Jika bukan karena karpet di lantai yang tebal, ponsel Winola pasti sudah rusak."Bajingan menyebalkan! Aku sudah lama menunggu dan kamu masih mau membakar dupa? Kenapa kamu punya banyak sekali alasan!" geram Winola. Namun, dia hanya bisa terus menunggu.Ketika batang hidung Yoga belum juga terlihat pada pukul 3 sore, Winola tidak bisa bersabar lagi. Dia mengambil ponsel dan mengirimkan pesan.[ Sudah selesai belum? ]Yoga segera membalas pesannya.[ Aku mau periksakan diri ke rumah sakit dulu, mau memastikan aku nggak punya penyakit menular. Jangan sampai aku menularkannya padamu. ]Winola tercengang. Apa Yoga benar-benar laki-laki? Mengapa persiapannya untuk hal ini banyak sekali?Winola menggertakkan gigi. Akhirnya, dia menahan kesal dan mengirimkan satu pesan lagi beserta foto bahunya yang terbuka.[ Cepatlah, aku sudah nggak sabar! ]Setelah mengirim pesan itu, tubuh Winola langsung memancarkan niat membunuh yang kuat. Demi memancing Yoga ke sini, dia sampai harus melakukan hal ini
"Winola, aku nggak nyangka kamu begitu nggak tahu malu!""Kupikir kamu punya moral tinggi, ternyata malah begitu rendahan. Pesan-pesanmu dan foto itu buktinya!""Mau merayu Yoga? Kamu wanita paling menjijikkan yang pernah kutemui!"Karina dan Nadya langsung menerobos masuk. Di belakang mereka, masih ada Asta dan Lili. Seisi ruangan seketika menjadi ramai.Hinaan yang terus terdengar membuat Winola linglung. Apa yang terjadi? Dia menatap Yoga dengan ekspresi bingung.Yoga berucap, "Kamu wanita yang baik, tapi aku nggak ingin salah jalan."Winola terdiam. Wajahnya yang cantik terlihat begitu syok. Saat ini, dia tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa.Hebat sekali! Winola telah menggunakan berbagai cara untuk memancing Yoga ke sini. Setelah menunggu lama, pria itu malah datang dengan membawa banyak orang. Selain itu, apa maksudnya dengan salah jalan?"Yoga, kamu melakukan hal yang benar. Seorang pria harus menjaga akhlak dan menjauhi hal-hal yang nggak pantas!" puji Asta sambil men
Karina dan yang lainnya juga menutup mulut mereka dengan terkejut. Astaga, situasi ini makin menarik saja! Asta pun menutup mata Lili agar gadis itu tidak melihat hal-hal yang tidak senonoh."Cukup!" seru Winola. Dia segera mendekat dan menjelaskan dengan marah, "Aku dipaksa melakukan ini dan dia ditugaskan untuk mengambil foto. Hanya itu yang bisa kukatakan, terserah kamu mau percaya atau nggak!"Setelah mengucapkan kata-kata itu, Winola berbalik dan pergi dengan marah. Dia tidak sudi berlama-lama di sini, walau sedetik pun."Rupanya begitu. Apa ada yang mau kamu jelaskan?" tanya Yoga sambil menatap Silus dengan ekspresi menyeramkan di wajahnya.Yoga bisa merasakan bahwa pria di depannya bukan orang biasa. Silus memiliki aura seorang kultivator kuno."A ... aku hanya kebetulan ... akh!" Sebelum Silus bisa menyelesaikan kata-katanya, lengannya sudah dipatahkan oleh Yoga. Silus yang kesakitan langsung jatuh berlutut."Katakan! Siapa yang mengirimmu?" tanya Yoga. Tangannya sudah mencengk
Saat Winola bangun, hari sudah berganti. Bukankah ini kamarnya? Bagaimana dia bisa kembali?Winola yang masih linglung berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. Sepertinya dia bertemu Yoga. Bukan! Wajah pria itu memang sangat mirip dengan Yoga, tetapi naluri Winola mengatakan bahwa dia bukan Yoga.Memikirkan hal ini menambah sakit kepala yang dirasakan Winola. Dia terpaksa mengesampingkan masalah ini untuk sementara waktu.Winola mengambil ponsel, lalu seketika tertegun begitu menjelajah internet. Hatinya dibanjiri kegelisahan.[ Mengejutkan! Seorang wanita misterius tertangkap basah sedang merayu Ketua Dewan Direksi Grup Kusuma, lalu kabur dengan panik setelah ketahuan! ]Di bawahnya, terdapat foto Winola yang sedang melarikan diri di koridor. Biarpun wajahnya tidak terlihat, Winola merasa sangat malu."Yoga bajingan!" umpat Winola.Winola berniat menelepon Yoga, tetapi setelah memikirkannya kembali, dia mengurungkan niatnya. Apa yang bisa dia lakukan setelah meneleponnya?
