Share

Bab 41

Author: Danira Widia
Janice menggigit bibirnya. Sebelum ciuman Jason mendarat, dia sontak berjinjit dan menggigit bekas gigitan itu.

Jason sama sekali tidak merasa sakit. Dia hanya berdecak kesal karena terganggu. Meskipun lukanya berdarah lagi, Jason sama sekali tidak keberatan. Namun, saat berikutnya, Janice tidak menggigit lagi, melainkan mengisap darahnya.

Mata Jason sontak terbelalak. Rupanya begitu. Janice melepaskan leher Jason, lalu berucap dengan marah, "Sebaiknya kamu pikirkan cara untuk menjelaskan kepada Vania."

Jason menatap dirinya di depan cermin. Ketika melihat bekas gigitan itu, dia mengangkat alis dan bertanya, "Kamu manusia atau anjing?"

Janice memalingkan wajahnya. Wajahnya tampak agak basah. Tatapannya dipenuhi tekad. Jason yang melihatnya merasa sangat tergoda. Dia menyeka lehernya, lalu memperingatkan dengan suara rendah, "Jauhi Yoshua."

Janice tidak berbicara. Jason mengelus dada Janice dan hampir tidak bisa mengendalikan diri.

"Ya, aku sudah tahu." Janice memang tidak ingin melibat
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   #Bab 42

    Vania tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Jason, lehermu kenapa?"Begitu mendengarnya, Janice langsung bersemangat. Dia ingin melihat bagaimana Jason akan menghadapi pertanyaan wanita yang dicintainya itu.Janice diam-diam memandang ke depan, lalu melihat sepasang mata yang suram. Seketika, dia merasa terancam.Jason menatap Vania, lalu mengusap lehernya dengan santai sambil menyahut, "Nggak sengaja kebentur."Punggung Janice sontak terasa dingin. Pintu akhirnya ditutup. Dia bersandar dengan napas tak beraturan.Di luar kamar mandi, Vania tampak terkejut. Ini pertama kalinya Jason tidak menjawab pertanyaannya dengan serius."Ada masalah?" tanya Jason sambil menunduk. Rambutnya yang berantakan mengenai dahinya, membuatnya terlihat agak nakal."Nggak ada." Vania tersenyum patuh, lalu berbalik dan keluar.Suara langkah kaki yang tergesa-gesa menunjukkan betapa gusarnya dia. Dia yakin suara yang didengarnya tadi bukan ditimbulkan oleh Jason. Ada seseorang di dalam kamar mandi dan Jaso

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 43

    Janice kembali ke kampus. Dia menerima pesan dari Hamdan yang menyuruhnya untuk mengumpul draf desain. Janice pun segera menuju ke ruang kantor.Selain peserta dari tingkatan lain, ternyata ada Vania juga di sini. Sebenarnya setiap tingkatan hanya boleh diwakili satu kontestan. Namun, tingkatan mereka yang sudah hampir lulus ini justru mendapat dua kuota. Ini karena Jason punya kuasa besar.Janice maju. Sebelum dia berbicara, Hamdan sudah menegur, "Janice, cuma kamu yang belum kumpul drafnya. Jangan membuatku repot. Asal kamu tahu, Vania orang pertama yang kumpul.Vania tersenyum rendah hati mendengarnya. Janice tahu kelicikan Vania. Jika mereka berdebat, Vania akan mulai bersandiwara. Dia tidak ingin orang-orang melihat drama Vania.Janice berujar dengan tenang, "Maaf. Pak. Aku akan menunjukkannya sekarang."Janice membuka tasnya, lalu mengeluarkan buku gambarnya. Begitu dibuka, isinya kosong! Draf yang diselipnya di dalam hilang!Ketika Janice termangu, Vania sontak merebut buku gamb

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 44

    Ketika Janice hendak kembali ke asrama, tiba-tiba Norman menghalanginya dan berkata dengan sopan, "Nona, Pak Jason menunggumu di mobil. Tanganmu harus diperiksa."Janice tersenyum sinis. "Bukannya dia senang kalau tanganku lumpuh? Dia nggak perlu repot-repot membuatku didiskualifikasi dari kompetisi lagi, 'kan?"Norman tidak memahami maksud Janice. Dia hendak membujuk, "Nona, Pak Jason ....""Kalau dia senggang, suruh dia temani pacarnya saja. Jangan sampai hubungan mereka retak nanti. Aku masih punya urusan. Dah!" Janice langsung berjalan melewati Norman.Namun, Norman buru-buru mengadang lagi. "Pak Jason menunggumu di mobil." Hanya perkataan singkat, tetapi mengandung ancaman.Janice tahu Norman akan terus mengganggunya jika dirinya menolak. Dia menarik napas sebelum berucap, "Ya sudah."Norman mengangguk, memberi isyarat tangan mempersilakan. Janice mengikutinya naik ke mobil. Ketika naik, dia tidak memperhatikan ada sosok yang menghampiri dengan senang di sekitar sana. Namun, begit

