasi.Adegan yang terjadi secara tiba-tiba itu, langsung membuat ibu si bocah laki-laki menangis. “Kamu kenapa, Nak? Jangan menakuti Ibu?”Danu sendiri juga takut dan bingung. “Profesor Hendra, apa yang terjadi? Ini … ini gejala normal, ‘kan? Tolong jelaskan padaku.”Profesor Hendra buru-buru memeriksa bocah tersebut. “Jangan khawatir, Pak Danu …”Setelah selesai memeriksa, Profesor Hendra menjadi pucat pasi. “Bagaimana ini bisa terjadi? Seharusnya ini nggak

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 6

    Setelah sepuluh detik yang menyiksa. Baru saja Yoga mengucapkan kata ‘satu’, pasien yang awalnya kehilangan vitalitas, tiba-tiba saja bangun dalam posisi setengah duduk. Kemudian, dia membuka mulutnya dan mengeluarkan banyak dahak kental.“Huaaaaa …” Tangisan anak itu bergema di laboratorium untuk waktu yang lama. Suaranya jelas, nyaring, dan bertenaga.Hidup!Benar-benar hidup!Terjadi keajaiban.Momen ini membuat semua orang bersemangat dan menjadi gembira.Ibu bocah laki-laki itu langsung menerjang dan memeluk anaknya sambil menangis, “Kamu sudah membuat Ibu takut setengah mati, Nak …”Danu juga merasa begitu emosional, hingga tidak bisa menahan diri. Dia menggenggam tangan Yoga dan berkata dengan suara tercekat, “Tuan Penolong, kamu adalah penyelamat keluarga Wirawan. Keluarga Wirawan berutang nyawa padamu. Aku … aku … bagaimana aku harus berterima kasih padamu?”Yoga menarik kembali tangannya. “Hanya masalah kecil.”Danu cepat-cepat mengeluarkan kartu namanya dan menyerahkannya ke

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 7

    Gatot menatap Yoga dengan tajam. “Hmph, anggap saja kamu sedang beruntung, Nak.”Pada saat yang bersamaan, ponsel Gatot berdering. Dia menjawab telepon tersebut. “Halo, Kak Bondan. Aku sudah sampai di perusahaan dan akan segera melakukan wawancara. Apa? Ada yang lebih dulu melamar sebagai sopir dan berhasil? Siapa? Yoga Kusuma? Si*lan, jangan-jangan Yoga si manusia tidak berguna itu?”Setelah menutup teleponnya, Bondan berlari beberapa langkah dan menghentikan Yoga. “Yoga, apa kamu datang kemari untuk ikut wawancara sebagai sopir?”Yoga menganggukkan kepalanya.Amarah Gatot langsung meledak. “Si*lan, berani-beraninya kamu merebut pekerjaanku. Nyalimu besar sekali! Undurkan diri sekarang juga. Serahkan pekerjaannya padaku. Kalau nggak, kamu akan menyesal.”Tika juga marah besar. “Dasar ber*ngsek! Apa kamu tahu, berapa banyak yang sudah kami lakukan untuk mendapatkan kesempatan kerja ini? Kamu sudah merusak rencana kami. Aku perintahkan padamu untuk segera berhenti kerja. Sekarang juga!”

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 8

    Nguunngg!Otak Karina langsung meledak.Ternyata Grup Magani benar-benar memasukkannya ke dalam daftar hitam.Entah berapa banyak usaha yang sudah dilakukannya, berapa banyak orang yang dihubunginya, dan berapa banyak koneksi yang dijalinnya untuk membangun hubungan kerja sama dengan Grup Magani.Sekarang, semua usaha dan pengorbanan yang dilakukan Karina tersebut sia-sia, hanya karena kata-kata yang diucapkan oleh Yoga.Yang paling penting, besok akan diadakan acara makan malam untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa. Grup Magani akan memilih tamu di antara para mitranya untuk menghadiri acara makan malam tersebut.Sekarang, Karina juga kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.Praktis, Yoga sudah menghancurkan hidup Karina.Karina tidak bisa menerima pukulan seperti itu. Dia langsung jatuh lemas.Setelah itu, dari pagi hingga matahari terbenam, Karina berbaring di tempat tidur dengan tatapan kosong. Dia tidak mau makan, minum, dan bicara.Karina benar-benar ti

