“Ah!” Wanita paruh baya itu berteriak kesakitan, lalu memaki dengan posisi setengah berlutut di lantai, “Bajingan, lepaskan aku!”“Katakan, di mana Nadya?” tanya Yoga.“Aku nggak tahu!” jawab wanita paruh baya itu. Yoga pun memelintir lengannya dengan lebih kuat lagi sampai dia akhirnya tidak tahan lagi dan berkata, “Berhenti! Aku akan katakan! Nadya dibawa pergi ke makam Keluarga Juanda. Jimmy mau dia menikah dengan almarhum Kelvin.”“Sialan!” maki Yoga. Kemudian, dia menendang wanita paruh baya itu dan buru-buru melaju ke makam Keluarga Juanda.Saat ini, langit sudah gelap. Seluruh makam Keluarga Juanda dihias dengan lentera putih. Di depan sebuah makam, terdapat meja persembahan yang besar. Di atasnya, terdapat benda-benda persembahan yang melimpah dan sebuah tulisan “selamat menikah” berwarna putih yang terlihat sangat mengerikan.Di atas dua peti mati berkulit merah, masing-masing tertempel foto hitam putih Kelvin dan Nadya. Semua junior Keluarga Juanda berlutut di hadapan peti it
Nadya menatap Jimmy dengan marah, lalu berseru, “Jimmy Wibowo, kalau kamu masih berani bicara omong kosong, aku akan langsung menyuruh Yoga untuk membunuhmu!”“Aku ....” Jimmy pun tidak bisa berkata-kata. Tatapan Nadya itu sudah sepenuhnya membuatnya takut.Saat melihat Yoga berjalan ke arah peti mati Kelvin, Gandi berseru dengan panik, “Yoga, berhenti! Apa maumu?”Duk! Yoga membuka peti Kelvin tanpa ragu dan berkata, “Siapa yang mengizinkan kalian membawa pulang mayat Kelvin?”“Berhenti!” Gandi berteriak histeris, “Putraku sudah meninggal. Jangan mengganggunya lagi! Kalau kamu punya masalah, selesaikan saja masalah itu denganku!”“Jangan khawatir, kalian berdua nggak akan bisa kabur!” ujar Yoga dengan acuh tak acuh. Kemudian, dia pun menyeret keluar jasad Kelvin dari peti mati itu.Gandi ingin mencegahnya, tetapi malah ditendang oleh Yoga. Gandi pun bertanya, “A ... apa maumu? Kuperingati kamu, jangan sembarangan ....”“Dia yang membunuh ayahku. Aku tentu saja harus membawanya pergi m
Shinta menjawab dengan tidak berdaya, “Nadya, kamu lagi bercanda, ‘kan? Setahuku, empat keluarga besar dan Sekte Sembilan Aliran sedang merekrut orang dan sudah mengumpulkan paling nggak 10.000 petarung. Sementara itu, anggota Geng Naga Hijau cuma ada sekitar 300-an orang. Apa kamu rasa 300 orang mungkin mampu mengalahkan 10.000 orang?”“Tiga ratus orang sudah cukup,” jawab Yoga.Shinta menyindir, “Benar, 300 orang memang cukup untuk dijadikan korban.”Tepat pada saat ini, ponsel Yoga tiba-tiba berdering. Begitu melihat yang menelepon adalah Lili, Yoga buru-buru menerimanya.Di ujung telepon, Lili berkata dengan panik, “Kak, apa kamu bisa datang ke Bar Jihaku? Aku ada sedikit masalah.”“Ada apa?” tanya Yoga. Dia langsung merasa khawatir.“Aku nggak sempat menjelaskannya padamu sekarang. Aku meneleponmu di kamar mandi. Cepat datang kemari ya!” ujar Lili.“Oke. Lili, tunggulah Kakak. Kakak akan segera ke sana,” jawab Yoga. Setelah menyerahkan Nadya kepada Shinta, dia pun buru-buru pergi
Yoga pun menghabiskan segelas miras itu tanpa ragu.Setelah itu, pria mohawk itu berkata, “Katakanlah, masalah apa yang harus aku selesaikan? Apa itu masalah utang atau kamu sudah menyinggung tokoh hebat?”Sebenarnya, pria mohawk itu sudah menaruh obat ke dalam miras yang diminum Yoga. Tidak sampai 10 menit lagi, Yoga pasti akan mulai pusing. Pada saat itu, dia sudah bisa mendapatkan Lili.“Membunuh orang,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh.Setelah mendengar ucapan Yoga, semua orang pun tercengang. Sementara itu, pria mohawk itu berkata dengan ekspresi serius, “Kalau membunuh orang sih agak merepotkan.”“Aku mau kamu membunuh 78 orang,” tambah Yoga.Tujuh puluh delapan orang? Semua orang sudah sepenuhnya dikejutkan oleh Yoga. Bahkan pria mohawk itu juga langsung terkesiap dan ekspresinya menjadi sangat serius. Ternyata masalah ini jauh lebih serius dari yang dibayangkannya. Dia berkata, “Sobat, sebaiknya kamu serahkan saja dirimu ke kantor polisi.”“Kenapa? Kamu nggak bisa menanganinya?
