“Aku meneleponmu karena ada orang yang memintaku untuk menyuruhmu mengampuni Kelvin. Nak, hebat juga kamu ya! Tindakanmu itu sudah menggemparkan seluruh Kota Terlarang. Saat ini, nggak ada satu orang pun yang nggak mengetahui namamu,” jelas Dirga.“Siapa yang meminta bantuanmu? Suruh dia mencariku sendiri,” ujar Yoga.Dirga menjawab, “Dia nggak bisa menunjukkan diri.”“Oh, ya sudah kalau begitu,” kata Yoga dengan acuh tak acuh. Kemudian, dia langsung memutuskan sambungan teleponnya.Beberapa detik kemudian, Dirga menelepon balik dan memaki, “Sialan! Kamu benar-benar sama keras kepalanya dengan ayahmu!”“Pak Dirga, aku lagi sibuk. Kalau orang itu nggak bersedia menunjukkan diri, jangan ganggu aku lagi,” tutur Yoga.“Ya sudah, aku akan menyuruhnya bicara langsung denganmu,” jawab Dirga. Setelah itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang asing, “Halo.”Yoga berusaha mengendalikan emosinya dan bertanya, “Siapa kamu?”Orang itu menjawab, “Kamal Lukita.”Kamal Lukita? Dia adalah mantan pe
Raja Kegelapan berkata, “Bos, apa yang akan kamu lakukan untuk memancing Pak Kamal keluar?”“Dengan membunuh orang ... banyak, banyak orang,” jawab Yoga. Dia menyadari bahwa Kamal sepertinya sangat peduli pada Keluarga Juanda. Jika tidak, Kamal tidak mungkin meneleponnya secara pribadi. Apabila dirinya membunuh seluruh Keluarga Juanda, Kamal pasti akan menunjukkan diri. Dia memang tidak yakin apakah Kamal adalah dalang aslinya. Namun, Kamal mengetahui tentang hal ini dan tidak bersedia mengatakannya. Baginya, itu adalah dosa yang berat. Setelah itu, Yoga pun kembali ke Rumah Sakit Kumara.Begitu melihat Yoga, Lili langsung memeluknya dan berkata, “Kak, akhirnya kamu kembali juga. Kamu nggak apa-apa, ‘kan?”Yoga mengelus rambut panjang Lili dengan penuh kasih sayang dan menjawab, “Kakak baik-baik saja kok. Lili, aku sudah membalaskan dendam Ayah dengan membuat Kelvin merasakan konsekuensi berat.”Begitu mengungkit tentang ayah mereka, Lili pun hampir menangis. Di sisi lain, Karina ber
“Berengsek!” maki Yoga. Keluarga Juanda benar-benar sudah tidak waras lagi hingga berani menyuruh orang yang masih hidup untuk menikahi orang yang sudah meninggal.Begitu mendengar jawaban itu, Karina sekeluarga juga tercengang. Kemudian, Ambar bertanya, “Ada apa ini? Kenapa empat keluarga besar di ibu kota provinsi dan Sekte Sembilan Aliran yang legendaris itu memberi perintah untuk membunuhmu dan kami? Yoga, apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan?”“Nggak apa-apa. Aku hanya menagih utang mereka pada keluargaku,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh.Gatot langsung murka dan berseru, “Sialan! Mereka itu empat keluarga besar di ibu kota provinsi dan Sekte Sembilan Aliran! Gawat! Tamatlah riwayat kita kali ini! Diincar salah satu dari mereka saja kita sudah pasti mati, apalagi lima keluarga sekaligus! Ibu, Kak, gimana ini?”Ambar pun merasa sangat ketakutan dan mulai menangis sambil berkata, “Karina baru mendapatkan kembali Perusahaan Farmasi Avanti dengan susah payah. Awalnya, aku kira kita