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 9

    Orang yang kalian sanjung dan puji itu, tidak lebih dari sekadar cecunguk di mataku.Selain itu, ‘orang penting lainnya’ yang kamu maksud adalah aku.“Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, aku nggak pantas menerimanya. Seseorang mengundangku makan malam. Aku pergi dulu.” Yoga melangkah pergi.“Kamu …” Karina berkata dengan kesal. “Apa kamu akan terus menjadi sopir seumur hidup? Kamu nggak bisa jadi sukses, karena kamu nggak punya kemampuan!”Karina merasa sangat kecewa pada Yoga. Yoga, Yoga … kalau saja kamu sedikit saja seperti Reza, punya sedikit ambisi. Aku pasti nggak akan pernah menceraikanmu.Melihat Yoga pergi, Gatot merasa tidak tahan lagi. “Yoga, berhenti di situ! Apa aku mengizinkanmu untuk pergi?”Reza buru-buru menghalangi Gatot, “Biarkan saja dia pergi, Gatot. Nanti, kita adukan dia depan tiga orang penting itu. Aku jamin dia nggak akan punya tempat lagi di Kota Pawana ini.”Gatot langsung mengangguk setuju. “Kak Reza memang benar. Hmph, bukankah Yoga hanya mengandalkan sta

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 10

    Mereka bertiga tercengang. Pak Iwan mengira jika dirinya sudah salah mengerti. “Yoga, maksudmu kamu menyuruhku untuk minum?”Yoga menganggukkan kepalanya. “Harus minum tiga kali sehari. Nggak boleh kurang satu gelas pun.”Mitha langsung menjadi cemas. “Yoga, aku rasa kamu jelas-jelas nggak bermaksud baik. Dengan kondisi fisik kakekku, segelas alkohol saja mungkin bisa … apa yang sebenarnya kamu inginkan?”“Resep yang kuberikan seperti ini. Kalau nggak percaya, nggak perlu meminumnya,” kata Yoga.“Aku percaya!” Pak Iwan mengambil gelas anggurnya dan langsung meminumnya sekaligus. Mitha tidak kuasa untuk menghentikannya, meski dia sebenarnya ingin melakukannya.Mitha tercengang dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia berkata, “Kek, Kakek … Kakek sedang kacau. Begitu banyak dokter terkenal yang menyuruh Kakek untuk nggak minum alkohol, tapi Kakek malah melupakannya. Cepat, cepat telepon ambulans! Pergi ke rumah sakit dan pompa perutnya.”Mitha mengeluarkan ponselnya dengan gugup dan ingin m

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1243

    Yogi berbicara sambil menghela napas dengan tak berdaya, sepertinya teringat dengan semua hal yang penuh dengan air mata kesedihan yang pernah terjadi. Itu adalah masa lalu yang tidak ingin diingatnya lagi."Bagus sekali, tapi aku nggak akan membiarkanmu hidup dengan tenang," kata Jordi yang tiba-tiba merobek pakaiannya, lalu memukul dadanya dengan keras.Boom!Darah menyembur dan terlihat banyak serangga hitam kecil yang keluar dari tubuhnya. Seperti kawanan nyamuk, serangga itu terbang naik turun dan bergerak menuju satu arah."Gawat!" teriak Yogi yang tiba-tiba terkejut, lalu segera maju dan terus menyerang satu per satu serangga itu sampai jatuh ke lantai.Agnes dan Markus juga berlarik keluar dan membunuh serangga-serangga hitam itu secara bersamaan.Namun, mereka tetap tidak bisa menangani semuanya dan beberapa serangga hitam itu berhasil lolos. Ukuran serangga itu sangat kecil, bahkan sulit untuk terlihat mata."Aduh!" kata Yogi sambil menghela napas dan menatap ke kejauhan. Pad

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1242

    "Kenapa kamu lagi? Kenapa kamu bisa berada di sini?" tanya Jordi dengan ekspresi terkejut dan menatap orang di depannya dengan ketakutan.Jordi berpikir jelas-jelas Yoga masih berada di dalam formasi, tidak mungkin bisa muncul di sana dengan begitu cepat. Meskipun formasinya hancur, Yoga juga membutuhkan waktu untuk tiba di sana. Namun, orang di depannya ini sepertinya sudah menunggunya cukup lama. Ini benar-benar hal yang mustahil."Sepertinya sudah berlalu cukup lama, jadi kamu sudah melupakan siapa aku," kata Yogi sambil tersenyum dan memancarkan hawa dingin. Tatapannya itu penuh dengan niat membunuh."Kamu? Bukankah kamu ini Yoga?" tanya Jordi dengan tercengang dan merasa aneh. Saat ini, dia benar-benar merasa bingung.Yogi berkata, "Saat itu kamu yang membocorkan keberadaanku dan istriku, jadi istriku dikurung selama bertahun-tahun. Sekarang kamu sudah tahu siapa aku sebenarnya, 'kan?"Jordi bertanya sambil mengernyitkan alisnya, "Istrimu? Dikurung?"Setelah mengingat kembali deng

