Yoga terkekeh, lalu berkata, “Tadi, Kelvin juga sudah menggunakan nama empat keluarga besar dan Sekte Sembilan Aliran untuk mengancamku. Tapi, itu nggak berguna.”“Kamu ....” Andi segera memberi perintah kepada pengawalnya, “Pengawal, cepat bunuh dia!”Namun, hanya ada beberapa pengawal Andi yang berani bertindak. Sebagian besar lainnya buru-buru melangkah mundur. Yoga bahkan lebih kuat dari Andi yang sudah mencapai tingkat epik master. Jadi, mana mungkin mereka mampu menghabisi Yoga?Setelah menghabisi beberapa orang yang menyerangnya itu, Yoga pun mematahkan leher Andi tanpa ragu. Pada akhirnya, Andi mati dengan mata membelalak. Dia tidak menyangka dirinya ternyata akan mati di tangan Yoga yang dia rendahkan selama ini.Begitu Andi tewas, semua orang di lokasi langsung geger dan buru-buru melarikan diri. Jika tidak kabur secepatnya, mereka mungkin juga akan dibunuh oleh Yoga.Dalam sekejap, kematian beberapa orang di Klub Harmoni juga tersebar hingga ke telinga empat keluarga besar d
“Aku meneleponmu karena ada orang yang memintaku untuk menyuruhmu mengampuni Kelvin. Nak, hebat juga kamu ya! Tindakanmu itu sudah menggemparkan seluruh Kota Terlarang. Saat ini, nggak ada satu orang pun yang nggak mengetahui namamu,” jelas Dirga.“Siapa yang meminta bantuanmu? Suruh dia mencariku sendiri,” ujar Yoga.Dirga menjawab, “Dia nggak bisa menunjukkan diri.”“Oh, ya sudah kalau begitu,” kata Yoga dengan acuh tak acuh. Kemudian, dia langsung memutuskan sambungan teleponnya.Beberapa detik kemudian, Dirga menelepon balik dan memaki, “Sialan! Kamu benar-benar sama keras kepalanya dengan ayahmu!”“Pak Dirga, aku lagi sibuk. Kalau orang itu nggak bersedia menunjukkan diri, jangan ganggu aku lagi,” tutur Yoga.“Ya sudah, aku akan menyuruhnya bicara langsung denganmu,” jawab Dirga. Setelah itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang asing, “Halo.”Yoga berusaha mengendalikan emosinya dan bertanya, “Siapa kamu?”Orang itu menjawab, “Kamal Lukita.”Kamal Lukita? Dia adalah mantan pe
Raja Kegelapan berkata, “Bos, apa yang akan kamu lakukan untuk memancing Pak Kamal keluar?”“Dengan membunuh orang ... banyak, banyak orang,” jawab Yoga. Dia menyadari bahwa Kamal sepertinya sangat peduli pada Keluarga Juanda. Jika tidak, Kamal tidak mungkin meneleponnya secara pribadi. Apabila dirinya membunuh seluruh Keluarga Juanda, Kamal pasti akan menunjukkan diri. Dia memang tidak yakin apakah Kamal adalah dalang aslinya. Namun, Kamal mengetahui tentang hal ini dan tidak bersedia mengatakannya. Baginya, itu adalah dosa yang berat. Setelah itu, Yoga pun kembali ke Rumah Sakit Kumara.Begitu melihat Yoga, Lili langsung memeluknya dan berkata, “Kak, akhirnya kamu kembali juga. Kamu nggak apa-apa, ‘kan?”Yoga mengelus rambut panjang Lili dengan penuh kasih sayang dan menjawab, “Kakak baik-baik saja kok. Lili, aku sudah membalaskan dendam Ayah dengan membuat Kelvin merasakan konsekuensi berat.”Begitu mengungkit tentang ayah mereka, Lili pun hampir menangis. Di sisi lain, Karina ber
