Saat Winola bangun, hari sudah berganti. Bukankah ini kamarnya? Bagaimana dia bisa kembali?Winola yang masih linglung berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. Sepertinya dia bertemu Yoga. Bukan! Wajah pria itu memang sangat mirip dengan Yoga, tetapi naluri Winola mengatakan bahwa dia bukan Yoga.Memikirkan hal ini menambah sakit kepala yang dirasakan Winola. Dia terpaksa mengesampingkan masalah ini untuk sementara waktu.Winola mengambil ponsel, lalu seketika tertegun begitu menjelajah internet. Hatinya dibanjiri kegelisahan.[ Mengejutkan! Seorang wanita misterius tertangkap basah sedang merayu Ketua Dewan Direksi Grup Kusuma, lalu kabur dengan panik setelah ketahuan! ]Di bawahnya, terdapat foto Winola yang sedang melarikan diri di koridor. Biarpun wajahnya tidak terlihat, Winola merasa sangat malu."Yoga bajingan!" umpat Winola.Winola berniat menelepon Yoga, tetapi setelah memikirkannya kembali, dia mengurungkan niatnya. Apa yang bisa dia lakukan setelah meneleponnya?
Jelas-jelas Yoga adalah pria yang jujur dan terhormat."Aku pria baik-baik, jangan salah paham," tolak Yoga."Aku nggak percaya. Kamu itu pemain wanita!" bantah Hilda.Yoga kehabisan kata-kata. Pada saat itu, tiba-tiba ponselnya berdering. Yoga memeriksa ponsel dan melihat bahwa Ayu meneleponnya."Ada apa, Bu?" tanya Yoga. Dia merasa lega mendapatkan alasan untuk menjauhi Hilda."Ada yang gawat! Cepat lihat berita!" seru Ayu dengan panik.Yoga tertegun. Apa ibunya juga senang bergosip? Sepertinya dia perlu mencari waktu untuk makan bersama dan menjelaskan semuanya pada sang ibu."Aku tahu, aku sudah lihat. Itu palsu, Bu. Aku yang sengaja mengaturnya," ucap Yoga."Kamu gila? Apa kamu tahu seberapa besar masalah yang kamu timbulkan?" balas Ayu dengan nada terkejut.Yoga menenangkan ibunya, "Jangan khawatir, aku bisa atasi."Ayu berucap lagi, "Gimana caramu mengatasinya? Kamu nggak akan bisa! Kamu nggak seharusnya menaruh barang-barang antik itu!"Yoga terdiam. Barang antik? Barang antik
"Kami ini profesional. Ini asli atau bukan, tentu saja kami yang lebih tahu," ucap Mateo. Dia mendengus sebelum berbalik dan pergi.Namun, Yoga masih merasa ragu. Dia membawa Ayu untuk memeriksa artefak perunggu itu sendiri. Berhubung mereka adalah orang-orang dari Grup Yoga, Mateo tidak menghalangi mereka.Bahkan sambil berjalan, Mateo terus membujuk mereka agar menyerahkan barang itu kepada negara secepatnya.Kemudian, Yoga melihat lima artefak perunggu di sana. Benda-benda itu masih dipenuhi tanah dan telah berkarat kehijauan karena usia. Aroma khas benda-benda bersejarah langsung tercium kuat.Yoga berdecak kagum. Dia berpikir bahwa orang-orang ini sungguh berani. Semua benda itu asli dan sangat berharga, masing-masing juga berusia lebih dari 1.000 tahun.Mateo menasihati lagi, "Tim penelitian kami pasti akan menggunakan lahan ini untuk riset arkeologi. Kalau diserahkan sekarang, mungkin kalian bakal dapat penghargaan. Tapi kalau menunggu proses hukum, yang bisa kalian dapatkan cu
Lahan itu akhirnya diambil alih oleh negara untuk digunakan dalam penelitian arkeologi. Grup Yoga hanya mendapatkan uang kompensasi sebagai gantinya.Berhubung rencananya berhasil, Rafi merasa sangat puas dan segera mengumpulkan empat keluarga besar.Rafi dan Farel tak sabar lagi untuk segera bertindak, sementara Winola dan Sutrisno terpaksa ikut karena diseret oleh mereka.Sesampainya di Grup Yoga, mereka menunggu di lobi. Yoga duduk dengan ekspresi suram. Dia menatap semua orang dengan dingin."Selamat ya. Lahan yang selama ini kamu dambakan, akhirnya lepas dari tanganmu!" ucap Rafi sambil tersenyum sinis."Melihat ekspresimu seperti itu, aku sangat senang. Putraku di surga pasti juga ikut tertawa!" ucap Farel dengan penuh kegembiraan.Winola hanya diam dengan ekspresi dingin, sementara Sutrisno ikut mengejek dengan kompak, "Hmph! Kalau memang bukan milikmu, kamu nggak akan bisa mendapatkannya walaupun berusaha keras!"Yoga tak kuasa tersenyum. Dia membalas, "Kalau aku saja nggak bis