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 45

    Jason berdiri di pinggir jendela dan membuka jendela. Dia menyodorkan sebatang rokok kepada temannya, lalu menyalakan rokoknya.Dokter itu menerima, tetapi tidak merokok. Dia menatap Jason sambil bertanya, "Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa kamu sampai menemaninya? Kamu saja nggak menemani Vania saat dia terluka. Aku pernah melihatmu keluar dari bangsal lain pagi-pagi. Kamu menemani wanita itu?""Ya." Jason mengiakan.Dokter itu terkesiap. Dia buru-buru mendekat, lalu melihat bekas merah di leher Jason. Awalnya dia tidak percaya, tetapi sekarang dia melongo. Jason? Cupang? Mustahil!Jason dan Vania berpacaran tiga tahun. Jangankan cupang, dokter itu bahkan tidak pernah melihat mereka bergandengan tangan.Jason dan dokter ini adalah teman SMA. Karena kurang pintar dalam jurusan keuangan, dia memilih jurusan kedokteran. Alhasil, dia mendapati jurusan kedokteran jauh lebih mengerikan. Kini, selain menjadi dokter rumah sakit, dia juga dokter pribadi Jason. Dia tahu betul kondisi fisik Ja

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 46

    Vania memandang Janice dengan mata berkaca-kaca sambil berkata, "Maaf, Janice. Kamu duluan saja. Aku bisa tahan kok."Vania menggigit bibir. Air mata terus berlinang. Tatapannya terus melirik ke arah Jason. Janice pun maju. Tiba-tiba, sebuah tangan menahan bahunya. Terlihat cincin merah yang berbahaya itu."Biarkan Vania masuk dulu," ucap Jason dengan dingin. Janice pun menoleh menatapnya.Vania menatap Jason dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu berujar, "Terima kasih, Jason. Aku ... agak lemas. Apa kamu bisa bantu aku?"Jason maju dan menggendong Vania ke ruang pemeriksaan. Janice hanya bisa melihat pintu pelan-pelan tertutup. Sementara itu, Vania menoleh dan tersenyum kepada Janice.Jason tidak pernah berubah. Pria ini selalu memprioritaskan Vania. Janice sontak membuang daftar pemeriksaan itu ke tong sampah, lalu berjalan pergi.Tangannya sudah sembuh sejak awal. Janice membalut perban hanya untuk menipu Malia dan Vania. Dia melakukan pemeriksaan juga untuk mengelabui Jason. Namu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 47

    "Kalau kalian nggak percaya, coba cubit pipiku," sahut Janice sambil mengunyah daging.Salah satu teman hendak mencubit, tetapi teman lainnya segera menahannya."Janice, terima kasih sudah datang. Dulu kamar kita sangat sempit. Kita sampai iri dengan kamar mahasiswi lain.""Ya. Kamu juga terus bersama Malia. Padahal, Malia itu ... hais ....""Lupakan saja. Ayo, kita makan," sela teman yang satu lagi.Janice menatap mereka, lalu tersenyum sambil berkata, "Aku tahu kalian mau bilang apa. Aku seharusnya berterima kasih pada kalian.""Eh? Kenapa?" Teman-teman Janice kebingungan mendengarnya."Aku memercayai orang yang salah, tapi kalian masih mau mengajakku makan. Terima kasih," ucap Janice. 'Terima kasih juga karena kalian membantuku di kehidupan lampau.'"Baguslah kalau kamu sadar. Malia membuat kunci duplikat kamar kita. Dia sering datang saat kamu nggak ada. Dia bilang kamu mengizinkannya, jadi kami nggak berani melarangnya.""Selain itu, dia selalu pura-pura menyedihkan dan miskin. Du

