Share

Bab 49

Author: Danira Widia
Janice buru-buru menggenggam tangan Malia, lalu berucap, "Tentu saja aku memaafkanmu. Aku tahu kamu juga terpaksa. Aku percaya padamu."

Wajah Janice memerah karena pengaruh alkohol. Akan tetapi, senyumannya tetap terasa hangat dan tulus.

Malia mengangguk sekuat tenaga, tetapi dalam hatinya dia mendengus dingin sambil mengejek, 'Dasar bodoh, cuma hal kecil begitu diingat-ingat sampai sekarang. Pantas saja kamu ditipu!'

Kemudian, Malia menunjukkan sikap perhatian dengan berujar, "Janice, aku dengar kamu mau mundur dari kompetisi? Sebenarnya nggak apa-apa. Kita bisa cari pekerjaan dengan tenang. Kamu nggak perlu terlalu ambisius."

"Malia, sebagai sahabatku, bukannya seharusnya kamu mendukungku?" tanya Janice.

"Aku ... aku cuma takut kamu terlalu terbebani. Nggak ada maksud lain kok," ucap Malia yang berusaha mencari alasan.

Janice mencoba menggali informasi dengan bertanya, "Omong-omong soal kompetisi, aku baru sadar desainku diutak-atik orang. Kamu punya kunci kamar asramaku, 'kan?"

Mali
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Abdi Utie
paket dr Jason kah ?
goodnovel comment avatar
Endah Wati
Thor jangan gantung dong
goodnovel comment avatar
Endah Wati
Yo mba kedepan nya bikin Jason dan keluarga serta Vania hancur sehancurnya jangan beri maat si Jason,kejam begitu anak sendiri di bikin metongga ada kata maaf pokoknya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 50

    Ivy dan Zachary bukan tipe orang yang suka menyembunyikan sesuatu. Janice khawatir mereka akan bertindak berlebihan, jadi sengaja tidak memberi tahu tanggal kompetisi.Itu artinya, tinggal satu orang lagi, yaitu Yoshua. Kemarin, pria itu bahkan menelepon untuk mendoakan agar semuanya berjalan lancar. Siapa sangka, hari ini dia langsung memberinya kejutan.Teman-teman sekamarnya tidak sabar membuka kotak itu. Di dalamnya, terdapat gaun panjang berbahan sutra dan berwarna ungu keabu-abuan.Bagian dada gaun tersebut dihiasi manik-manik yang dijahit dengan tangan. Manik-manik yang bervariasi ukurannya memancarkan cahaya lembut di bawah lampu.Dari pinggang ke bawah, terdapat dua lapisan sutra tipis. Satu warna gelap dan satu warna terang. Itu menghasilkan gradasi warna yang terlihat sangat indah."Wah, gaun ini berkilau di bawah lampu biasa asrama. Bayangkan kalau di panggung nanti, pasti ... berkilau banget!" Suara yang ditirukan teman sekamarnya berhasil membuat Janice tertawa"Kamu masi

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 51

    Begitu melihat Janice menerima susunya, Malia segera bersulang dengannya."Bersulang," ucap Malia.Ketika Malia bersiap untuk minum, Janice merebut susu dari tangannya saat dia tidak memperhatikan."Susu merek ini ada banyak rasa. Coba aku lihat rasa apa yang aku suka. Yah! Malia, kamu beli rasa yang sama?" tanya Janice.Malia seketika panik. Dia terus menatap tangan Janice dan berkata sambil tersenyum terpaksa, "Selera kita mirip. Jadi, aku beli yang sama."Selesai berbicara, Malia merebut kembali susu yang ada di tangan kiri Janice dan meminumnya. Dia takut Janice mau menukarnya.Janice juga meminumnya, lalu berkata, "Terima kasih atas susunya."Setelah melihat cairan yang mengalir dari sedotan ke dalam mulut Janice, Malia tersenyum dengan sangat senang. Dia menimpali, "Jangan sungkan. Yang penting kamu suka.""Kalau begitu, aku masuk dulu," ucap Janice. Dia masuk ke ruang tunggu tanpa mengubah ekspresinya.Malia melihat pintu yang perlahan-lahan menutup. Dia tidak bisa menahan tawan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 52

    Semua orang langsung melihat ke arah cincin berbentuk bunga itu. Kelihatannya desain cincin itu agak berlebihan demi menonjolkan batu rubi yang besar di tengah kelopak. Tidak terlihat kesan alami seperti yang terlihat pada kalung dan anting.Raut wajah Vania berubah. Dia menggenggam mikrofon dengan erat, berusaha untuk mempertahankan ekspresi anggun dan berkelas. Katanya, "Terima kasih atas komentarnya. Aku akan terus berusaha."Amanda sangat senang dengan sikap Vania. Jadi, dia memberikan penilaian ekstra. Dia bertutur, "Vania, dengan desainmu saat ini, menurutku sudah jauh melebihi ekspektasiku pada kompetisi kali ini. Jadi, aku mau bertanya apa ada peserta yang mau kamu ajak bersaing?"Begitu mendengar ini, para penonton tiba-tiba merasa tertarik. Ini jauh lebih menarik dibandingkan melihat satu per satu.Vania berpikir sejenak, lalu tersenyum sambil menjawab, "Sebenarnya ... aku punya seorang teman yang juga berpartisipasi dalam kompetisi ini. Aku selalu mengagumi karyanya. Aku ngg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 53

