Share

Bab 2

Penulis: Vodka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Di bangsal No. 204.

Setelah beristirahat semalaman, Karina berhasil melewati masa kritisnya dan kembali sadar.

Ambar, ibu Karina, dengan penuh perhatian menyuapi Karina dengan sup yang bergizi.

Di samping Karina, berdiri seorang pria terpelajar dan sopan.

Pria tersebut adalah Reza Ardiyanto, saingan Yoga dalam memperebutkan cinta Karina.

“Istirahatlah dulu, Bi. Biar aku saja yang menyuapi Karina dengan sup ini,” kata Reza dengan penuh perhatian.

Ambar buru-buru berkata, “Reza, bicara mengenai lelah, nggak ada yang bisa dibandingkan denganmu. Kemarin, kamu sudah menyumbangkan begitu banyak darah untuk Karina dan menjaganya sepanjang malam. Lihatlah, betapa lelahnya dirimu. Kamu terlihat lemah dan pucat.”

“Bi, kalau Bibi berkata seperti itu, artinya Bibi menganggapku sebagai orang lain. Sudah seharusnya aku melakukan semua ini,” kata Reza.

Padahal yang sebenarnya terjadi, Reza juga baru saja datang.

Penampilannya yang terlihat lemah dan pucat, itu semua karena dia bergadang semalaman di bar.

Begitu Reza tiba di rumah sakit, Ambar menyuruh Reza untuk patuh dan mengatakan bahwa dialah yang sudah mendonorkan darahnya kepada Karina semalam.

Reza tahu jika yang dilakukan Ambar adalah untuk menyatukan dirinya dan Karina. Tentu saja, Reza tidak menolaknya.

Reza sudah lama menginginkan Karina.

Setelah mengetahui jika Reza yang sudah mendonorkan darah untuknya, Karina pun menatap Reza dengan penuh rasa terima kasih.

Tentu saja, hal tersebut tidak lebih dari menghargai kebaikan Reza semata.

“Terima kasih, Tuan Muda Reza.”

“Nggak perlu mengucapkan terima kasih. Ini semua sudah menjadi kewajibanku.” Ucapan Reza terdengar ambigu.

Ambar menghela napas dan berkata, “Membandingkan orang yang satu dengan yang lainnya, hanya akan membuat kita merasa sedih. Membandingkan suatu barang dengan barang yang lainnya, akan membuat kita merasa nggak puas. Kata-kata ini memang benar adanya. Kemarin, kamu membutuhkan transfusi darah untuk bisa selamat. Aku tahu golongan darah Yoga juga B. Itu sebabnya, aku meneleponnya untuk meminta bantuan. Tapi, siapa sangka kalau manusia nggak berguna itu nggak mau menolongmu. Dia bahkan juga nggak mau menjawab teleponku. Kalau bukan karena Tuan Muda Reza datang tepat waktu, aku takut mungkin kamu sekarang sudah … aduh! Kamu sudah bercerai dengannya, ‘kan Karina?”

Hmm?

Karina mengerutkan kening.

Yoga benar-benar nggak berperasaan. Baru saja bercerai kurang dari setengah hari, dia benar-benar membiarkanku mati? Apa perasaan Yoga padaku dulu, semuanya itu palsu? Atau, apakah Ibu yang berbohong padaku?

Tiba-tiba saja, Karina teringat sesuatu dan buru-buru berkata, “Omong-omong, aku membaca berita kalau Raja Agoy yang Perkasa mempersiapkan diri untuk datang ke Daruna. Aku nggak tahu apakah berita ini benar atau bohong?”

“Kamu juga sudah mendengar berita itu ya, Karina?” tanya Reza. “Berita itu memang benar. Kamu juga tahu sendiri posisi Raja Agoy yang Perkasa di kancah ekonomi global. Kalau dia bersiap datang ke Daruna, hal ini akan menjadi peluang besar bagi kita. Bahkan, juga bagi perekonomian Daruna.”

Setelah memastikan jika berita tersebut memang benar, Karina menjadi begitu antusias, hingga tidak bisa berbicara dengan jelas.

Karina menganggap, bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa adalah cita-citanya sepanjang hidupnya.

Sekarang, Raja Agoy yang Perkasa tiba-tiba saja ingin pergi ke Daruna. Karina merasa jika dirinya selangkah lebih dekat dengan cita-citanya.