“Ada yang bermarga Wijaya, Wardam, Juanda, dan Tondi,” jawab Yoga.“Oh? Apa kamu tahu status mereka?” tanya Naga Hijau.Yoga menjawab, “Susi Wijaya dari Keluarga Wijaya, Andi Wardam dari Keluarga Wardam, Kelvin Juanda dari Keluarga Juanda, Sarah Tondi dari Keluarga Tondi. Mereka semua berasal dari ibu kota provinsi.”“Buset!” seru Naga Hijau dengan terkejut. Orang lainnya juga buru-buru menjauhi Yoga, seolah-olah Yoga adalah musuh besar mereka.Orang-orang yang Yoga sebutkan itu merupakan anggota keluarga dari empat keluarga besar ibu kota provinsi. Jangan-jangan, orang di hadapan mereka ini adalah Yoga Kusuma, maniak pembunuh yang menggemparkan ibu kota provinsi itu?Naga Hijau menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu bertanya, “Sobat, apa namamu Yoga Kusuma?”“Benar,” jawab Yoga.Sialan! Kali ini, mereka sudah terlibat masalah besar. Naga Hijau pun berdiri, lalu membungkukkan badannya untuk memberi hormat pada Yoga sambil berkata, “Tuan Yoga, maaf. Kami nggak mampu mem
Naga Hijau berkata dengan semangat, “Tuan Yoga, aku bersedia mengikutimu dan membantumu melawan empat keluarga besar ibu kota serta Sekte Sembilan Aliran. Tapi, para anggota Geng Naga Hijau terlalu lemah dan hanya akan mengorbankan diri apabila ikut bertarung. Aku nggak bisa memaksa mereka untuk menemaniku pergi mati.”Yoga bertanya, “Seberapa tinggi kemampuan mereka?”“Sebagian besar adalah ahli bela diri biasa dan hanya ada sebagian kecil yang sudah mencapai tingkat master,” jawab Naga Hijau.Yoga berkata, “Bagaimana kalau aku bisa meningkatkan basis kultivasi mereka dalam waktu singkat? Contohnya, ahli bela diri biasa menjadi ahli bela diri tingkat master dan ahli bela diri tingkat master menjadi ahli bela diri tingkat semi grandmaster atau bahkan tingkat grandmaster.”“Serius?” tanya Naga Hijau dengan sangat terkejut. Jika orang lain yang mengatakan hal ini, dia tidak mungkin percaya. Namun, dia lumayan percaya pada Yoga. Kemudian, dia menjawab, “Tuan Yoga, kalau benar begitu, Geng
Karina menjawab, “Korban dari kecelakaan yang ditimbulkan Gatot sudah meninggal. Keluarganya korban datang membuat onar di rumah dengan membawa jasadnya. Aku benar-benar nggak sanggup menghadapi mereka.”“Oke, aku akan segera ke sana,” jawab Yoga. Kemudian, dia pun bergegas melaju ke rumah Karina dan mengesampingkan masalah pengumpulan bahan obat.Saat ini, gerbang rumah Karina dipenuhi dengan para tetangga yang berkumpul untuk menonton keributan. Mereka bukan hanya tidak memihak Karina sekeluarga, tetapi malah ikut mencemooh mereka.Yoga berjalan melewati kerumunan sambil berseru, “Minggir dulu semuanya!”Saat menyadari kemunculan Yoga, cemoohan mereka pun menjadi semakin menjadi-jadi.“Eh? Bukannya dia itu suami pecundang Karina? Mereka sudah bercerai, ‘kan? Buat apa dia datang kemari?”“Seharusnya dia datang untuk menyelesaikan konflik ini.”“Pfft! Jangan bercanda! Dia memang bisa bantu melakukan pekerjaan rumah, tapi dia hanya akan mengacaukan semuanya kalau disuruh untuk menangani
