Sampai saat ini, Danesh dan lainnya tidak tahu bahwa kedatangan beberapa tokoh hebat ini berhubungan dengan Yoga. Begitu masuk, Dirga dan rombongannya langsung menghampiri Yoga. Mereka berbicara secara bergantian."Yoga, untung saja kamu nggak kenapa-kenapa.""Kalau terjadi sesuatu kepadamu, kami harus menebusnya dengan nyawa kami.""Kami langsung datang begitu mendapatkan kabar. Seharusnya kami belum terlambat, 'kan?""Ini bahan obat tingkat enam. Apa ini sudah cukup?"Semua orang kaget melihat situasi ini. Para tokoh hebat di Daruna mengkhawatirkan keselamatan Yoga dan memberikan bahan obat tingkat enam yang berharga kepada Yoga. Bahkan, mereka sangat menyanjung Yoga. Apa latar belakang Yoga? Jangan-jangan, Yoga merupakan penerus Presiden?Hanya saja, Presiden bahkan tidak mendapatkan perlakuan seperti ini. Semua orang sering mendengar bahwa beberapa tokoh hebat ini pernah menentang Presiden saat kongres. Orang-orang yang berada di rumah lelang sangat bingung.Yoga mengambil bahan ob
Yanto marah-marah, "Kenapa Yoga berbuat seperti itu? Dia bisa mencelakai kita! Apa dia pikir dia bisa bertindak semena-mena karena mengenalku? Aku bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan Danesh dan lainnya!"Lucy yang tidak berdaya bertanya, "Ayah, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Yanto mendesah dan menyahut, "Apa lagi yang bisa kita lakukan? Kita hanya bisa menunggu mati. Penyokongku itu musuh bebuyutan Danesh. Jadi, Danesh pasti akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menghabisi kita. Sepertinya aku terlalu percaya dengan kemampuan Yoga."Tiba-tiba, ponsel Yanto berdering. Danesh yang meneleponnya. Yanto berujar, "Sebentar lagi kita akan celaka."Yanto menjawab panggilan telepon dengan tangan gemetaran, "Pak Danesh, aku sudah mendengar masalah tadi. Maaf ...."Siapa sangka, Danesh malah meminta maaf kepada Yanto, "Yanto, seharusnya aku yang minta maaf kepadamu. Ini salahku karena nggak mendidik Tahir dengan baik sehingga membuat kamu dan Lucy kesal. Kamu tenang saja, aku sudah m
Hagi terus memarahi Yoga, "Kenapa kamu menyia-nyiakan barang berharga seperti ini? Aku ingin menghajarmu! Dasar berengsek!"Hagi merasa tidak rela. Dia lebih memilih untuk mengubur bahan obat tingkat enam ini bersamanya daripada meminumnya. Sayang sekali jika bahan obat tingkat enam ini dihabiskan.Yoga mengancam, "Kalau kamu nggak mau minum, aku akan memberikannya kepada anjing di luar.""Oke, aku akan minum obat ini," ucap Hagi. Dia sudah telanjur meminum obat ini, jadi tidak ada gunanya lagi dia menyesal. Hagi menghabiskan obat itu sambil berlinang air mata.Yoga berujar, "Pak Hagi, aku menemukan bahan obat tingkat enam yang lain. Mungkin bahan obat itu bisa matang sekitar 7 hari lagi. Nanti aku akan mengambilnya untuk memperbaiki fondasimu."Kalau dulu, Hagi pasti tidak memercayai ucapan Yoga. Namun, sekarang dia percaya karena Yoga memang seorang genius. Kemungkinan besar, Yoga memang bisa mendapatkan bahan obat tingkat enam untuk kedua kalinya.Hagi memohon, "Tolong, jangan beri
Ketika Karina sedang kelimpungan, Yoga menghampirinya seraya bertanya, "Karina, kamu nggak apa-apa?"Begitu melihat Yoga, entah mengapa Karina merasa lebih tenang. Dia ingin sekali menghambur ke pelukan Yoga, berkeluh kesah dan mencari perlindungan darinya. Namun, pada akhirnya Karina menahan diri.Yoga telah memilih Nadya, jadi Karina tidak bisa terus mendekati pria itu. Lagi pula, dia mengidap kanker dan hidupnya tidak akan lama lagi. Ada baiknya dia menjaga jarak dari Yoga supaya pria itu tidak bersedih ketika dirinya meninggal nanti.Karina menyahut dengan nada yang sengaja dibuat dingin, "Aku nggak apa-apa, kamu nggak perlu ikut campur. Pergilah, aku bisa tangani masalah ini sendiri."Yoga mengernyit heran. Apa yang terjadi dengan Karina belakangan ini? Mengapa sikapnya mendadak berubah begitu dingin?"Karina, aku nggak tahu kenapa kamu tiba-tiba dingin padaku. Tapi, yang terpenting sekarang adalah menyelesaikan masalah ini dulu," ujar Yoga.Karina bersikeras untuk menolak dengan
"Huhuhu .... Aku nggak bisa sekolah di sini lagi. Mulai sekarang aku nggak mau sekolah lagi!" isak cucu wanita tua itu.Tak lama, menantu si wanita tua juga menelepon."Tua bangka, apa uang yang kukirim tiap tahun masih belum cukup? Kenapa kamu masih harus pergi menipu orang? Masalah ini sudah tersebar ke seluruh kompleks tempat tinggal kami. Aku sampai malu untuk keluar rumah. Aku akan menceraikan putrimu! Karena ulahmu, semua partnerku memblokir aku. Aku sudah rugi puluhan miliar!" geram si menantu.Setelah itu, masih ada banyak orang yang menelepon wanita tua itu. Tidak hanya putra dan cucunya, kerabat jauh dan teman-temannya juga menelepon. Singkat cerita, semua orang yang memiliki hubungan dengannya menelepon untuk mencercanya. Orang-orang yang panggilannya tidak tersambung juga beralih mengirim pesan berisi kata-kata makian di WhatsApp.Cucu perempuan si wanita tua yang bekerja di area sekitar langsung datang. Dia berkata dengan marah, "Nenek, aku sudah peringatkan sejak awal unt
Saat Karina baru turun dari mobil, Linda buru-buru menghampirinya seraya berkata, "Karina, akhirnya kamu datang juga. Kami sudah lama menunggumu."Karina membalas dengan raut sesal, "Maaf, ada sedikit masalah tadi. Ayo masuk.""Tunggu sebentar. Yoga, kenapa kamu juga di sini?" tanya Linda yang baru menyadari kehadiran Yoga.Yoga membalas, "Aku juga teman sekolah kalian. Kenapa aku nggak boleh datang?"Linda berkata dengan sinis, "Ini bukan acara reuni biasa, tapi reuni khusus buat teman-teman yang sukses. Setelah bercerai dengan Karina, kamu pasti sudah melarat sekarang. Kamu nggak memenuhi syarat buat ikut reuni."Yoga terdiam. Linda masih saja arogan seperti sebelumnya.Karina membujuknya, "Linda, kami datang sama-sama. Kalau dia nggak boleh masuk, aku juga nggak akan masuk."Linda memutar bola matanya, lalu berujar, "Ya sudah, dia boleh masuk. Biar dia bisa menilai dirinya sendiri dengan jelas.""Yoga, di antara 50-an teman sekelas, hidupmu yang paling menyedihkan. Setelah menggantu
Suasana romantis di sana seketika buyar begitu Yoga mengucapkan kata-kata itu. Semua orang sontak memandang Yoga dengan garang.Karina buru-buru menyahut, "Oke, aku tiup lilin dulu."Bagas menurunkan lengannya dan memutar bola matanya pada Yoga. Dia kesal sekali karena Yoga telah berulang kali merusak agendanya. Lihat saja, dia akan memberikan pelajaran padanya nanti!Karina meniup lilin dan memotong kuenya, tetapi suasananya sudah tidak semeriah tadi.Setelah kuenya habis, Bagas mengeluarkan sebuah gulungan sambil berujar, "Karina, ini hadiah ulang tahun yang kusiapkan khusus untukmu. Semoga kamu suka.""Apa ini?" tanya Karina dengan bingung.Bagas menjawabnya, "Kudengar kamu penggemar Master Kanton, pelukis tradisional itu. Aku sengaja membeli karyanya, 'Nyanyian Jangkrik' dari Rumah Lelang Jasmine dengan harga mahal."Orang-orang di sana tampak terkejut. Suasana seketika gempar."Master Kanton adalah pelukis tradisional nomor satu di era ini. Semua karyanya sangat mahal!""Master Ka
Bagas menyeringai sinis saat melihat Yoga mempermalukan dirinya sendiri. Dia berujar, "Sebenarnya aku sempat bertemu Master Kanton di Rumah Lelang Jasmine. Master Kanton memang seorang pria tua, rambut dan janggutnya sudah beruban semua, lalu auranya juga sangat luar biasa. Dia jelas bukan orang berpakaian kumal yang berusaha pamer demi ketenaran."Linda menimpali, "Yoga, alasan apa lagi yang bisa kamu katakan sekarang?"Yoga menyahut, "Aku belum pernah pergi ke Rumah Lelang Jasmine. Yang kamu temui mungkin cuma orang yang berpura-pura menjadi aku.""Cukup! Yoga, Master Kanton itu idolaku. Aku nggak akan membiarkanmu menghinanya lebih jauh," ujar Karina yang sudah mulai muak.Yoga berkata padanya, "Karina, aku serius. Kalau kamu nggak percaya, aku bisa buktikan di sini sekarang."Karina membalas dengan tidak sabar, "Yoga, kamu masih belum mau menyerah?"Bagas terbahak dan menimpali, "Baiklah, karena Yoga bersikeras untuk membuktikan ucapannya, kita kasih dia kesempatan. Aku mau lihat l