Namun, dalam sekejap, Karina menjadi kembali tenang.

Jadi, bagaimana jika Raja Agoy yang Perkasa sudah berada di Daruna nantinya? Mungkin, orang terkaya di Daruna sekalipun akan sulit untuk bertemu dengannya. Apalagi diriku.

“Karina, aku dengar kamu mengidolakan Raja Agoy yang Perkasa ya?” tanya Reza.

Karina mengangguk. “Ya. Aku selalu memimpikan untuk bertemu dengannya.”

“Aku mendapat informasi yang bisa dipercaya. Baru-baru ini, Bu Nadya dari Grup Magani ingin mengadakan perjamuan makan untuk Raja Agoy yang Perkasa. Pada saat itu, dia akan mengundang banyak selebritas papan atas untuk ikut menemani,” kata Reza. “Aku pikir dengan mengandalkan koneksiku, seharusnya aku bisa mendapatkan tempat untukmu.”

Karina merasa begitu bersemangat hingga tidak bisa menahan diri. “Bagus sekali, Tuan Muda Reza. Terima kasih.”

Melihat waktunya tepat, Ambar pun berkata, “Reza, tolong berikan sup ini pada Karina. Aku harus pulang sebentar.”

Reza tahu jika Ambar sedang memberikan kesempatan kepada mereka berdua. Oleh karena itu, dia cepat-cepat mengambil mangkuk sup tersebut. “Bi, pulanglah dan istirahatlah dengan baik. Serahkan saja Karina padaku.”

Ambar berdiri dan keluar.

Siapa sangka begitu membuka pintu, secara kebetulan dia bertemu dengan Yoga.

Yoga baru saja tersadar dan tidak sabar untuk melihat keadaan Karina.

Namun, adegan dalam bangsal membuat hatinya sakit bagaikan ditusuk sembilu.

Karina oh Karina. Aku hampir mempertaruhkan nyawa untukmu. Tapi, bukan hanya nggak peduli padaku, kalian juga nggak mau menghargaiku. Bahkan, kamu malah menggoda pria lain di sini. Kenapa kamu bisa begitu kejam?

Yang lebih penting lagi, pria itu sebelumnya merupakan musuh bebuyutan Yoga.

Yoga bahkan menduga jika Reza juga terlibat dalam tragedi yang menghancurkan keluarganya waktu itu.

Ambar berteriak keras, “Kamu si orang nggak berguna, masih punya muka untuk datang kemari? Cepat pergi, kamu nggak punya tempat di sini!”

Yoga mentertawakan dirinya sendiri. “Sepertinya aku datang di waktu yang nggak tepat.”

Karina berkata dengan nada yang terdengar seperti orang yang sedang menginterogasi, “Yoga, aku bertanya padamu. Ibuku sudah meneleponmu beberapa kali, kenapa kamu nggak menjawabnya?”

Ambar dan Reza langsung menjadi gugup. Mereka khawatir jika kebohongannya akan terbongkar.

Yoga mengerutkan kening. “Meneleponku? Ponselku sudah rusak sejak kemarin.”

Wajah Karina makin terlihat muram.

Sebelumnya, Karina menduga jika ibunya sudah berbohong kepadanya. Ibunya tidak menelepon Yoga, sehingga Yoga tidak tahu jika Karina terluka dan dirawat di rumah sakit. Itu sebabnya Yoga tidak datang.

Sekarang, sepertinya Karina sudah berpikiran macam-macam. Ibunya memang menelepon Yoga.

Yoga sendiri yang malah berbohong dengan mengatakan ponselnya rusak untuk membela diri.

Setan sekalipun juga tidak akan percaya dengan alasan seperti itu.

Karina benar-benar kecewa pada Yoga.

“Pergilah, Yoga. Mulai sekarang, kita jalani hidup kita masing-masing dan nggak punya hubungan satu sama lain.”

Setiap kata yang diucapkan Karina bagaikan paku baja yang menancap kuat di hati Yoga.

Hati Yoga hancur lebur.

Bahkan, orang asing sekalipun nggak mungkin sekejam ini, ‘kan?

Agar masalah donor darah tidak terungkap, Ambar kembali mengusir Yoga. “Yoga, apa kamu dengar? Karina menyuruhmu pergi! Kalau kamu nggak mau pergi, jangan salahkan aku kalau bersikap kasar padamu!”