Nadya pun berseru gembira, “Terima kasih, Paman!”Berhubung hal ini tidak bisa ditunda lagi, Nadya segera melaju ke Kediaman Wibowo di ibu kota provinsi. Alhasil, begitu masuk ke rumah, para satpam Keluarga Wibowo langsung menangkapnya.Nadya pun merasa panik dan berseru, “Hei, apa mau kalian? Cepat lepaskan aku! Aku ini Nadya Wibowo!”“Maaf, Nona Nadya. Kami juga hanya menjalankan perintah,” jawab para satpam itu dengan ekspresi menyesal.“Siapa yang memberi perintah ini kepada kalian?” tanya Nadya dengan marah.“Aku!” Jimmy berjalan keluar dan menjawab, “Aku yang memerintahkan mereka untuk menangkapmu.”“Kenapa?” tanya Nadya dengan kebingungan.Jimmy menjawab, “Omong kosong macam apa itu? Kamu yang menimbulkan masalah ini. Jadi, kamu harus tanggung jawab penuh.”“Tapi, nggak ada gunanya juga kamu menangkapku!” ujar Nadya.“Siapa bilang? Keluarga Juanda sudah bilang, asalkan bisa menangkapmu dan membiarkanmu menikah dengan almarhum Kelvin, mereka akan mengampuni Keluarga Wibowo,” jawa
“Ah!” Wanita paruh baya itu berteriak kesakitan, lalu memaki dengan posisi setengah berlutut di lantai, “Bajingan, lepaskan aku!”“Katakan, di mana Nadya?” tanya Yoga.“Aku nggak tahu!” jawab wanita paruh baya itu. Yoga pun memelintir lengannya dengan lebih kuat lagi sampai dia akhirnya tidak tahan lagi dan berkata, “Berhenti! Aku akan katakan! Nadya dibawa pergi ke makam Keluarga Juanda. Jimmy mau dia menikah dengan almarhum Kelvin.”“Sialan!” maki Yoga. Kemudian, dia menendang wanita paruh baya itu dan buru-buru melaju ke makam Keluarga Juanda.Saat ini, langit sudah gelap. Seluruh makam Keluarga Juanda dihias dengan lentera putih. Di depan sebuah makam, terdapat meja persembahan yang besar. Di atasnya, terdapat benda-benda persembahan yang melimpah dan sebuah tulisan “selamat menikah” berwarna putih yang terlihat sangat mengerikan.Di atas dua peti mati berkulit merah, masing-masing tertempel foto hitam putih Kelvin dan Nadya. Semua junior Keluarga Juanda berlutut di hadapan peti it
Nadya menatap Jimmy dengan marah, lalu berseru, “Jimmy Wibowo, kalau kamu masih berani bicara omong kosong, aku akan langsung menyuruh Yoga untuk membunuhmu!”“Aku ....” Jimmy pun tidak bisa berkata-kata. Tatapan Nadya itu sudah sepenuhnya membuatnya takut.Saat melihat Yoga berjalan ke arah peti mati Kelvin, Gandi berseru dengan panik, “Yoga, berhenti! Apa maumu?”Duk! Yoga membuka peti Kelvin tanpa ragu dan berkata, “Siapa yang mengizinkan kalian membawa pulang mayat Kelvin?”“Berhenti!” Gandi berteriak histeris, “Putraku sudah meninggal. Jangan mengganggunya lagi! Kalau kamu punya masalah, selesaikan saja masalah itu denganku!”“Jangan khawatir, kalian berdua nggak akan bisa kabur!” ujar Yoga dengan acuh tak acuh. Kemudian, dia pun menyeret keluar jasad Kelvin dari peti mati itu.Gandi ingin mencegahnya, tetapi malah ditendang oleh Yoga. Gandi pun bertanya, “A ... apa maumu? Kuperingati kamu, jangan sembarangan ....”“Dia yang membunuh ayahku. Aku tentu saja harus membawanya pergi m
Shinta menjawab dengan tidak berdaya, “Nadya, kamu lagi bercanda, ‘kan? Setahuku, empat keluarga besar dan Sekte Sembilan Aliran sedang merekrut orang dan sudah mengumpulkan paling nggak 10.000 petarung. Sementara itu, anggota Geng Naga Hijau cuma ada sekitar 300-an orang. Apa kamu rasa 300 orang mungkin mampu mengalahkan 10.000 orang?”“Tiga ratus orang sudah cukup,” jawab Yoga.Shinta menyindir, “Benar, 300 orang memang cukup untuk dijadikan korban.”Tepat pada saat ini, ponsel Yoga tiba-tiba berdering. Begitu melihat yang menelepon adalah Lili, Yoga buru-buru menerimanya.Di ujung telepon, Lili berkata dengan panik, “Kak, apa kamu bisa datang ke Bar Jihaku? Aku ada sedikit masalah.”“Ada apa?” tanya Yoga. Dia langsung merasa khawatir.“Aku nggak sempat menjelaskannya padamu sekarang. Aku meneleponmu di kamar mandi. Cepat datang kemari ya!” ujar Lili.“Oke. Lili, tunggulah Kakak. Kakak akan segera ke sana,” jawab Yoga. Setelah menyerahkan Nadya kepada Shinta, dia pun buru-buru pergi