“Berengsek!” maki Yoga. Keluarga Juanda benar-benar sudah tidak waras lagi hingga berani menyuruh orang yang masih hidup untuk menikahi orang yang sudah meninggal.Begitu mendengar jawaban itu, Karina sekeluarga juga tercengang. Kemudian, Ambar bertanya, “Ada apa ini? Kenapa empat keluarga besar di ibu kota provinsi dan Sekte Sembilan Aliran yang legendaris itu memberi perintah untuk membunuhmu dan kami? Yoga, apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan?”“Nggak apa-apa. Aku hanya menagih utang mereka pada keluargaku,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh.Gatot langsung murka dan berseru, “Sialan! Mereka itu empat keluarga besar di ibu kota provinsi dan Sekte Sembilan Aliran! Gawat! Tamatlah riwayat kita kali ini! Diincar salah satu dari mereka saja kita sudah pasti mati, apalagi lima keluarga sekaligus! Ibu, Kak, gimana ini?”Ambar pun merasa sangat ketakutan dan mulai menangis sambil berkata, “Karina baru mendapatkan kembali Perusahaan Farmasi Avanti dengan susah payah. Awalnya, aku kira kita
Nadya pun berseru gembira, “Terima kasih, Paman!”Berhubung hal ini tidak bisa ditunda lagi, Nadya segera melaju ke Kediaman Wibowo di ibu kota provinsi. Alhasil, begitu masuk ke rumah, para satpam Keluarga Wibowo langsung menangkapnya.Nadya pun merasa panik dan berseru, “Hei, apa mau kalian? Cepat lepaskan aku! Aku ini Nadya Wibowo!”“Maaf, Nona Nadya. Kami juga hanya menjalankan perintah,” jawab para satpam itu dengan ekspresi menyesal.“Siapa yang memberi perintah ini kepada kalian?” tanya Nadya dengan marah.“Aku!” Jimmy berjalan keluar dan menjawab, “Aku yang memerintahkan mereka untuk menangkapmu.”“Kenapa?” tanya Nadya dengan kebingungan.Jimmy menjawab, “Omong kosong macam apa itu? Kamu yang menimbulkan masalah ini. Jadi, kamu harus tanggung jawab penuh.”“Tapi, nggak ada gunanya juga kamu menangkapku!” ujar Nadya.“Siapa bilang? Keluarga Juanda sudah bilang, asalkan bisa menangkapmu dan membiarkanmu menikah dengan almarhum Kelvin, mereka akan mengampuni Keluarga Wibowo,” jawa
“Ah!” Wanita paruh baya itu berteriak kesakitan, lalu memaki dengan posisi setengah berlutut di lantai, “Bajingan, lepaskan aku!”“Katakan, di mana Nadya?” tanya Yoga.“Aku nggak tahu!” jawab wanita paruh baya itu. Yoga pun memelintir lengannya dengan lebih kuat lagi sampai dia akhirnya tidak tahan lagi dan berkata, “Berhenti! Aku akan katakan! Nadya dibawa pergi ke makam Keluarga Juanda. Jimmy mau dia menikah dengan almarhum Kelvin.”“Sialan!” maki Yoga. Kemudian, dia menendang wanita paruh baya itu dan buru-buru melaju ke makam Keluarga Juanda.Saat ini, langit sudah gelap. Seluruh makam Keluarga Juanda dihias dengan lentera putih. Di depan sebuah makam, terdapat meja persembahan yang besar. Di atasnya, terdapat benda-benda persembahan yang melimpah dan sebuah tulisan “selamat menikah” berwarna putih yang terlihat sangat mengerikan.Di atas dua peti mati berkulit merah, masing-masing tertempel foto hitam putih Kelvin dan Nadya. Semua junior Keluarga Juanda berlutut di hadapan peti it
Nadya menatap Jimmy dengan marah, lalu berseru, “Jimmy Wibowo, kalau kamu masih berani bicara omong kosong, aku akan langsung menyuruh Yoga untuk membunuhmu!”“Aku ....” Jimmy pun tidak bisa berkata-kata. Tatapan Nadya itu sudah sepenuhnya membuatnya takut.Saat melihat Yoga berjalan ke arah peti mati Kelvin, Gandi berseru dengan panik, “Yoga, berhenti! Apa maumu?”Duk! Yoga membuka peti Kelvin tanpa ragu dan berkata, “Siapa yang mengizinkan kalian membawa pulang mayat Kelvin?”“Berhenti!” Gandi berteriak histeris, “Putraku sudah meninggal. Jangan mengganggunya lagi! Kalau kamu punya masalah, selesaikan saja masalah itu denganku!”“Jangan khawatir, kalian berdua nggak akan bisa kabur!” ujar Yoga dengan acuh tak acuh. Kemudian, dia pun menyeret keluar jasad Kelvin dari peti mati itu.Gandi ingin mencegahnya, tetapi malah ditendang oleh Yoga. Gandi pun bertanya, “A ... apa maumu? Kuperingati kamu, jangan sembarangan ....”“Dia yang membunuh ayahku. Aku tentu saja harus membawanya pergi m