“Karina berkata, “Aku sudah bilang aku nggak akan kabur. Ibu nggak usah membujukku lagi!”“Ka ... kamu benar-benar mau membuatku mati kesal ya!” seru Ambar dengan marah.Yoga yang berada dalam kerumunan pun tersenyum getir. Ternyata Ambar masih belum berubah dan hendak menjadikan dirinya sebagai kambing hitam. Dia pun berjalan keluar dari kerumunan dan menyapa, “Karina.”Begitu melihat kemunculan Yoga, Karina langsung merasa lega dan berkata, “Yoga, sejak kapan kamu tiba di sini?”“Belum lama,” jawab Yoga sambil melirik Ambar.Ambar sontak merasa malu. Yoga pasti sudah mendengar fitnahannya tadi.Karina bertanya dengan ekspresi masam, “Yoga, gimana ini?”“Serahkanlah masalah ini padaku,” hibur Yoga. Kemudian, dia berjalan ke hadapan wanita itu dan berkata, “Aku akan memberimu sebuah cara penyelesaian. Coba dengar saja dulu kamu mau menerimanya atau nggak.”“Siapa kamu? Atas dasar apa kamu ikut campur dalam masalah ini?” tanya wanita itu.Yoga menjawab, “Aku ini suaminya Karina.”“Huh!
Semua orang segera membujuk Yoga karena merasa sangat cemas. Merasa sangat ketakutan, khawatir Hardi benar-benar akan kembali dan menyampaikan pesan itu pada Keluarga Husin. Melihat bayangan Hardi yang makin menjauh dan hampir menghilang dari pandangan mereka, mereka pun gelisah sampai tidak bisa berdiri dengan tenang."Aku memang sengaja membiarkan dia pulang. Cepat atau lambat aku akan mengendalikan Keluarga Husin dan membuat mereka tunduk padaku. Kalian takut? Meskipun takut, kalian tetap harus berdiri dengan tegak," kata Yoga dengan nada datar sambil menatap semua orang dengan tenang. Aura yang menekan pun perlahan-lahan menyebar ke sekitar dan ekspresinya dingin serta penuh tekad.Prajna dan yang lainnya langsung tertegun sejenak dan tidak bisa berkata apa-apa. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka sikap Yoga akan begitu tegas seperti ini. Melihat sikapnya yang begitu, mereka hanya bisa menutup mulut dan tidak mencoba untuk membujuknya lagi.Namun, dalam hati Prajna dan ya
"Dari mana datangnya keberanianmu ini sampai berani begitu angkuh?" kata Hardi dengan sudut bibir yang berkedut dan ekspresi yang sangat jijik. Dia menatap Yoga dengan tajam dan penuh dengan niat membunuh.Orang-orang di sekitar Hardi semuanya menyerbu dan bersiap untuk membunuh Yoga.Prajna dan yang lainnya juga tidak mungkin hanya diam dan melihat Yoga dihina.Namun, saat Prajna dan yang lainnya hendak bergerak, Yoga berkata dengan tenang dan tersenyum dingin, "Biar aku saja."Setelah datang ke dunia kultivator kuno, Yoga belum pernah melawan orang-orang di tempat ini. Dia masih tidak tahu apakah kekuatan mereka yang ada di sini berbeda dengan dirinya.Melihat situasinya, Prajna dan yang lainnya juga berhenti bergerak lagi dan segera mundur. Mereka menunggu untuk menonton pertunjukan karena orang yang sudah berani menyinggung Yoga sama saja mencari mati.Tepat pada saat itu, orang-orang dari Keluarga Teungku di sekitar sudah berdiri di depan Yoga dan langsung melayangkan serangan-ser
Siapa yang tidak menyukai dunia yang normal?Namun, pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang."Berani-beraninya manusia hantu ini muncul di siang bolong seperti ini. Kalian semua ingin mati ya?"Terlihat sekelompok orang yang perlahan-lahan keluar dan mendekati Yoga dan yang lainnya. Mereka mengenakan serangan yang sama yang terlihat mewah dan indah. Satu per satu mengamati Yoga dan yang lainnya dengan ekspresi yang sangat angkuh."Eh? Ada satu di sini yang masih belum bermutasi jadi manusia hantu. Sungguh langka!""Bagus sekali. Tangkap dia dan lempar ke area terlarang. Kita lihat bagaimana dia berubah menjadi manusia hantu.""Aku dengar prosesnya agak lambat. Bagaimana kalau kita langsung mengirimnya ke area yang lebih dalam?"Semua orang tertawa terbahak-bahak dan terus menyindir. Mereka semua menatap Yoga dengan penuh semangat dan membuat ekspresi Yoga langsung menjadi muram."Bos, apa yang aku katakan nggak salah, 'kan? Kemunculan kita pasti akan membuat mereka merasa ng