Ambar mengulurkan tangannya dan menampar wajah Yoga dengan cekatan.

Yoga mengangkat tangannya dan menangkap lengan Ambar dengan mudah. “Maaf. Bocah malang yang dulu sering kalian perlakukan dengan buruk, sekarang sudah mati. Mulai sekarang, siapa pun yang menyentuhku, aku akan menghancurkan seluruh keluarganya!”

Yoga mengayunkan tangannya sedikit dan Ambar langsung mundur beberapa langkah.

Kemudian, Ambar jatuh begitu saja ke lantai dan menangis sejadi-jadinya. “Yoga, kamu memang nggak tahu diuntung! Kamu makan dan minum dari rumahku selama ini. Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau berterima kasih. Tapi, baru sehari bercerai, kamu sudah berani memukulku! Karina, lihatlah orang macam apa yang sudah kamu nikahi ini!”

Reza melihat adanya kesempatan untuk tampil ke depan.

Dia pun berteriak dengan keras, “Yoga, kamu memang binatang. Kamu bahkan berani memukul Bibi. Pantaskah kamu untuk Karina? Hari ini, aku akan menggantikan Karina untuk memberimu pelajaran yang baik!”

Reza menghantamkan tinjunya ke kepala Yoga.

Yoga dengan mudahnya menangkap kepalan tangan Reza dengan tangan kirinya. Kemudian, tangan kanannya langsung mencengkeram leher Reza dan mengangkatnya seperti seekor anjing yang sudah mati.

Keinginan untuk membunuh dalam diri Yoga begitu kuat.

Semua orang yang hadir menjadi tercengang.

Apakah dia masih Yoga si pengecut yang mereka kenal?

Seorang pengecut yang hanya diam saja saat dipukuli dan dimarahi?

Sudah cukup!

Pada saat yang kritis seperti itu, Karina berkata, “Yoga, pergilah dari sini! Jangan sampai aku melihatmu lagi! Pergi!”

Kata ‘pergi’ membuat Yoga menjadi lebih tenang. “Pergi. Baik, aku pergi.”

Yoga menjatuhkan Reza dan melampiaskan amarahnya pada cermin di dekatnya.

Hanya dengan satu pukulan, cermin itu langsung hancur berkeping-keping. Kepalan tangan Yoga juga terluka parah.

“Mulai sekarang, aku dan kamu seperti cermin yang pecah ini. Kita berdua sudah nggak mungkin lagi bersatu.”

Yoga menyeret tubuh dan pikirannya yang lelah, lalu pergi dalam keadaan menyedihkan.

“Gila, kamu memang benar-benar gila.” Ambar terus berteriak dan mengumpat, “Baru sehari bercerai, sifat aslimu yang buruk sudah mulai kelihatan. Karina, kita semua sudah ditipu oleh orang yang nggak berguna ini selama bertahun-tahun.”

Karina merasa sakit kepala. “Sudahlah, Bu. Jangan lupa kalau ibulah yang memulainya. Sebaiknya kalian pulang dulu. Aku ingin menyendiri.”

Reza mengantar Ambar pulang.

Mereka berdua baru saja pergi, ketika perawat yang bertugas datang untuk mengganti obat Karina. “Nona Karina, apa Anda sudah merasa lebih baik?”

“Aku sudah merasa lebih baik. Terima kasih,” jawab Karina.

Perawat itu berkata dengan santai, “Nona Karina, siapa yang mendonorkan darah kepada Anda kemarin? Kenapa dia begitu peduli pada Anda? Demi mendonorkan darah untuk Anda, dia tidak memedulikan nyawanya sendiri. Dia jatuh pingsan karena terlalu banyak darah yang diambil dan baru sadar setelah berbaring semalaman di bangsal.”

Hmm?

Karina tertegun untuk sesaat.

Si pendonor jatuh pingsan di bangsal semalaman?

Namun, Reza semalam terus menjaga Karina.