Shinta menjawab dengan tidak berdaya, “Nadya, kamu lagi bercanda, ‘kan? Setahuku, empat keluarga besar dan Sekte Sembilan Aliran sedang merekrut orang dan sudah mengumpulkan paling nggak 10.000 petarung. Sementara itu, anggota Geng Naga Hijau cuma ada sekitar 300-an orang. Apa kamu rasa 300 orang mungkin mampu mengalahkan 10.000 orang?”“Tiga ratus orang sudah cukup,” jawab Yoga.Shinta menyindir, “Benar, 300 orang memang cukup untuk dijadikan korban.”Tepat pada saat ini, ponsel Yoga tiba-tiba berdering. Begitu melihat yang menelepon adalah Lili, Yoga buru-buru menerimanya.Di ujung telepon, Lili berkata dengan panik, “Kak, apa kamu bisa datang ke Bar Jihaku? Aku ada sedikit masalah.”“Ada apa?” tanya Yoga. Dia langsung merasa khawatir.“Aku nggak sempat menjelaskannya padamu sekarang. Aku meneleponmu di kamar mandi. Cepat datang kemari ya!” ujar Lili.“Oke. Lili, tunggulah Kakak. Kakak akan segera ke sana,” jawab Yoga. Setelah menyerahkan Nadya kepada Shinta, dia pun buru-buru pergi
Tidak ada satu pun yang boleh bertindak sewenang-wenang. Jika tidak, orang itu akan menerima sanksi dan dibunuh yang lainnya. Inilah alasannya mengapa organisasi Pelindung Kebenaran bisa bertahan selama ribuan tahun."Tuan Jordi, kamu juga nggak tahan lagi dan ingin membunuh orang itu ya?""Jangan ragu lagi. Orang ini sudah bersekongkol dengan Farel untuk mendapatkan harta karun itu, dia sudah mengkhianati kepercayaan dan kita semua.""Segera lakukan perhitungannya sekarang, selidiki masalah ini. Kita pasti bisa segera menemukan kebenarannya."Semua orang mulai mendesak dengan cemas. Mereka tahu betul harta karun itu baru bisa ditemukan jika kebenarannya terungkap."Harta karun Pil Ketenangan Jiwa ini mungkin benar-benar bisa membuat kita jadi lebih kuat dan bisa membunuh Bimo. Tapi, nggak ada tahu harta yang bisa menyatukan dunia ini sebenarnya apa, semuanya hanya bisa terus membahasnya saja. Apa kalian pernah berpikir mungkin saja ini taktik dari empat keluarga besar untuk memecah be
Di tengah pegunungan yang luasnya tak berujung, terdapat sebuah altar dengan beberapa api unggun yang sedang menyala dan memancarkan cahaya yang dingin. Banyak orang yang berpakaian hitam di sekeliling sedang mengucapkan kata-kata yang sulit untuk dimengerti.Tempat ini adalah markas Pelindung Kebenaran. Para petingginya berkumpul di sana dengan ekspresi yang serius dan saling memandang dengan tatapan yang sangat waspada."Aku ingin tahu, siapa yang sebenarnya sudah bekerja sama dengan Keluarga Husin sampai mereka bisa benar-benar mendapatkan harta karunnya?" kata seseorang dengan nada gembira, seolah-olah sedang merayakan sesuatu.Yang lainnya juga melihat ke sekeliling dan berbicara sambil tertawa."Benar, ini adalah kabar yang baik. Sebaiknya kita ungkapkan hal ini dan diskusikan bersama-sama.""Bagi organisasi Pelindung Kebenaran, ini adalah kesempatan yang sangat langka. Kita semua harus bekerja sama.""Kalau memang ada harta karun, ini sama saja sudah sangat berjasa bagi kita. Si
Jeje berujar sambil terkekeh, "Hehehe. Makin kacau makin seru! Kalau kacau, itu artinya ada banyak hal menarik yang akan terjadi!"Roselia menimpali, "Tapi lihat saja situasi sekarang, padahal empat keluarga besar di dunia bela diri kuno sudah benar-benar sendirian. Mereka bahkan masih nekat mau mengejar dan memburu Pelindung Kebenaran!"Erna berucap dengan nada tenang, "Biar saja mereka melakukan apa yang mereka mau, tapi soal kerusuhan di area terlarang ini, kita tetap harus berhati-hati!"Kamelia menambahkan, "Benar, aku juga pernah dengar tentang kerusuhan area terlarang di dunia kultivator kuno. Setelah kekacauan itu, pasti akan ada ancaman besar bagi dunia bela diri kuno!"Yoga bertanya dengan penasaran, "Kak Kamelia, kenapa bisa begitu?"Kamelia menjelaskan dengan tenang, "Setiap kali terjadi kerusuhan di area terlarang, pasti akan ada beberapa makhluk berbahaya yang berhasil melarikan diri. Sayangnya, orang-orang di dunia kultivator kuno nggak akan repot-repot mengurusnya."Yog
Karina dan Nadya berdiri di ambang pintu. Mereka menatap Yoga dan Winola yang berada di sofa dengan ekspresi kaku. Posisi kedua orang itu terlihat begitu aneh dan mencurigakan."Cepat lepaskan aku!" Wajah Winola langsung memerah karena malu dan marah. Dia berusaha sekuat tenaga untuk meronta. Baru setelah itu Yoga buru-buru melepaskannya. Dia menggaruk kepalanya dengan kikuk dan merasa suasana menjadi sangat canggung.Winola merapikan lengan bajunya, lalu mengalihkan pandangannya ke Karina dan Nadya. Tanpa berkata apa-apa, dia bergegas meninggalkan vila dengan langkah cepat.Karina dan Nadya sama sekali tidak menyapa Winola. Mereka hanya diam sampai Winola benar-benar pergi, lalu serempak menatap Yoga dengan pandangan tajam."Wah, mengharukan sekali. Jadi benar dugaan kami, kamu ini benar-benar nggak pernah puas. Masih saja bermain di belakang kami," sindir Karina.Nadya menimpali, "Aku juga sempat curiga. Mana mungkin hari ini kamu nggak ke mana-mana?""Kalau keluar pun, pasti ada ban
Sutrisno menepuk meja dengan keras. Raut wajahnya penuh keyakinan dan semangat."Apa? Kerja sama lagi?" Wajah orang-orang dari Keluarga Husin langsung pucat pasi. Mereka menatap Sutrisno dengan pandangan kosong dan pasrah.Setiap kali bekerja sama dengan Bimo, mereka selalu harus mengalami kerugian besar seperti digerogoti habis-habisan. Sekarang, masih harus kerja sama lagi?Luna yang juga merasa sedikit gentar pun berucap dengan suara pelan, "Sebenarnya bisa tanpa kerja sama juga.""Benar, kita juga bisa melakukan penyelidikan lebih dulu sebelum memutuskan sesuatu," timpal Winola dengan suara rendah."Nggak, kita harus dapat dukungan dari Tuan Bimo. Bagaimanapun, dia adalah yang terkuat di antara kita semua. Dengan bantuannya, semuanya akan beres dengan mudah!" seru Sutrisno dengan penuh semangat. Wajahnya begitu bersemangat, seperti penggemar berat yang memuja idolanya.Semua orang hanya bisa terdiam. Sikap Sutrisno benar-benar seperti penggemar garis keras dari Bimo."Ya sudah, kam
Saat ini, ekspresi semua anggota Keluarga Husin kaku dan pucat. Mereka hanya bisa duduk diam dengan ekspresi yang sangat muram.Tatapan penuh amarah dari tiga keluarga besar yang mengelilingi mereka terasa menekan. Jelas sekali, tiga keluarga besar telah bersatu untuk mengepung Keluarga Husin! Situasi ini benar-benar membuat mereka sulit menahan diri."Sialan!" Orang-orang dari Keluarga Husin merasa cemas. Situasi ini makin sulit untuk dikendalikan."Kalau kalian nggak segera kasih penjelasan, begitu masalah ini tersebar ke dunia kultivator kuno, krisis baru pasti akan muncul!" ucap Winola dengan suara dingin. Tatapannya tajam dan aura mengancamnya terpancar begitu kuat.Meskipun Keluarga Husin cukup kuat, mereka tidak mungkin bisa bertahan karena dikeroyok oleh tiga keluarga besar sekaligus."Kami akan segera laporkan masalah ini ke pihak atasan dan minta petunjuk mengenai langkah selanjutnya," ucap salah seorang anggota Keluarga Husin dengan nada pasrah. Dia benar-benar tidak berdaya
Mereka semua sedang mencari keberadaan Farel, tetapi hasilnya nihil. Bahkan, anggota dari empat keluarga besar lainnya pun mulai berdatangan dan memenuhi ruang tamu Keluarga Husin.Di antara mereka, Sutrisno dan Winola juga berada di sana. Sementara itu, Luna berdiri dengan raut raut wajah dingin. Matanya tajam ketika menatap anggota Keluarga Husin.Luna berujar dengan suara dingin, "Sudah sejauh ini, Keluarga Husin masih belum menemukan keberadaan Farel? Jangan-jangan kalian sudah bawa harta itu kembali ke dunia kultivator kuno?""Keluarga Husin benar-benar punya siasat bagus. Di permukaan, kalian menyebarkan kabar bahwa Farel berkhianat, tapi diam-diam membawanya kembali ke dunia kultivator kuno!" ucap Sutrisno. Tatapan penuh ejekan dan penghinaannya tertuju pada mereka.Winola berbicara dengan nada tajam dan penuh amarah, "Kalian dulu bilang mau bekerja sama, tapi sekarang berbuat seperti ini. Apa kalian nggak seharusnya kasih penjelasan?"Empat keluarga besar bersatu dan bekerja sa
"Apa harta-harta ini benaran untuk Yoga?""Kenapa bisa begitu? Apa haknya? Dengan status dia, mana mungkin Sutrisno kasih dia hadiah?""Sutrisno, kamu pasti tertipu. Yoga itu terkenal licik dan nggak segan melakukan kejahatan!"Semua orang mulai panik dan berteriak. Mereka menuduh Yoga tanpa ampun. Dalam pandangan mereka, Sutrisno memiliki latar belakang luar biasa.Orang selevel Sutrisno tidak mungkin memberikan harta sebanyak ini kepada Yoga tanpa alasan. Mereka yakin Yoga pasti telah melakukan sesuatu untuk memanipulasi situasi ini."Sutrisno, kalau harta-harta ini memang mahar pernikahan, kamu bisa bawa Nadya hari ini juga. Tolong bilang bahwa semua ini memang untuk Keluarga Wibowo!" ucap Yuli dengan nada penuh harap. Matanya tak lepas dari menatap Sutrisno.Hanya saja, Sutrisno menatap mereka dengan penuh kejengkelan. Dia membalas, "Berapa kali aku harus menjelaskan sih? Apa hubungannya semua ini sama kalian?"Setelah mengatakan itu, Sutrisno langsung berbalik dan pergi. Dia bahka
Kotak-kotak itu ternyata berisi emas, perak, permata, serta senjata-senjata luar biasa. Semuanya terlihat memancarkan cahaya.Cahaya itu memantul di mata semua orang yang melihatnya. Pada saat itu, semua orang tertegun. Terutama para anggota Keluarga Wibowo di sekitarnya. Mereka bahkan tak lagi bisa duduk tenang.Yuli berucap dengan penuh semangat, "Sutrisno, apa semua ini mau kamu berikan untuk putriku? Sebenarnya apa istimewanya putriku hingga mendapat perhatian seperti ini darimu?"Jafar langsung menimpali, "Apa semua ini adalah mahar pernikahan? Sutrisno, kamu terlalu baik. Kami benar-benar merasa terhormat! Jangan khawatir, kami menerima lamaran ini!"Yuli melanjutkan dengan penuh antusias, "Gimana kalau kamu langsung bawa dia ke kamar? Dengan mahar sebanyak ini, sungguh nggak pantas kalau kami bersikap nggak tahu diri."Jafar menambahkan, "Benar sekali. Kita harus bikin Sutrisno senang. Harta sebanyak ini pasti nilainya nggak terhitung!"Kedua orang itu terus berceloteh tanpa hen