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 48

    Janice menatap teman terakhir. Teman itu panik dan bertanya, "Gimana denganku?""Kamu ... terserah kamu." Janice merasa pusing. Kepalanya sontak membentur meja karena sudah mabuk. Ketika melihat ini, ketiga teman itu pun tergelak."Aku baru tahu Janice bukan cuma cantik, tapi juga lucu.""Kalau bukan karena Malia, mana mungkin Vania jadi primadona kampus?""Eh, sudah jam 8.30 malam. Cepat balik ke asrama."Ketiga teman itu memapah Janice pulang. Janice bersandar di tubuh mereka. Dia tidak kehilangan kesadaran. Dia merasa sangat nyaman bersama mereka.Mereka mengobrol dan bercanda dengan bahagia. Angin musim gugur yang seharusnya dingin menjadi hangat.Tiba-tiba, salah satu teman mendongak dan berseru, "Wah! Bintang malam ini indah sekali!"Janice dan lainnya pun ikut mendongak. Langit malam ini terlihat sangat terang karena bulan dan bintang. Jika dilihat dari dahan pohon, bulan dan bintang seolah-olah tergantung di dahan. Sepasang mata bintang dan mulut bulan sabit, dedaunan terlihat

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 49

    Janice buru-buru menggenggam tangan Malia, lalu berucap, "Tentu saja aku memaafkanmu. Aku tahu kamu juga terpaksa. Aku percaya padamu."Wajah Janice memerah karena pengaruh alkohol. Akan tetapi, senyumannya tetap terasa hangat dan tulus.Malia mengangguk sekuat tenaga, tetapi dalam hatinya dia mendengus dingin sambil mengejek, 'Dasar bodoh, cuma hal kecil begitu diingat-ingat sampai sekarang. Pantas saja kamu ditipu!'Kemudian, Malia menunjukkan sikap perhatian dengan berujar, "Janice, aku dengar kamu mau mundur dari kompetisi? Sebenarnya nggak apa-apa. Kita bisa cari pekerjaan dengan tenang. Kamu nggak perlu terlalu ambisius.""Malia, sebagai sahabatku, bukannya seharusnya kamu mendukungku?" tanya Janice."Aku ... aku cuma takut kamu terlalu terbebani. Nggak ada maksud lain kok," ucap Malia yang berusaha mencari alasan.Janice mencoba menggali informasi dengan bertanya, "Omong-omong soal kompetisi, aku baru sadar desainku diutak-atik orang. Kamu punya kunci kamar asramaku, 'kan?"Mali

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 316

    Melihat Marco yang semakin mendekat, Janice berusaha keras untuk meronta. Namun, tubuhnya tetap tak dapat digerakkan. Bahkan ketika dia mencoba menjatuhkan dirinya dari kursi, tubuhnya tetap tak bergeser sedikit pun.Tanpa tergesa-gesa, Marco berhenti di depannya, lalu berjongkok. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah serta punggung Janice dengan penuh kesadaran."Benar-benar kulit yang sempurna. Nggak heran hargamu jauh lebih mahal daripada yang lain. Tenang saja, aku akan berhati-hati."Kulit?Janice terkejut dan matanya membelalak. Dengan susah payah, dia membuka mulut dan tergagap, "Ku ... kulit apa? Ha ... harga apa?"Setelah mengatakan itu, rasanya dia telah menghabiskan seluruh tenaganya. Tubuhnya langsung terkulai di lantai, tak mampu bergerak lagi.Mendengar pertanyaannya, Marco sepertinya teringat sesuatu yang membuatnya semakin bersemangat. Tangannya bergerak dengan gelisah, sulit menahan kegembiraannya. Tiba-tiba, dia membungkuk lebih dekat ke Janice, dengan senyum yan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 315

    Perasaan di dalam tubuh Janice seperti roller coaster. Dia tahu perumpamaan itu tidak masuk akal, tetapi pikirannya terus berpikir seperti itu. Sensasi itu terasa nyaman sekaligus aneh.Marco menatap Janice dengan saksama, lalu berkata, "Apakah rasanya menyenangkan? Nyaman, bukan? Kamu jauh lebih sesuai dengan kriteriaku dibandingkan yang ada di foto."Foto?Kriteria?Apa maksudnya?Janice tidak punya waktu untuk berpikir lebih jauh. Dia hanya melihat Marco membuka tas yang sudah diletakkan sebelumnya di ruangan itu dengan puas.Ketika Janice melihat isi tas tersebut, rasa takut menyelimutinya. Dia berusaha keras untuk melawan, tetapi tubuhnya tetap sulit dikendalikan. Sementara itu, Marco mendekatinya dengan senyum lebar dan membawa barang-barang dari dalam tasnya.....Di ruang jamuanAcara penyambutan Jason diatur oleh saudara sepupu Anwar yang juga merupakan penanggung jawab tambang saat ini. Menurut urutan keluarga, Jason harus memanggil mereka sebagai paman kelima dan keenam.Beg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 314

    Tempat jamuan makan dipindahkan ke sebuah restoran yang lebih mewah, dengan tingkat privasi yang jauh lebih baik. Begitu memasuki ruangan, suasana mewah tersebut langsung terasa.Di dalam ruang privat, sebuah meja panjang dihias dengan sangat elegan dan berkelas.Amanda masuk terlebih dulu untuk menyapa beberapa tamu asing dengan mencium pipi, lalu duduk dengan sopan dan ramah.Janice mengikutinya dengan tenang dari belakang. Namun, baru berjalan beberapa langkah, seorang pria tinggi tiba-tiba muncul dan mengadang jalannya."Hai, Nona," sapa pria itu.Mendengar suara itu, Janice mengangkat pandangannya dan terkejut melihat salah satu desainer favoritnya.Marco.Namanya sangat tradisional dan umum di Idali. Namun, desain-desainnya terkenal karena inovasi dan daya tariknya yang kuat. Kabarnya, semua karya Marco terinspirasi oleh "dewi inspirasi"-nya, yang menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang setia dalam masalah perasaan.Janice merasa terhormat disapa oleh Marco. Saat dia bersiap

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 313

    Anwar mengangkat pandangannya, dan tatapannya sudah mengatakan segalanya. Pelayan itu tertegun sejenak, lalu segera menunduk dan menyanggupi perintahnya.....Sore hariJanice mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih sederhana dan sopan, riasannya juga sangat tipis, membuat penampilannya tampak rendah hati dan bersih.Bagaimanapun, dia hanya karyawan Amanda. Janice tidak ingin mencuri perhatian. Saat hendak berangkat, notifikasi di ponselnya menunjukkan sebuah topik yang sedang trending.[ Jason dan Vania menghabiskan sore yang penuh cinta.]Hanya dari judulnya, Janice sudah tahu isi beritanya. Dia memilih untuk mengabaikan notifikasi itu, lalu mengenakan sepatu hak tinggi dengan tenang dan keluar dari kamar.Baru saja masuk ke dalam lift, dia bertemu dengan Amanda. Amanda mengenakan jumpsuit elegan dengan potongan V-neck yang dihiasi kalung Mutiara. Penampilannya tampak Anggun, tetapi tetap profesional.Dia melirik Janice dan berkata, "Kamu nggak usah berpakaian terlalu sederhan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 312

    Norman kembali ke sisi Jason dan berbicara pelan, "Pak Jason, Bu Janice sudah pergi sendiri."Jason terdiam beberapa detik sebelum berkata, "Suruh seseorang mengawasinya.""Baik. Selain itu ...." Norman mendekat dan berbisik beberapa patah kata di telinganya. Jason hanya mengangguk tanpa ekspresi.Dia kemudian berjalan ke arah Vania, mengulurkan tangan untuk mengambilkan tasnya dari bagasi kabin dan menyampirkan jaketnya di Pundak Vania dengan santai."Kota Gunang lebih dingin dibandingkan Kota Pakisa," katanya."Hmm." Vania tersenyum malu-malu, dengan tatapan penuh semangat melihat Jason. Para tamu di sekitar mereka memandangnya dengan iri.....Setelah mengambil barang bawaannya, Janice menemukan Amanda. Amanda terlihat sendirian. "Vania nggak pergi sama kita?""Hmm."Janice sudah menduganya. Ketika dia sedang berpikir, sebuah keributan terjadi tidak jauh darinya.Jason keluar dari bandara sambil menggandeng Vania, menciptakan pemandangan yang heboh. Vania mengangkat pandangannya dan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 311

    Ini hanyalah salah satu langkah dalam rencananya untuk mendapatkan kendali penuh atas tambang. Karena itu, dia membiarkan Janice mencari Caitlin, kemudian membiarkan Caitlin menyiksanya. Sementara itu, dia memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan keuntungan tanpa usaha.Saat ini, hati Janice terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum dan tenggorokannya terasa sesak.Setelah Norman pergi, Janice kembali ke tempat duduknya dengan tenang. Baru saja duduk, pramugari datang membawakan makanan, tetapi dia benar-benar tidak bisa makan."Aku nggak lapar, tolong bawakan aku segelas anggur," katanya.Pramugari itu tampak terkejut sejenak, lalu melirik ke arah Jason di sampingnya. Jason mengangkat pandangannya dengan tatapan dingin dan berkata, "Minum alkohol dengan perut kosong?"Janice tidak melihat ke arahnya, matanya tetap tertuju ke luar jendela. "Aku nggak akan mati karenanya."Jason melambaikan tangan ke pramugari, tidak membiarkan dia membawa anggur untuk Janice. Dengan sabar, dia menunju

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 310

    Janice mengikuti arah pandang Jason dan menyadari bahwa sweternya tersangkut di tali pinggang Jason.Jika Jason bergerak sedikit saja, baju Janice akan terangkat.Dengan panik, Janice menarik sweternya. Namun, dia malah tidak sengaja menyentuh tempat yang tidak seharusnya disentuh. Seketika, tangannya dicengkeram oleh Jason.Jason mengatupkan bibirnya. Di tengah kegelapan, terlihat tatapannya yang suram seperti binatang buas yang sedang menahan diri. Dia berucap dengan tegas, "Jangan bergerak."Saat merasakan perubahan pada tubuh Jason, mata Janice sontak terbelalak. Dahinya juga mulai berkeringat. Dia menarik sweternya dengan terburu-buru."Bajuku ..."Klik! Tali pinggang itu terbuka."Pak ...." Norman datang dengan membawakan berkas. Saat melihat pemandangan ini, dia segera menutup mulut dan berbalik. "Aku nggak lihat apa-apa. Aku akan kembali nanti."Norman buru-buru pergi. Janice ingin sekali mencari tempat untuk bersembunyi. Dia harus segera melepaskan sweternya dari ikat pinggang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 309

    Janice mengangguk, lalu kembali ke kursinya. Ketika melewati pria di sebelahnya, pria itu sengaja menyenggolnya dengan kaki.Janice tidak tahan lagi. "Pak, kalau kamu terus begini, aku juga nggak akan segan-segan. Kalau aku marah, mungkin pesawat ini harus putar balik."Pria itu bukan hanya tidak marah, melainkan tertawa. "Cantik, apa pernah ada yang bilang kamu terlihat semakin menggoda kalau marah?""Menggoda kepalamu ...." Janice mengangkat sepatu hak tingginya untuk menginjak kaki pria itu yang terulur. Namun, pramugari tiba-tiba datang."Bu Janice?""Ya?" Janice menurunkan kakinya."Rekan kerjamu ingin menemuimu." Pramugari menunjuk ke depan.Janice mengira Amanda yang mencarinya, jadi dia membawa tasnya dan mengikuti pramugari. Ternyata pramugari malah membawanya ke kabin first class.Norman melambaikan tangan. "Bu Janice, di sini."Janice termangu sesaat. Tiba-tiba, dia memahami sesuatu dan berbalik. "Nggak usah."Tiba-tiba, tangannya diraih oleh seseorang. "Kamu mau terus digan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 308

    "Ka ... kamu ...." Vania menggertakkan gigi. Dia tidak menyangka dirinya akan diperas oleh Malia, orang yang seharusnya tidak berbahaya untuknya.Malia tertawa ringan. "Vania, jangan main-main. Aku sudah nggak punya apa-apa lagi. Kalau aku mati, aku pasti akan menarik seseorang untuk ikut denganku."Vania mengepalkan tinjunya. Dia tidak takut pada anjing yang tidak patuh, melainkan takut pada anjing liar yang tiba-tiba menyerang. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Aku transfer sebentar lagi.""Terima kasih." Malia tertawa dan mengakhiri panggilan.Vania menatap ponselnya. Dia bisa menilai bahwa nafsu Malia hanya akan semakin besar. Semua ini salah Janice! Jika bukan karena Janice, Malia tidak akan berani bertindak seperti ini padanya!Saat ini, masuk pesan dari Azka.[ Sayang, malam ini ada waktu nggak? ]Vania ingin membalas dia tidak ada waktu, tetapi sebuah rencana tiba-tiba muncul dalam benaknya.[ Ada, tapi ... aku butuh bantuanmu untuk melakukan sesuatu. ][ Sejak kapa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status