Mungkinkah …

Karina tiba-tiba menyadari sesuatu dan buru-buru bertanya, “Apa pendonor itu bernama Reza?”
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ranka Yudha Yudha
ketemu lagi bacaan jiplakan dari novel cina yg gak masuk akal dan ngawur.Kapan nemuin bacaan yg bermutu dan tokohnya tidak dungu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 3

    Perawat itu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Bukan. Sepertinya nama keluarganya Kusuma. Yoga Kusuma bukan ya? Sekarang, hal tersebut sudah menyebar di seluruh rumah sakit.”Deg!Ternyata, yang mendonorkan darah untuk Karina adalah Yoga!Namun, malah Reza yang mendapat pujian.Demi menyelamatkan Karina, Yoga bahkan sampai jatuh pingsan karena terlalu banyak darah yang diambil.Akan tetapi, Karina dan keluarganya masih memperlakukan Yoga seperti itu.Tidak heran jika Yoga menjadi begitu marah.Tiba-tiba saja, Karina merasa bersalah.Namun, meski demikian, Karina tidak berniat sedikit pun untuk kembali.Meski Yoga bersikap baik pada Karina, Yoga tetap tidak bisa memberikan apa yang diinginkan Karina.Contoh yang paling sederhana. Apa Yoga bisa mengatur pertemuan antara Karina dengan Raja Agoy yang Perkasa?Tiga hari kemudian.Paman Dipa menelepon Yoga untuk melaporkan hasil pekerjaannya.“Tuan Muda, pemindahan aset Anda berjalan lancar. Saya sudah menunjuk Nadya Wibowo, Presdir Grup

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 4

    Baru setelah suara deru mobil tersebut benar-benar menghilang, mereka bertiga akhirnya kembali ke akal sehatnya.Ambar menelan ludah dengan marah. “Karina, menurutmu manusia nggak berguna … Bagaimana Yoga bisa menyalakan mobil mewah itu? Dia nggak mungkin pemilik LaFellalio, Raja Agoy yang Perkasa itu, ‘kan?”Pada saat ini, yang terpikir di benak Ambar hanya satu hal saja.Jika Yoga benar-benar Raja Agoy yang Perkasa, tanpa keraguan sedikit pun, dia pasti akan menyuruh putrinya untuk rujuk kembali dengan Yoga.Sekalipun Ambar harus bersujud dan meminta maaf kepada Yoga, semua itu tidak masalah baginya.Apa kalian bercanda? Yoga adalah Dewa Kekayaan. Bagaimana mungkin melepaskannya begitu saja?Perasaan Karina campur aduk tidak karuan. “Aku … aku nggak tahu.”Jika Yoga benar-benar Raja Agoy yang Perkasa, takdir betul-betul sudah mempermainkannya.Karina begitu mengagumi Raja Agoy yang Perkasa sepanjang waktu. Dia memimpikan bisa bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.Namun, Raja Agoy ya

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 5

    Nadya akhirnya tidak tahan lagi. Dia berteriak dengan suara pelan, “Petugas keamanan, usir orang gila ini keluar!”“Baik.” Dua petugas keamanan berjalan mendekat dan ingin mengusir Yoga keluar.Sebelum mereka bisa melakukannya, Yoga sudah menghitung sampai angka ‘satu’.Begitu kata ‘satu’ terucap, tiba-tiba saja terjadi perubahan yang aneh.Bocah laki-laki itu membuka mulutnya dan memuntahkan darah kotor. Pada saat yang bersamaan, tubuhnya juga kejang-kejang dan mulutnya berbusa. Napasnya tersengal-sengal dan wajahnya menjadi pucat pasi.Adegan yang terjadi secara tiba-tiba itu, langsung membuat ibu si bocah laki-laki menangis. “Kamu kenapa, Nak? Jangan menakuti Ibu?”Danu sendiri juga takut dan bingung. “Profesor Hendra, apa yang terjadi? Ini … ini gejala normal, ‘kan? Tolong jelaskan padaku.”Profesor Hendra buru-buru memeriksa bocah tersebut. “Jangan khawatir, Pak Danu …”Setelah selesai memeriksa, Profesor Hendra menjadi pucat pasi. “Bagaimana ini bisa terjadi? Seharusnya ini nggak

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 6

    Setelah sepuluh detik yang menyiksa. Baru saja Yoga mengucapkan kata ‘satu’, pasien yang awalnya kehilangan vitalitas, tiba-tiba saja bangun dalam posisi setengah duduk. Kemudian, dia membuka mulutnya dan mengeluarkan banyak dahak kental.“Huaaaaa …” Tangisan anak itu bergema di laboratorium untuk waktu yang lama. Suaranya jelas, nyaring, dan bertenaga.Hidup!Benar-benar hidup!Terjadi keajaiban.Momen ini membuat semua orang bersemangat dan menjadi gembira.Ibu bocah laki-laki itu langsung menerjang dan memeluk anaknya sambil menangis, “Kamu sudah membuat Ibu takut setengah mati, Nak …”Danu juga merasa begitu emosional, hingga tidak bisa menahan diri. Dia menggenggam tangan Yoga dan berkata dengan suara tercekat, “Tuan Penolong, kamu adalah penyelamat keluarga Wirawan. Keluarga Wirawan berutang nyawa padamu. Aku … aku … bagaimana aku harus berterima kasih padamu?”Yoga menarik kembali tangannya. “Hanya masalah kecil.”Danu cepat-cepat mengeluarkan kartu namanya dan menyerahkannya ke

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 7

    Gatot menatap Yoga dengan tajam. “Hmph, anggap saja kamu sedang beruntung, Nak.”Pada saat yang bersamaan, ponsel Gatot berdering. Dia menjawab telepon tersebut. “Halo, Kak Bondan. Aku sudah sampai di perusahaan dan akan segera melakukan wawancara. Apa? Ada yang lebih dulu melamar sebagai sopir dan berhasil? Siapa? Yoga Kusuma? Si*lan, jangan-jangan Yoga si manusia tidak berguna itu?”Setelah menutup teleponnya, Bondan berlari beberapa langkah dan menghentikan Yoga. “Yoga, apa kamu datang kemari untuk ikut wawancara sebagai sopir?”Yoga menganggukkan kepalanya.Amarah Gatot langsung meledak. “Si*lan, berani-beraninya kamu merebut pekerjaanku. Nyalimu besar sekali! Undurkan diri sekarang juga. Serahkan pekerjaannya padaku. Kalau nggak, kamu akan menyesal.”Tika juga marah besar. “Dasar ber*ngsek! Apa kamu tahu, berapa banyak yang sudah kami lakukan untuk mendapatkan kesempatan kerja ini? Kamu sudah merusak rencana kami. Aku perintahkan padamu untuk segera berhenti kerja. Sekarang juga!”

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 8

    Nguunngg!Otak Karina langsung meledak.Ternyata Grup Magani benar-benar memasukkannya ke dalam daftar hitam.Entah berapa banyak usaha yang sudah dilakukannya, berapa banyak orang yang dihubunginya, dan berapa banyak koneksi yang dijalinnya untuk membangun hubungan kerja sama dengan Grup Magani.Sekarang, semua usaha dan pengorbanan yang dilakukan Karina tersebut sia-sia, hanya karena kata-kata yang diucapkan oleh Yoga.Yang paling penting, besok akan diadakan acara makan malam untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa. Grup Magani akan memilih tamu di antara para mitranya untuk menghadiri acara makan malam tersebut.Sekarang, Karina juga kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.Praktis, Yoga sudah menghancurkan hidup Karina.Karina tidak bisa menerima pukulan seperti itu. Dia langsung jatuh lemas.Setelah itu, dari pagi hingga matahari terbenam, Karina berbaring di tempat tidur dengan tatapan kosong. Dia tidak mau makan, minum, dan bicara.Karina benar-benar ti

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 9

    Orang yang kalian sanjung dan puji itu, tidak lebih dari sekadar cecunguk di mataku.Selain itu, ‘orang penting lainnya’ yang kamu maksud adalah aku.“Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, aku nggak pantas menerimanya. Seseorang mengundangku makan malam. Aku pergi dulu.” Yoga melangkah pergi.“Kamu …” Karina berkata dengan kesal. “Apa kamu akan terus menjadi sopir seumur hidup? Kamu nggak bisa jadi sukses, karena kamu nggak punya kemampuan!”Karina merasa sangat kecewa pada Yoga. Yoga, Yoga … kalau saja kamu sedikit saja seperti Reza, punya sedikit ambisi. Aku pasti nggak akan pernah menceraikanmu.Melihat Yoga pergi, Gatot merasa tidak tahan lagi. “Yoga, berhenti di situ! Apa aku mengizinkanmu untuk pergi?”Reza buru-buru menghalangi Gatot, “Biarkan saja dia pergi, Gatot. Nanti, kita adukan dia depan tiga orang penting itu. Aku jamin dia nggak akan punya tempat lagi di Kota Pawana ini.”Gatot langsung mengangguk setuju. “Kak Reza memang benar. Hmph, bukankah Yoga hanya mengandalkan sta