Yoga melihat ke sekeliling, lalu menyipitkan matanya. Dia bisa merasakan ada sebuah kutukan yang sangat kuat muncul di wilayah di depannya. Ada kekuatan yang sulit untuk dijelaskan di dalam kutukan itu yang bisa memengaruhi tubuh manusia.Yoga berkata, "Ternyata ini adalah kekuatan yang kalian terima selama ini."Saat mengatakan itu, tatapan Yoga terlihat penuh dengan belas kasihan. Para manusia hantu itu semuanya tadinya adalah manusia, tetapi mereka didesak dan dikucilkan sampai terpaksa datang ke area terlarang ini. Pada akhirnya, mereka malah menjadi orang yang terkutuk.Prajna membalas, "Bos, apa kutukan ini bisa dihilangkan?"Semua orang menatap Yoga dengan penuh harapan karena mereka semua berharap bisa kembali seperti semula.Namun, Yoga tetap menggelengkan kepala, lalu berkata dengan nada yang muram, "Kekuatan dari kutukan ini terlalu hebat, bahkan aku pun hanya bisa menahannya dengan susah payah."Ekspresi Prajna dan yang lainnya langsung menjadi muram dan perlahan-lahan menu
Sangat jelas, perbedaannya hanya pada lokasi. Yoga menyeringai dingin dan menunjukkan ekspresi penuh kejutan.Yoga menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Setelah membukanya, terlihat seekor serangga kecil berwarna putih di dalamnya.Yoga meletakkan serangga itu di tanah. Serangga kecil itu perlahan merangkak keluar, lalu mengangkat kepalanya sedikit, seolah-olah sedang memanggil sesuatu.Tak lama kemudian, terdengar suara langkah-langkah yang mendekat. Siluet-siluet mulai bermunculan satu per satu, lalu berkumpul di tempat itu.Di antara kerumunan itu, pemimpinnya adalah Prajna. Begitu melihat Yoga, ekspresinya berubah drastis. Dia bertanya dengan kaget, "Bos, kamu benar-benar datang?" Tatapan terkejut mereka terus mengamati Yoga, seakan-akan tidak percaya apa yang mereka lihat."Ya," jawab Yoga dengan tenang. Suaranya datar tanpa emosi.Yoga telah menanamkan serangga anak di tubuh mereka sebelumnya. Dengan serangga induk putih di tangannya, dia d
Setelah selesai membaca sebuah buku, Yoga perlahan menutupnya. Matanya berkilat dengan ekspresi penuh tanda tanya. Dia terdiam, sementara pandangannya tertuju pada halaman pertama buku itu.Tiba-tiba, suara Bimo terdengar kembali di pikirannya. Dia bertanya, "Gimana perasaanmu setelah membaca?""Sulit diungkapkan ... tapi aku merasa ada sesuatu yang nggak beres!" ucap Yoga.Itulah yang dirasakan Yoga. Sejarah dunia kultivator kuno yang diklaim sudah berlangsung ribuan tahun hanya diceritakan secara sepintas. Banyak peristiwa penting bahkan sama sekali tidak disebutkan. Semua yang tercatat terkesan terlalu biasa, seperti tidak ada apa-apa.Hal ini membuat Yoga merasa, ada banyak hal yang sengaja disembunyikan dari sejarah tersebut. Dia pun merenungkan kata-kata Bimo yang terus terngiang di pikirannya. Apa yang Yoga lihat hanyalah apa yang mereka izinkan untuk dia lihat!"Sudahlah, nggak usah baca lagi!" Yoga akhirnya membuat keputusan itu sambil menghela napas kecil. Dia merasa kecewa.