Jelas-jelas Yoga adalah pria yang jujur dan terhormat."Aku pria baik-baik, jangan salah paham," tolak Yoga."Aku nggak percaya. Kamu itu pemain wanita!" bantah Hilda.Yoga kehabisan kata-kata. Pada saat itu, tiba-tiba ponselnya berdering. Yoga memeriksa ponsel dan melihat bahwa Ayu meneleponnya."Ada apa, Bu?" tanya Yoga. Dia merasa lega mendapatkan alasan untuk menjauhi Hilda."Ada yang gawat! Cepat lihat berita!" seru Ayu dengan panik.Yoga tertegun. Apa ibunya juga senang bergosip? Sepertinya dia perlu mencari waktu untuk makan bersama dan menjelaskan semuanya pada sang ibu."Aku tahu, aku sudah lihat. Itu palsu, Bu. Aku yang sengaja mengaturnya," ucap Yoga."Kamu gila? Apa kamu tahu seberapa besar masalah yang kamu timbulkan?" balas Ayu dengan nada terkejut.Yoga menenangkan ibunya, "Jangan khawatir, aku bisa atasi."Ayu berucap lagi, "Gimana caramu mengatasinya? Kamu nggak akan bisa! Kamu nggak seharusnya menaruh barang-barang antik itu!"Yoga terdiam. Barang antik? Barang antik
"Kami ini profesional. Ini asli atau bukan, tentu saja kami yang lebih tahu," ucap Mateo. Dia mendengus sebelum berbalik dan pergi.Namun, Yoga masih merasa ragu. Dia membawa Ayu untuk memeriksa artefak perunggu itu sendiri. Berhubung mereka adalah orang-orang dari Grup Yoga, Mateo tidak menghalangi mereka.Bahkan sambil berjalan, Mateo terus membujuk mereka agar menyerahkan barang itu kepada negara secepatnya.Kemudian, Yoga melihat lima artefak perunggu di sana. Benda-benda itu masih dipenuhi tanah dan telah berkarat kehijauan karena usia. Aroma khas benda-benda bersejarah langsung tercium kuat.Yoga berdecak kagum. Dia berpikir bahwa orang-orang ini sungguh berani. Semua benda itu asli dan sangat berharga, masing-masing juga berusia lebih dari 1.000 tahun.Mateo menasihati lagi, "Tim penelitian kami pasti akan menggunakan lahan ini untuk riset arkeologi. Kalau diserahkan sekarang, mungkin kalian bakal dapat penghargaan. Tapi kalau menunggu proses hukum, yang bisa kalian dapatkan cu
Lahan itu akhirnya diambil alih oleh negara untuk digunakan dalam penelitian arkeologi. Grup Yoga hanya mendapatkan uang kompensasi sebagai gantinya.Berhubung rencananya berhasil, Rafi merasa sangat puas dan segera mengumpulkan empat keluarga besar.Rafi dan Farel tak sabar lagi untuk segera bertindak, sementara Winola dan Sutrisno terpaksa ikut karena diseret oleh mereka.Sesampainya di Grup Yoga, mereka menunggu di lobi. Yoga duduk dengan ekspresi suram. Dia menatap semua orang dengan dingin."Selamat ya. Lahan yang selama ini kamu dambakan, akhirnya lepas dari tanganmu!" ucap Rafi sambil tersenyum sinis."Melihat ekspresimu seperti itu, aku sangat senang. Putraku di surga pasti juga ikut tertawa!" ucap Farel dengan penuh kegembiraan.Winola hanya diam dengan ekspresi dingin, sementara Sutrisno ikut mengejek dengan kompak, "Hmph! Kalau memang bukan milikmu, kamu nggak akan bisa mendapatkannya walaupun berusaha keras!"Yoga tak kuasa tersenyum. Dia membalas, "Kalau aku saja nggak bis
Setelah bangun keesokan harinya, Yoga kembali mendapat telepon dari Ayu. "Ada kejadian gawat! Cepat datang!"Tanpa perlu dijelaskan sekalipun, Yoga sudah tahu pasti telah terjadi sesuatu pada tanah itu. Yoga segera mengendarai mobilnya dengan cepat. Dalam hatinya berpikir bahwa akhirnya dia bisa mengetahui apa yang sedang dirahasiakan oleh Rafi.Saat tiba di lokasi, tempat itu sudah dikerumuni banyak orang. Selain Ayu, Karina, dan beberapa orang dari perusahaan, juga ada banyak sekali wartawan dari berbagai media. Kerumunan itu dibatasi oleh garis polisi.Lampu kilat kamera menyala di mana-mana dan suara keramaian memenuhi udara. Beberapa orang yang mengenakan pakaian pelindung, kemungkinan arkeolog, tampak sibuk mencari sesuatu di lahan tersebut.Yoga merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tiba-tiba, dia menyadari sesuatu. Lubang-lubang yang kemarin sudah digali di tanah itu, semuanya sudah ditutup kembali hari ini?"Ibu, apa yang terjadi?" tanya Yoga buru-buru."Haeh!" Ayu menghela nap