Yoga pun menghabiskan segelas miras itu tanpa ragu.Setelah itu, pria mohawk itu berkata, “Katakanlah, masalah apa yang harus aku selesaikan? Apa itu masalah utang atau kamu sudah menyinggung tokoh hebat?”Sebenarnya, pria mohawk itu sudah menaruh obat ke dalam miras yang diminum Yoga. Tidak sampai 10 menit lagi, Yoga pasti akan mulai pusing. Pada saat itu, dia sudah bisa mendapatkan Lili.“Membunuh orang,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh.Setelah mendengar ucapan Yoga, semua orang pun tercengang. Sementara itu, pria mohawk itu berkata dengan ekspresi serius, “Kalau membunuh orang sih agak merepotkan.”“Aku mau kamu membunuh 78 orang,” tambah Yoga.Tujuh puluh delapan orang? Semua orang sudah sepenuhnya dikejutkan oleh Yoga. Bahkan pria mohawk itu juga langsung terkesiap dan ekspresinya menjadi sangat serius. Ternyata masalah ini jauh lebih serius dari yang dibayangkannya. Dia berkata, “Sobat, sebaiknya kamu serahkan saja dirimu ke kantor polisi.”“Kenapa? Kamu nggak bisa menanganinya?
"Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik. Ini adalah terakhir kalinya aku menawarkan kesempatan padamu!" ucap Winola sambil menatap Yoga dengan dingin.Sorot matanya sangat tajam. Dalam hatinya, Winola sebenarnya merasa sangat muak. Dia enggan mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi mengetahui rahasia Yoga."Mau berapa kali pun tawaranmu, aku nggak peduli. Kalau nggak ada hal penting, segera pergi," usir Yoga dengan nada jengkel."Kamu tahu nggak? Sekarang, ada banyak orang mengincar rahasia Pil Ketenangan Jiwa. Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin sudah tahu tentang rahasia itu!" ujar Winola dengan marah."Oh ... terus kenapa?" tanya Yoga yang mengangkat alis dan terlihat bingung.Keluarga Husin memang tahu rahasianya, tetapi sekarang Keluarga Kusuma juga tahu. Kemungkinan mereka sudah bersekongkol atau mungkin ada yang membocorkannya."Kenapa? Mereka adalah keluargamu, tapi terus-menerus memanfaatkanmu. Apa kamu nggak marah? Lebih baik kamu kasih tahu aku juga, biar aku bisa ikut bersaing m
"Sekarang, rahasianya sudah kuberi tahu. Sebaiknya kamu cepat pergi. Jangan ganggu kami lagi. Kami cuma mau hidup tenang," ujar Ayu sambil menyeka air mata. Raut wajahnya penuh dengan kesedihan dan keputusasaan."Oke!" jawab Farel. Dia bangkit dan hendak pergi, tetapi malah tiba-tiba berhenti dan berbalik.Farel menatap Yoga sambil mengernyit, lalu bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu sendiri nggak mencari nadi naga dan kunci untuk menyatukan negeri?""Apa gunanya bagiku? Negeri ini sudah bersatu, makmur, dan kuat. Untuk apa aku mencari rahasia yang nggak lagi relevan?" balas Yoga dengan tenang."Hmph! Dasar sok suci!" maki Farel sebelum pergi.Setelah kembali, Farel tidak langsung memberi tahu Keluarga Kusuma, melainkan menuju rumah Keluarga Husin dan merencanakan cara untuk menemukan nadi naga.Kemudian, Farel memanggil kultivator-kultivator prajurit yang masih ada di sekitar dan memberitahukan rahasia itu kepada mereka.Informasi ini langsung menghebohkan Keluarga Husin. Mereka sege
Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be
Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber
Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J
Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak
Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.
Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan
"Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn