Ketika Karina sedang kelimpungan, Yoga menghampirinya seraya bertanya, "Karina, kamu nggak apa-apa?"Begitu melihat Yoga, entah mengapa Karina merasa lebih tenang. Dia ingin sekali menghambur ke pelukan Yoga, berkeluh kesah dan mencari perlindungan darinya. Namun, pada akhirnya Karina menahan diri.Yoga telah memilih Nadya, jadi Karina tidak bisa terus mendekati pria itu. Lagi pula, dia mengidap kanker dan hidupnya tidak akan lama lagi. Ada baiknya dia menjaga jarak dari Yoga supaya pria itu tidak bersedih ketika dirinya meninggal nanti.Karina menyahut dengan nada yang sengaja dibuat dingin, "Aku nggak apa-apa, kamu nggak perlu ikut campur. Pergilah, aku bisa tangani masalah ini sendiri."Yoga mengernyit heran. Apa yang terjadi dengan Karina belakangan ini? Mengapa sikapnya mendadak berubah begitu dingin?"Karina, aku nggak tahu kenapa kamu tiba-tiba dingin padaku. Tapi, yang terpenting sekarang adalah menyelesaikan masalah ini dulu," ujar Yoga.Karina bersikeras untuk menolak dengan
"Huhuhu .... Aku nggak bisa sekolah di sini lagi. Mulai sekarang aku nggak mau sekolah lagi!" isak cucu wanita tua itu.Tak lama, menantu si wanita tua juga menelepon."Tua bangka, apa uang yang kukirim tiap tahun masih belum cukup? Kenapa kamu masih harus pergi menipu orang? Masalah ini sudah tersebar ke seluruh kompleks tempat tinggal kami. Aku sampai malu untuk keluar rumah. Aku akan menceraikan putrimu! Karena ulahmu, semua partnerku memblokir aku. Aku sudah rugi puluhan miliar!" geram si menantu.Setelah itu, masih ada banyak orang yang menelepon wanita tua itu. Tidak hanya putra dan cucunya, kerabat jauh dan teman-temannya juga menelepon. Singkat cerita, semua orang yang memiliki hubungan dengannya menelepon untuk mencercanya. Orang-orang yang panggilannya tidak tersambung juga beralih mengirim pesan berisi kata-kata makian di WhatsApp.Cucu perempuan si wanita tua yang bekerja di area sekitar langsung datang. Dia berkata dengan marah, "Nenek, aku sudah peringatkan sejak awal unt
Saat Karina baru turun dari mobil, Linda buru-buru menghampirinya seraya berkata, "Karina, akhirnya kamu datang juga. Kami sudah lama menunggumu."Karina membalas dengan raut sesal, "Maaf, ada sedikit masalah tadi. Ayo masuk.""Tunggu sebentar. Yoga, kenapa kamu juga di sini?" tanya Linda yang baru menyadari kehadiran Yoga.Yoga membalas, "Aku juga teman sekolah kalian. Kenapa aku nggak boleh datang?"Linda berkata dengan sinis, "Ini bukan acara reuni biasa, tapi reuni khusus buat teman-teman yang sukses. Setelah bercerai dengan Karina, kamu pasti sudah melarat sekarang. Kamu nggak memenuhi syarat buat ikut reuni."Yoga terdiam. Linda masih saja arogan seperti sebelumnya.Karina membujuknya, "Linda, kami datang sama-sama. Kalau dia nggak boleh masuk, aku juga nggak akan masuk."Linda memutar bola matanya, lalu berujar, "Ya sudah, dia boleh masuk. Biar dia bisa menilai dirinya sendiri dengan jelas.""Yoga, di antara 50-an teman sekelas, hidupmu yang paling menyedihkan. Setelah menggantu
Suasana romantis di sana seketika buyar begitu Yoga mengucapkan kata-kata itu. Semua orang sontak memandang Yoga dengan garang.Karina buru-buru menyahut, "Oke, aku tiup lilin dulu."Bagas menurunkan lengannya dan memutar bola matanya pada Yoga. Dia kesal sekali karena Yoga telah berulang kali merusak agendanya. Lihat saja, dia akan memberikan pelajaran padanya nanti!Karina meniup lilin dan memotong kuenya, tetapi suasananya sudah tidak semeriah tadi.Setelah kuenya habis, Bagas mengeluarkan sebuah gulungan sambil berujar, "Karina, ini hadiah ulang tahun yang kusiapkan khusus untukmu. Semoga kamu suka.""Apa ini?" tanya Karina dengan bingung.Bagas menjawabnya, "Kudengar kamu penggemar Master Kanton, pelukis tradisional itu. Aku sengaja membeli karyanya, 'Nyanyian Jangkrik' dari Rumah Lelang Jasmine dengan harga mahal."Orang-orang di sana tampak terkejut. Suasana seketika gempar."Master Kanton adalah pelukis tradisional nomor satu di era ini. Semua karyanya sangat mahal!""Master Ka
Bagas menyeringai sinis saat melihat Yoga mempermalukan dirinya sendiri. Dia berujar, "Sebenarnya aku sempat bertemu Master Kanton di Rumah Lelang Jasmine. Master Kanton memang seorang pria tua, rambut dan janggutnya sudah beruban semua, lalu auranya juga sangat luar biasa. Dia jelas bukan orang berpakaian kumal yang berusaha pamer demi ketenaran."Linda menimpali, "Yoga, alasan apa lagi yang bisa kamu katakan sekarang?"Yoga menyahut, "Aku belum pernah pergi ke Rumah Lelang Jasmine. Yang kamu temui mungkin cuma orang yang berpura-pura menjadi aku.""Cukup! Yoga, Master Kanton itu idolaku. Aku nggak akan membiarkanmu menghinanya lebih jauh," ujar Karina yang sudah mulai muak.Yoga berkata padanya, "Karina, aku serius. Kalau kamu nggak percaya, aku bisa buktikan di sini sekarang."Karina membalas dengan tidak sabar, "Yoga, kamu masih belum mau menyerah?"Bagas terbahak dan menimpali, "Baiklah, karena Yoga bersikeras untuk membuktikan ucapannya, kita kasih dia kesempatan. Aku mau lihat l
Yoga mengangguk sambil membalas, "Benar."Bagas menceletuk, "Nggak mungkin! Seratus lima puluh lebih toko ritel Apotek Wellnes harganya ratusan miliar. Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu?"Linda langsung merebut dokumen pengalihan kepemilikan, lalu membacanya dengan cermat. Tidak lama kemudian, dia terkejut dan berseru, "Ternyata benar!"Mendengar ini, orang-orang seketika menjadi gempar. Hadiah senilai 20 miliar yang diberikan oleh Bagas sudah cukup mengejutkan. Sekarang, Yoga memberikan aset senilai ratusan miliar kepada Karina. Ini jauh lebih bermanfaat dibandingkan sebuah lukisan. Jika dibandingkan, hadiah yang diberikan Bagas termasuk tidak berharga.Tidak disangka, pria yang orang-orang kira selalu bergantung kepada wanita ternyata bisa begitu royal. Kini, semua orang tidak lagi menatap Yoga dengan hina. Mereka berpikir bahwa Yoga benar-benar rendah hati.Yoga merebut kembali dokumen itu dan menyerahkannya kepada Karina. Dia berkata, "Karina, terimalah."Hati Karina sek
Abbas awalnya memuji para mahasiswanya. Begitu giliran Yoga, Abbas malah menyemangatinya. Melihat ini, Karina merasa canggung. Sementara itu, ada beberapa orang yang tidak bisa menahan tawa mereka. Yoga malas meladeni Abbas. Pria tua ini sama seperti Linda yang terkenal angkuh.Saat ini, Abbas tiba-tiba melihat lukisan "Nyanyian Jangkrik" tergeletak di lantai. Dia sontak terkejut dan segera mengambil lukisan itu, lalu berseru, "Astaga! Bukankah ini karya kebanggaan Master Kanton? Kenapa lukisan ini ada di lantai? Sayang sekali."Abbas adalah penggemar berat Kanton. Dia bahkan mendirikan sebuah perhimpunan periset lukisan Master Kanton dan menjabat sebagai ketua. Kala melihat lukisan Kanton tergeletak di lantai, Abbas merasa sangat sakit hati. Dia hendak mengelap debu yang menempel di lukisan itu dengan hati-hati.Bagas buru-buru menjelaskan, "Pak Abbas, sebenarnya itu lukisan palsu. Nggak usah dipedulikan."Abbas menimpali dengan heran, "Palsu? Bagaimana mungkin? Kenapa konsep artistik
Abbas berucap, "Seharusnya aku yang nggak layak menjadi murid Master Kanton."Semua orang di tempat merasa malu. Sekarang, mereka yakin bahwa Yoga adalah Master Kanton yang terkenal. Tadi, mereka malah menganggap Yoga sebagai pria pecundang. Ternyata, mereka sendiri yang bodoh.Harga lukisan Yoga setara dengan gaji mereka selama beberapa tahun atau keuntungan perusahaan mereka. Pantas saja, tadi Yoga begitu royal saat memberikan hadiah. Dia memang mampu mengeluarkan uang sebanyak ratusan miliar. Yoga hanya perlu menjual beberapa lukisan untuk menghasilkan banyak uang.Apalagi Linda, dia memandang Yoga dengan mata yang berbinar-binar. Jika dia bisa menikah dengan Yoga, bukannya dia bisa meminta Yoga melukis untuknya setiap hari? Dengan begitu, Linda bisa mewujudkan mimpinya menjadi wanita kaya raya. Lagi pula, Yoga hanya memerlukan belasan menit untuk menyelesaikan sebuah lukisan.Semua orang mulai mengerumuni Yoga dan mengabaikan Bagas. Kali ini, Bagas kalah telak. Dia ingin membunuh Y