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 10

    Mereka bertiga tercengang. Pak Iwan mengira jika dirinya sudah salah mengerti. “Yoga, maksudmu kamu menyuruhku untuk minum?”Yoga menganggukkan kepalanya. “Harus minum tiga kali sehari. Nggak boleh kurang satu gelas pun.”Mitha langsung menjadi cemas. “Yoga, aku rasa kamu jelas-jelas nggak bermaksud baik. Dengan kondisi fisik kakekku, segelas alkohol saja mungkin bisa … apa yang sebenarnya kamu inginkan?”“Resep yang kuberikan seperti ini. Kalau nggak percaya, nggak perlu meminumnya,” kata Yoga.“Aku percaya!” Pak Iwan mengambil gelas anggurnya dan langsung meminumnya sekaligus. Mitha tidak kuasa untuk menghentikannya, meski dia sebenarnya ingin melakukannya.Mitha tercengang dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia berkata, “Kek, Kakek … Kakek sedang kacau. Begitu banyak dokter terkenal yang menyuruh Kakek untuk nggak minum alkohol, tapi Kakek malah melupakannya. Cepat, cepat telepon ambulans! Pergi ke rumah sakit dan pompa perutnya.”Mitha mengeluarkan ponselnya dengan gugup dan ingin m

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1110

    Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1109

    Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1108

    Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1107

    Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1106

    Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1105

    Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1104

    "Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1103

    Yoga menginjak pria itu sambil menatapnya dengan dingin. Jika dia mengerahkan sedikit tenaganya, tubuh orang ini akan luluh lantak di tanah."Aku datang sendiri, nggak ada yang mengutusku," ucap pria itu dengan gugup."Oke, mana adikku?" tanya Yoga lagi."Di parit sana, aku nggak menyentuhnya," jelas pria itu dengan cepat.Yoga mengangkat pria itu dengan satu tangan dan melangkah menuju parit. Tak lama, dia menemukan Lili di sana dalam keadaan terikat."Uhmm ... uhm!" Mulut Lili disumpal kain. Begitu melihat Yoga, dia terlihat sangat gembira."Jangan takut. Selama aku di sini, kamu nggak akan kenapa-kenapa," hibur Yoga sambil mengambil kain yang menyumpal mulut Lili dan melepas ikatan talinya."Kak, kukira aku nggak akan pernah bertemu denganmu lagi. Huhuhu ...," kata Lili sambil berlinang air mata.Yoga membelai rambut adiknya. Matanya berkilat dingin saat dia bertanya pada pria di tanah, "Katakan, apa tujuanmu?""Aku dengar kalau Pil Ketenangan Jiwa menyimpan rahasia untuk menguasai

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1102

    Dalam sekejap, Yoga sudah tiba di mal.Setelah menemukan toko yang disebut, Yoga melihat Karina yang sedang menangis di tempat duduk. Begitu melihat Yoga, Karina langsung menerjang ke arahnya sambil terisak-isak."Hiks, hiks. Aku nggak tahu apa yang terjadi. Dia menghilang di kamar pas. Aku nggak menemukannya di mana-mana, dia nggak ada di mal ini!" Karina menangis tersedu-sedu di pelukan Yoga."Jangan khawatir. Aku sudah di sini, 'kan? Serahkan saja padaku." Yoga menghibur. Dia tidak percaya bahwa manusia dapat menghilang begitu saja di hadapannya."Um. Kamu harus menemukan Lili!" ujar Karina dengan merasa bersalah sambil mengusap matanya.Setelahnya, Yoga pun pergi ke kamar pas yang dimaksud dan mulai memeriksa tempat itu. Tidak ada bekas perlawanan, jadi adiknya pasti bukan diculik.Namun, Yoga merasa bingung harus memeriksanya dari mana karena kamar pas yang kosong melompong itu juga tidak memiliki kamera pengawas."Kamu sudah mencari di seluruh mal?" Yoga memastikan sekali lagi."

DMCA.com Protection Status