Yoga memberi tahu, "Aku lagi berada di vila Sutrisno. Untuk sementara, seharusnya nggak akan ada bahaya."Winola mengingatkannya, "Tapi kamu tetap harus berhati-hati. Ingat baik-baik, jangan biarkan besi hitam itu terlihat lagi. Kalau nggak, kamu akan menghadapi lebih banyak bahaya."Yoga bertanya dengan serius, "Menurutmu, apa tiga barang itu bisa ditemukan dengan mudah?""Di mana ada hadiah besar, pasti ada orang yang berani mengambil risiko. Harusnya bisa ditemukan! Jangan terlalu khawatir, aku juga akan membantumu mencarinya secepat mungkin!" ucap Winola."Makasih," jawab Yoga dengan tulus.Kemudian, Winola bertanya, "Apa Tuan Bimo datang?"Yoga menjawab dengan samar, "Dia bisa datang." Jawaban ini penuh arti, tidak langsung mengiakan tetapi juga tidak membantah.Winola bertanya dengan penuh harap, "Kalau begitu ... bisakah kamu memintanya untuk datang?"Bagaimanapun, Winola pernah meminta hal ini kepada Yoga sebelumnya saat masih di dunia bela diri kuno. Jika Bimo bisa datang, dia
Yoga sangat percaya diri dengan penyamarannya. Dengan pakaian serba tertutup seperti itu, mana mungkin ada yang bisa mengenalinya? Begitu pakaian tersebut dilepas, semua urusan akan seolah tak ada hubungannya dengan dirinya."Aduh!" Sutrisno kembali menghela napas panjang. Wajahnya dipenuhi ekspresi tak berdaya dan kesedihan yang mendalam. Tidak disangka, orang yang berada di satu perahu dengannya ini malah menjadi orang pertama yang memunculkan bahaya.Yoga berucap dengan santai, "Sudahlah, berhenti mengeluh. Kamu nggak percaya padaku?"Sutrisno membalas, "Aku terlalu mengenalmu. Setiap kali muncul, kamu nggak pernah bisa duduk diam!"Benarkah? Yoga merenung sejenak dan merasa bahwa itu tidak benar. Menurutnya, dia selalu bersikap sangat tenang dan patuh.Sutrisno akhirnya menutup telepon dengan hati yang gelisah. Dia berharap semuanya tidak akan bertambah buruk. Tepat saat itu, sebuah panggilan telepon masuk lagi ke ponsel Yoga. Kali ini dari Winola. Nada suara Winola terdengar sanga
Burhan tersenyum tipis, lalu mengangkat tangan sedikit untuk memberi isyarat kepada pria muda itu. Orang itu segera membawa besi hitam dengan hati-hati. Dia memegangnya seperti benda paling berharga, lalu beranjak pergi.Pandangan semua orang masih terpaku pada pria muda tersebut. Mereka mengikuti setiap gerakannya dengan penuh perhatian."Semuanya!" Burhan tiba-tiba bertepuk tangan perlahan dan tersenyum. Dalam sekejap, semua orang tak punya pilihan selain mengalihkan pandangan kembali ke arah Burhan. Ekspresi mereka sedikit berubah, sementara raut wajah mereka penuh keterkejutan.Dengan mata terbelalak, mereka menatap Burhan tanpa berkedip, seolah tatapan mereka seperti kail yang mencengkeram sosoknya dengan erat."Pak Burhan, kenapa cepat sekali dibawa pergi? Kami bahkan belum puas melihatnya!""Benar banget! Dari mana kalian mendapatkan besi hitam itu? Kalau kalian ingin menukarnya, apa yang kalian inginkan sebagai gantinya?""Apa pun yang kalian inginkan, katakan saja! Aku akan pa