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1241

    Awalnya, Jordi mengira formasi ini pasti bisa membunuh Bimo, tetapi tetap tidak ada kemajuan sedikit pun. Bimo ini masih tetap sulit untuk dibunuh, bahkan hampir berhasil menghancurkan formasinya. Jika formasi ini gagal, apa lagi yang bisa digunakannya untuk melawan Bimo?Dalam sekejap, Jordi berdiri diam di tempat dan tidak bergerak sedikit pun. Dia benar-benar sangat ketakutan dan merasa putus asa.Yoga tetap melawan boneka-boneka mayat itu sampai tidak bisa bergerak lagi dan tubuh mereka berserakan ke mana-mana."Kamu sudah siap untuk mati?" tanya Yoga sambil tersenyum sinis dan menatap Jordi dengan dingin."Kamu ...," teriak Jordi yang benar-benar kehilangan semangat bertarungnya, lalu mengendalikan semua benang merah dan menyuntikkannya ke dalam tubuh 15 boneka mayat itu. Boneka-boneka mayat yang langsung terlilit benang merah itu pun terlihat seperti mumi. Setelah itu, dia langsung berbalik dan melarikan diri.Yoga berniat untuk mengejar Jordi, tetapi dia langsung dihentikan oleh

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1240

    "Apa ... yang telah kamu lakukan?" tanya Jordi yang tercengang saat melihat fenomena aneh di langit. Dia sama sekali tidak menyangka akan melihat pemandangan yang begitu mengerikan. Formasinya ini sepertinya benar-benar sudah tidak akan bertahan lagi."Aku sudah bilang formasimu ini nggak akan bisa melindungimu lagi," kata Yoga dengan dingin."Nggak, ini nggak mungkin," kata Jordi sambil menatap langit dengan bengong. Melihat satu per satu celah yang muncul di langit, hatinya merasa gelisah.Krak!Pada saat itu, muncul satu celah lagi dan seluruh formasinya pun mulai berguncang sampai ruangan di sekitar bergetar hebat.Jordi seolah-olah mulai menyadari kemampuan Bimo benar-benar luar biasa."Bagaimana kamu bisa melakukan ini?" tanya Jordi."Kamu pernah melihat kekuatan sebenarnya dari seorang kultivator raja?" kata Yoga dengan ambigu."Apa? Kultivator raja?" seru Jordi yang merasa terkejut serta panik dan ekspresinya juga makin muram.Kultivator raja adalah sosok yang sangat kuat, sehi

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1239

    Setelah itu, mata semua orang membelalak dan tiba-tiba hidup kembali. Saat ini, mereka semua sudah menjadi boneka mayat. Jordi pun tertawa terbahak-bahak karena merasa sangat puas saat melihat hasil karyanya ini."Mana mungkin orang-orang yang pengecut ini pantas untuk mengikutiku. Kalau nggak ingin mati, aku sendiri yang akan membunuh kalian dan akhirnya kalian menjadi boneka mayatku. Mulai sekarang, tugas kalian adalah membunuh Bimo," kata Jordi sambil tertawa terbahak-bahak dan menunjuk ke arah Yoga.Dalam sekejap, 15 orang itu langsung berbaris dengan rapi. Mata mereka yang merah terlihat kosong dan menatap tajam ke arah Yoga. Satu per satu dari mereka penuh dengan aura membunuh dan siap untuk menghabisi target mereka di depan."Benar-benar ... sangat kejam," kata Yoga sambil menghela napas. Dia mengira mereka akan bersatu dan menyerangnya bersama-sama. Pada akhirnya, mereka memang bersatu, tetapi karena mereka semua dibunuh oleh Jordi."Serang!" perintah Jordi.Setelah itu, 15 bon

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1238

    Jordi muncul di atas menara lonceng dan mengamati ke arah bawah dengan tenang. Tatapannya terlihat datar dan ekspresi tenang, seolah-olah meremehkan segalanya.Dalam sekejap, mata semua orang yang berada di sana membelalak dan melihat ke atas dengan ekspresi tidak percaya."Tuan Jordi, kenapa kamu keluar?""Bimo ini benar-benar luar biasa, kamu harus hati-hati.""Sebagai pusat informasi, kamu adalah sosok yang sangat penting dan nggak boleh terjadi apa-apa padamu."Semua orang segera membujuk Jordi dengan sangat cemas."Singkirkan wajah kalian itu, membuatku merasa jijik," marah Jordi dengan dingin. Dia sudah melihat segalanya tadi, termasuk dengan sekelompok orang ini yang bertindak dengan sangat memalukan demi bertahan hidup. Hal ini sama sekali tidak mencerminkan semangat seorang Pelindung Kebenaran.Mendengar perkataan itu, para tetua dan jenderal besar yang berada di sana semuanya menundukkan kepala. Mereka semua merasa gugup, tetapi mereka juga tidak berdaya. Bagaimanapun juga, m

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1237

    "Apa?" Setelah mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di tempat langsung berubah menjadi pucat pasi. Mereka sangat ketakutan dan gelisah. Bisa-bisanya ketahuan? Bagaimana mungkin rahasia ini bisa bocor? Dalam sekejap, semua orang menjadi panik. Mereka tanpa sadar melirik ke arah menara lonceng."Oh?" Yoga pun tertawa. Nada suaranya terdengar terkejut sekaligus puas.Yoga sebenarnya hanya meminta Winola dan Sutrisno untuk menjauh darinya, tetapi tak disangka mereka malah menemukan sesuatu yang sangat penting. Yoga perlahan mendongak dan menatap ke arah atas, tepat ke lokasi menara lonceng."Kalian jangan bicara sembarangan! Nggak mungkin ada apa-apa di menara lonceng itu!""Benar, tindakan kalian ini adalah pengkhianatan terhadap Bimo! Nggak mungkin pusat formasi ada di sana!""Kalian sungguh keji! Kalian mau mengalihkan perhatian Bimo ya? Pusat formasi yang sebenarnya jelas bukan di sana!"Para tetua dan jenderal mulai berteriak panik. Mereka coba meyakinkan Yoga dengan berbagai

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1236

    "Kalian semua mau mati ya?" Yoga melontarkan pertanyaan dengan nada tenang. Matanya menyapu seluruh orang di tempat itu satu per satu. Wajahnya tetap datar tanpa emosi.Semua orang langsung menutup mulut. Tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tahu jika Bimo murka, konsekuensinya bukan hanya kematian, melainkan siksaan yang lebih buruk dari mati.Di saat itulah, Yoga memandang pria di hadapannya dengan tenang. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia melayangkan tendangan. Tindakannya membuat pria tersebut terpental.Namun, Yoga sama sekali tidak berniat membunuhnya. Baginya, membunuh pria itu hanya akan menjadikannya salah satu dari boneka dalam formasi ini. Itu hanya akan menambah bebannya. Hal terpenting saat ini adalah menemukan pusat formasi."Hahaha! Aku hidup! Aku benar-benar masih hidup!" seru jenderal itu sambil tertawa terbahak-bahak penuh kegirangan. Wajahnya berseri-seri. Dia tidak mampu menyembunyikan rasa lega yang luar biasa.Mampu bertahan hidup di bawah

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1235

    Hukum alam semesta akan memberikan tekanan jika itu terjadi. Yoga harus tetap waspada. Retakan-retakan di langit adalah hasil dari kekuatan hukum tersebut.Hukum alam semesta telah merasakan keberadaan Yoga sehingga langsung mencarinya tanpa ragu. Bahkan, formasi besar yang mengurung tempat ini pun tak mampu menghentikannya."Sepertinya aku harus sedikit menahan diri," gumam Yoga perlahan.Bimo menambahkan, "Cuma sedikit lagi doang. Meski kekuatanmu mampu menembus level kultivator raja, mana boleh kamu bertindak serampangan begini?""Aku tahu," jawab Yoga singkat, tanpa banyak bicara lagi. Kemudian, dia menoleh ke arah jenderal yang gemetar ketakutan dalam genggamannya. Kakinya bahkan hampir tak mampu menopang tubuhnya."Cepat katakan! Kalau nggak, aku akan menjadikanmu seperti mayat boneka itu, lalu menghancurkanmu hingga menjadi serpihan!" ancam Yoga dengan suara dingin."Aku akan kasih tahu semuanya!" balas jenderal itu sambil buru-buru mengangguk. Ketakutan dan emosinya sudah tak t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status