Setelah bangun keesokan harinya, Yoga kembali mendapat telepon dari Ayu. "Ada kejadian gawat! Cepat datang!"Tanpa perlu dijelaskan sekalipun, Yoga sudah tahu pasti telah terjadi sesuatu pada tanah itu. Yoga segera mengendarai mobilnya dengan cepat. Dalam hatinya berpikir bahwa akhirnya dia bisa mengetahui apa yang sedang dirahasiakan oleh Rafi.Saat tiba di lokasi, tempat itu sudah dikerumuni banyak orang. Selain Ayu, Karina, dan beberapa orang dari perusahaan, juga ada banyak sekali wartawan dari berbagai media. Kerumunan itu dibatasi oleh garis polisi.Lampu kilat kamera menyala di mana-mana dan suara keramaian memenuhi udara. Beberapa orang yang mengenakan pakaian pelindung, kemungkinan arkeolog, tampak sibuk mencari sesuatu di lahan tersebut.Yoga merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tiba-tiba, dia menyadari sesuatu. Lubang-lubang yang kemarin sudah digali di tanah itu, semuanya sudah ditutup kembali hari ini?"Ibu, apa yang terjadi?" tanya Yoga buru-buru."Haeh!" Ayu menghela nap
Ayu tidak bisa percaya. Analisis video ini dilakukan frame per frame. Jadi, kalau ada masalah apa pun, bisa langsung ketahuan."Aku akan ke sana malam ini untuk melihatnya langsung!" ucap Yoga.Di sisi lain."Huh, gali saja terus! Mereka sekarang pasti sudah hampir gila, 'kan?" Melihat laporan dari wartawan, Rafi merasa semakin angkuh. Di sampingnya, ketiga anggota keluarga besar lainnya juga ikut tercengang."Apa yang kamu lakukan sebenarnya?" tanya Sutrisno."Daripada menanyakan apa yang telah kulakukan, lebih tepatnya bilang tanah ini menyimpan rahasia yang nggak diketahui orang!" balas Rafi sambil tersenyum misterius. Jika bukan karena kebetulan melihat rahasia ini di buku kuno, mungkin tidak akan ada yang pernah tahu apa yang terjadi di tanah itu."Bisa jelaskan apa yang terjadi nggak?" tanya Farel dengan penasaran.Hanya saja, Rafi sama sekali tidak menggubrisnya. Dia hanya tertawa terbahak-bahak. Farel dan beberapa orang lainnya tampak kesal, tetapi tidak bisa berbuat apa pun.
"Kamu nggak lagi bercanda, 'kan?" gumam Yoga."Nggak, benaran kok!" jawab Bimo dengan yakin."Hm?" Yoga merasa agak ragu-ragu. "Kenapa rasanya kamu bersemangat sekali?"Bimo menjawab, "Kamu juga seharusnya bersemangat. Hewan penjaganya itu adalah seekor monster kuno yang sangat kuat. Kalau bisa serap kekuatannya, pasti akan sangat menguntungkan bagimu."Yoga membalas, "Jangan bahas aku, kamu juga pasti bisa menyerapnya dan menambah kekuatan jiwamu, lalu mencoba untuk menguasai tubuhku. Kamu kira aku nggak tahu rencanamu ini?"Bimo tertawa canggung, tetapi dalam hatinya mulai mengumpat, 'Bocah sialan ini waspada sekali. Nggak bisa dikibuli!'"Tapi, kalau bisa hancurkan formasi ini, kita pasti bisa membuat Rafi kesal! Kalau aku nggak bisa mendapatkannya, dia juga nggak akan bisa! Lebih baik dijadikan milik umum, biar nggak ada yang bisa memilikinya. Itu baru memuaskan!" Yoga terkekeh-kekeh menunjukkan sifat liciknya.Jika tidak bisa mendapatkan kesempatan, Rafi pasti akan kalang kabut!"
"Groar ...." Sebuah suara yang menyerupai raungan naga terdengar dari bawah tanah dan menggema hingga ke langit. Dalam sekejap, Yoga dan Bimo terpana oleh suara tersebut. Seluruh tanah juga ikut bergetar."Apa ini?" Yoga terkejut."Sepertinya hewan pelindung. Dari suaranya saja sudah bisa dipastikan sangat kuat!" Mata Bimo berbinar-binar dengan semakin bersemangat. Namun pada saat bersamaan, sebuah aura kuat tiba-tiba meledak. Aura ini setara dengan kultivator jenderal tingkat jumantara."Gawat! Monster ini terlalu kuat, kita mundur dulu!" ucap Bimo mengingatkan. Yoga juga tahu bahwa bertarung tanpa persiapan adalah ide buruk, jadi dia segera mundur. Begitu dia meninggalkan area itu, suara raungan naga tiba-tiba berhenti."Sialan!" Yoga menyeka keringatnya, lalu berkata, "Kamu nggak punya cara untuk menghadapi hewan pelindung itu?""Kalau diriku yang dulu pasti bisa menghabisi monster itu dengan mudah!" ujar Bimo dengan bangga."Omong kosong! Diriku yang setahun kemudian juga bisa meng