"Lucy, ya? Kebetulan sekali. Ayahku memintaku untuk mengumpulkan pengalaman. Sebentar lagi, aku akan kembali bekerja di ibu kota. Oh ya, Lucy. Kenapa kamu ada di sini?" tanya Tahir."Oh. Aku menemani temanku menghadiri pelelangan. Temanku berhasil menawar Apotek Wellnes," jawab Lucy."Temanmu?" Tahir memperhatikan Yoga dari atas sampai bawah. Ada sedikit kebencian yang tebersit di matanya. Dia bertanya, "Teman apa?" Dia sudah lama mengejar cintanya Lucy, tetapi Lucy selalu menjauhinya. Kini, Lucy datang bersama seorang pria. Tahir tentu saja cemburu."Cuma teman biasa," jawab Lucy.Tahir yang tidak percaya pun bertanya lagi, "Kalian datang kemari berdua saja?"Lucy mengangguk seraya membalas, "Ya, kami berdua saja."Saat ini, Tahir makin yakin bahwa hubungan antara Lucy dan Yoga tidak biasa. Pria ini menganggap Yoga sebagai musuhnya. Dia berbicara kepada Yoga dengan dingin, "Berikan kartu identitasmu."Yoga mengeluarkan kartu identitasnya.Tahir mencatat informasi yang diperlukan sambi
"Yoga, kami sudah tiba di Kompleks Hagisana. Sekarang kamu ada di mana? Kami sudah membawa bahan obat tingkat enam dan beberapa bahan obat tingkat lima. Cepat ambil," tutur Dirga.Mendengar ini, Yoga justru bertanya, "Pak Dirga, aku mau tanya. Aku sudah berhasil menawar barang lelang secara resmi. Ada yang bilang bahwa dia bisa membuat barang itu batal dilelang hanya dengan satu ucapannya. Ini melanggar hukum atau nggak?"Dirga merasa heran karena tiba-tiba ditanyakan hal ini. Dia menjawab, "Tentu saja melanggar. Ada apa?""Gimana kalau hal ini dilakukan oleh putra seorang elite di provinsi ini?" tanya Yoga lagi."Sekalipun kedudukannya lebih tinggi, itu tetap melanggar hukum. Yoga, sebenarnya ada apa? Gimana kalau kita serah terima data mesin litografi dulu? Aku akan membantumu menangani masalah lain ...," timpal Dirga."Oh, aku ada sedikit masalah di rumah lelang yudisial. Setelah masalah ini selesai, kita baru bahas urusan itu," pungkas Yoga. Dia langsung mengakhiri panggilan.Dirga
Semua orang kaget melihat Yoga memukul Tahir. Yoga pasti akan mendapatkan masalah besar setelah memukul sekelompok satpam itu, apalagi sekarang dia juga memukul Tahir. Tentu saja, Tahir tidak akan membiarkan Yoga hidup. Orang-orang mulai mengkhawatirkan nasib Yoga.Lucy merasa gugup. Masalah ini pasti sulit diselesaikan. Bukan hanya Yoga yang akan celaka setelah dia memukul Tahir, tetapi Lucy dan ayahnya juga akan terseret dalam permasalahan ini. Yoga terlalu gegabah, bahkan Lucy merasa Yoga itu bodoh. Kesan Lucy terhadap Yoga menjadi buruk. Lucy benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.Sementara itu, Tahir yang murka memegang wajahnya. Sejak kecil, Tahir dimanja. Bahkan, orang tuanya tidak tega memukulnya. Namun, sekarang dia malah dipukul oleh Yoga. Tahir tentu harus membunuh Yoga. Jika tidak, kelak orang-orang pasti akan mentertawakannya. Tahir berkata dengan geram, "Aku pasti akan menghabisimu!"Beberapa orang di samping Tahir langsung mengepung Yoga agar dia tidak bisa kabur. Mer
Semua orang memandang Yoga. Mereka menganggap Yoga pasti mati. Tahir mengatakan bahwa Yoga adalah anggota teroris. Dengan demikian, Yoga sudah pasti bersalah dan masa depannya akan hancur. Inilah akibatnya jika bertindak gegabah. Ada orang yang menyarankan Yoga untuk segera kabur, tetapi Yoga tetap bergeming.Tak lama kemudian, beberapa mobil berhenti di depan pintu rumah lelang. Beberapa pria berperut buncit yang memakai setelan jas berjalan masuk ke rumah lelang. Mereka tampak sangat berwibawa. Begitu masuk, suasana di aula utama yang awalnya sangat ramai menjadi hening. Semua orang langsung mundur.Para pria yang datang adalah ayah dari semua anak orang kaya itu. Pemimpin mereka adalah ayah Tahir, Danesh. Semua pria ini merupakan petinggi di provinsi. Bahkan, orang yang mempunyai jabatan paling rendah juga memiliki kekuasaan lebih besar daripada gubernur.Tahir segera menghampiri ayahnya dan berkata, "Ayah, akhirnya kamu datang. Orang itu punya senjata, cepat tangkap dia. Kalau ngga
Sampai saat ini, Danesh dan lainnya tidak tahu bahwa kedatangan beberapa tokoh hebat ini berhubungan dengan Yoga. Begitu masuk, Dirga dan rombongannya langsung menghampiri Yoga. Mereka berbicara secara bergantian."Yoga, untung saja kamu nggak kenapa-kenapa.""Kalau terjadi sesuatu kepadamu, kami harus menebusnya dengan nyawa kami.""Kami langsung datang begitu mendapatkan kabar. Seharusnya kami belum terlambat, 'kan?""Ini bahan obat tingkat enam. Apa ini sudah cukup?"Semua orang kaget melihat situasi ini. Para tokoh hebat di Daruna mengkhawatirkan keselamatan Yoga dan memberikan bahan obat tingkat enam yang berharga kepada Yoga. Bahkan, mereka sangat menyanjung Yoga. Apa latar belakang Yoga? Jangan-jangan, Yoga merupakan penerus Presiden?Hanya saja, Presiden bahkan tidak mendapatkan perlakuan seperti ini. Semua orang sering mendengar bahwa beberapa tokoh hebat ini pernah menentang Presiden saat kongres. Orang-orang yang berada di rumah lelang sangat bingung.Yoga mengambil bahan ob
Yanto marah-marah, "Kenapa Yoga berbuat seperti itu? Dia bisa mencelakai kita! Apa dia pikir dia bisa bertindak semena-mena karena mengenalku? Aku bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan Danesh dan lainnya!"Lucy yang tidak berdaya bertanya, "Ayah, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Yanto mendesah dan menyahut, "Apa lagi yang bisa kita lakukan? Kita hanya bisa menunggu mati. Penyokongku itu musuh bebuyutan Danesh. Jadi, Danesh pasti akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menghabisi kita. Sepertinya aku terlalu percaya dengan kemampuan Yoga."Tiba-tiba, ponsel Yanto berdering. Danesh yang meneleponnya. Yanto berujar, "Sebentar lagi kita akan celaka."Yanto menjawab panggilan telepon dengan tangan gemetaran, "Pak Danesh, aku sudah mendengar masalah tadi. Maaf ...."Siapa sangka, Danesh malah meminta maaf kepada Yanto, "Yanto, seharusnya aku yang minta maaf kepadamu. Ini salahku karena nggak mendidik Tahir dengan baik sehingga membuat kamu dan Lucy kesal. Kamu tenang saja, aku sudah m
Hagi terus memarahi Yoga, "Kenapa kamu menyia-nyiakan barang berharga seperti ini? Aku ingin menghajarmu! Dasar berengsek!"Hagi merasa tidak rela. Dia lebih memilih untuk mengubur bahan obat tingkat enam ini bersamanya daripada meminumnya. Sayang sekali jika bahan obat tingkat enam ini dihabiskan.Yoga mengancam, "Kalau kamu nggak mau minum, aku akan memberikannya kepada anjing di luar.""Oke, aku akan minum obat ini," ucap Hagi. Dia sudah telanjur meminum obat ini, jadi tidak ada gunanya lagi dia menyesal. Hagi menghabiskan obat itu sambil berlinang air mata.Yoga berujar, "Pak Hagi, aku menemukan bahan obat tingkat enam yang lain. Mungkin bahan obat itu bisa matang sekitar 7 hari lagi. Nanti aku akan mengambilnya untuk memperbaiki fondasimu."Kalau dulu, Hagi pasti tidak memercayai ucapan Yoga. Namun, sekarang dia percaya karena Yoga memang seorang genius. Kemungkinan besar, Yoga memang bisa mendapatkan bahan obat tingkat enam untuk kedua kalinya.Hagi memohon, "Tolong, jangan beri
Ketika Karina sedang kelimpungan, Yoga menghampirinya seraya bertanya, "Karina, kamu nggak apa-apa?"Begitu melihat Yoga, entah mengapa Karina merasa lebih tenang. Dia ingin sekali menghambur ke pelukan Yoga, berkeluh kesah dan mencari perlindungan darinya. Namun, pada akhirnya Karina menahan diri.Yoga telah memilih Nadya, jadi Karina tidak bisa terus mendekati pria itu. Lagi pula, dia mengidap kanker dan hidupnya tidak akan lama lagi. Ada baiknya dia menjaga jarak dari Yoga supaya pria itu tidak bersedih ketika dirinya meninggal nanti.Karina menyahut dengan nada yang sengaja dibuat dingin, "Aku nggak apa-apa, kamu nggak perlu ikut campur. Pergilah, aku bisa tangani masalah ini sendiri."Yoga mengernyit heran. Apa yang terjadi dengan Karina belakangan ini? Mengapa sikapnya mendadak berubah begitu dingin?"Karina, aku nggak tahu kenapa kamu tiba-tiba dingin padaku. Tapi, yang terpenting sekarang adalah menyelesaikan masalah ini dulu," ujar Yoga.Karina bersikeras untuk menolak dengan