    Janice menyapu pandangannya ke arah penonton. Tatapannya tertuju pada pria yang ada di kursi VIP. Panitia acara yang ada di sampingnya menunduk dan mengatakan sesuatu dengan hati-hati.Ekspresi pria itu tampak cuek, sama sekali tidak peduli dengan ucapan orang itu. Dia mengambil cangkir teh sambil memandang Janice dari balik uap panas.Rasa intimidasi yang kuat membuat Janice merasa takut. Janice pun langsung mengalihkan pandangannya.Di bawah panggung, sebagian besar orang menatap Janice tanpa ekspektasi. Bagaimanapun, tidak banyak orang seperti Vania yang membawa permata senilai miliaran untuk mengikuti kompetisi, apalagi desainnya yang sempurna dan inovatif.Bahkan panitia acara juga berpikir seperti itu. Dia berucap, "Pak Jason tenang saja. Tadi aku sudah tanya Bu Amanda. Dia sangat puas dengan Bu Vania. Kali ini, dia pasti dapat juara pertama."Jason menyesap teh, lalu membalas, "Belum tentu."Panitia tertegun karena tidak bisa memahami pemikiran Jason. Dia menengadah perlahan dan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 54

    Janice meliriknya dengan sinis, lalu maju dua langkah. Dia berucap, "Kita memang teman satu kampus, tapi apa kita sangat akrab? Kalaupun harus memohon, nggak perlu sampai seorang lawan yang memohon, 'kan?""Kamu ...," kata Vania dengan terkejut. Dia menunjukkan ekspresi sedih.Salah satu juri mengetahui bahwa identitas Vania tidak biasa. Dia juga berpikir bahwa Vania didukung Jason. Jadi, dia segera berdiri dan menegur, "Janice, karyamu sudah hancur. Vania berbaik hati mau membantumu. Kamu malah bersikap seperti ini."Juri itu berseru, "Keamanan! Bawa dia pergi! Tanpa karya, kamu nggak berhak ikut kompetisi. Jangan buang-buang waktu semua orang."Vania menyeka sudut matanya dan memandang Janice. Tatapannya penuh kebanggaan.Janice justru menimpali dengan sangat tenang, "Siapa bilang aku nggak punya karya?"Janice menoleh melihat Vania, lalu melanjutkan, "Segala sesuatu di dunia ini nggak bisa diprediksi. Aku khawatir terjadi hal di luar dugaan, jadi aku khusus menyiapkan dua sampel."E

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 55

    Hanya Janice yang tahu. Vega adalah putri terbaik di dunia. Setelah Vega menjadi pengertian, setiap ulang tahun Vega, Janice selalu berharap Vega senang dan bahagia.Vega selalu bilang, "Mama, ke depannya jangan menangis lagi ya?" Dia juga berkata, "Mama, anak orang lain biasanya dibantu papanya untuk pakai mahkota."Kemudian, Vega mengerti bahwa ayahnya tidak menyukainya. Jadi, dia mengatakan bahwa dirinya akan lebih cantik jika ibunya yang bantu pakaikan.Memikirkan hal ini, mata Janice seketika memerah. Akan tetapi, dia sudah berjanji kepada Vega tidak akan menangis lagi. Pada akhirnya, dia menahan tangisnya.Janice mengangkat tangan untuk menyentuh mahkota di kepalanya, lalu sedikit melihat ke atas. Dia membatin, 'Vega, Mama sudah membuatkan mahkota untukmu. Kamu suka nggak?'Tanpa memikirkan kejadian sebelumnya, Amanda sangat mengagumi kemampuan Janice. Desain dan idenya lebih inovatif daripada Vania. Karya Vania juga sangat bagus. Sayangnya, hanya ada satu kekurangan, yaitu cinci

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 56

    Setelah beberapa saat, Amanda bertutur, "Lanjutkan kompetisinya."Pembawa acara segera berkata, "Kalian berdua silakan istirahat dulu. Mari kita sambut peserta selanjutnya untuk maju."Janice turun dari panggung sambil tersenyum. Vania yang ada di belakang menyusulnya. Dia bertanya, "Kamu sudah tahu dari awal, 'kan?""Vania, apa yang kamu katakan? Kenapa aku nggak mengerti? Bukannya itu karyamu? Apa yang bisa aku tahu?" balas Janice yang pura-pura bingung.Vania melihat ke sekeliling, lalu bertanya dengan memelankan suaranya, "Kenapa kalungnya bisa putus?"Janice tersenyum tipis sembari menimpali, "Setelah curi desain sampelku, kamu nggak tahu cara mengubah data? Menyalin pun bisa salah?"Selesai berbicara, Janice berbalik dan pergi. Setelah berjalan dua langkah, dia berhenti dan melirik Vania sambil mengingatkan, "Saat kamu dapat desainnya, Jason nggak memberitahumu jangan menambahkan hal yang nggak perlu? Cincinmu benar-benar jelek.""Janice!" teriak Vania. Dia sangat kesal sampai ci

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 57

    Janice menatap penonton dengan ekspresi datar. Dia menerima piala yang berat.Janice merasa seolah-olah ada tangan tak kasat mata yang mencekik lehernya. Rasa sesak itu seperti sedang memberitahunya betapa sulitnya untuk melarikan diri dari takdir, terutama saat berhadapan dengan lawan yang memiliki pendukung.Sesaat kemudian, Janice menggenggam piala dengan erat. Di kehidupan lampau, dia sama sekali tidak memenuhi kualifikasi untuk mengikuti kompetisi. Di kehidupan ini, dia bisa mengancam posisi Vania dan meraih piala.Setidaknya takdir yang menyebalkan sudah berubah. Suatu hari nanti, takdir akan berjalan sesuai keinginannya.Janice menengadah dan tersenyum kepada penonton dan pemilik mata gelap, yaitu Jason. Tidak akan ada yang bisa menjatuhkannya lagi, kecuali dia jatuh sendiri.Di bawah panggung. Norman berjalan ke sisi Jason. Dia sedikit membungkuk dan melaporkan, "Pak Jason, sudah beres.""Hm," sahut Jason. Pria ini mengangkat cangkir teh sembari bertatapan dengan Janice. Dia me

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 520

    Janice menatap punggung Jason yang menjauh. Tatapannya tiba-tiba menjadi dingin, meskipun ekspresinya tidak menunjukkan keterkejutan sedikit pun.Dia memandang langit yang kelabu, senyuman pahitnya terasa begitu hampa. Akhirnya, semua berjalan seperti yang dia duga.Di kehidupan sebelumnya, kecelakaan Ivy dan Zachary pasti berkaitan dengan kerja sama ini. Jason telah membohonginya.Dia bilang kecelakaan itu terjadi karena Ivy dan Zachary membantunya mencari bukti kejahatan Vania. Padahal, itu hanya cara untuk mengalihkan perhatiannya.Dengan demikian, dia tidak menyadari bahwa suami misterius yang dinikahi Elaine adalah Zachary, juga tidak memperhatikan bahwa Jason langsung menjalin kerja sama besar dengan Elaine setelah kecelakaan itu.Sebenarnya, semua tanda sudah ada sejak awal. Vania sama sekali tidak pernah menyebut soal kecelakaan itu di hadapannya.Dengan kepribadian Vania yang bermuka dua, jika dia tahu sesuatu sebesar ini, dia pasti akan menggunakan kesempatan itu untuk menyak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 519

    Selesai makan, Janice berdiri dan bersiap pergi. Namun, Rachel tiba-tiba menggamit lengannya dengan akrab. "Janice, kenapa tiba-tiba mau menikah dengan Thiago? Aku kira kamu dan kakakku ....""Nggak, kamu sudah salah paham." Janice langsung memotong perkataannya, tidak ingin Rachel mengaitkan masalah ini dengan Landon.Rachel melirik ke sekeliling, lalu menarik Janice ke sudut ruangan. "Janice, meskipun Thiago bukan pria yang buruk, menurutku ibunya kurang baik. Saat menikah, kamu bukan hanya menikahi pria itu, tapi juga keluarganya.""Pikirkan baik-baik. Setidaknya cari seseorang seperti kakakku atau Jason. Kamu juga nggak kalah dari mereka kok."Mendengar itu, hati Janice terasa semakin getir. Kadang, dia berharap Rachel bisa menyombongkan diri dengan bangga, sehingga Janice bisa menemukan alasan untuk menjauh darinya atau bahkan membencinya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.Seorang anak yang tumbuh dalam kasih sayang, meskipun tidak sempurna, tetap akan ada orang yang memujiny

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 518

    Saat Janice kembali ke meja makan, matanya merah dan bengkak. Siapa pun yang melihatnya pasti tahu bahwa dia baru saja menangis.Rachel segera meletakkan sendoknya dan menyerahkan selembar tisu. "Janice, ada apa?"Janice menggenggam tisu itu, lalu berkata dengan menahan diri, "Nggak apa-apa, sabun cuci tangan terciprat ke mataku tadi."Mendengar itu, Elaine melirik mata Janice yang memerah dan bengkak, lalu tersenyum sinis. Sambil menyeruput supnya, dia melirik Penny dengan penuh arti.Penny meletakkan sendoknya, lalu merapikan mantel bulu di bahunya. Dia menatap Janice dengan ekspresi penuh belas kasih. "Janice, kami sudah berdiskusi dengan Jason dan yang lainnya. Minggu depan kalian akan menikah. Nggak perlu acara yang terlalu mewah."Janice mengangkat matanya perlahan, lalu menatap Jason dengan dingin. "Nggak perlu kasih tahu aku.""Bagus kalau kamu mengerti. Seorang wanita harus mengikuti dan mematuhi suaminya. Wanita zaman sekarang terlalu dimanjakan, seharusnya diajari untuk patu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 517

    Rupanya begitu. Bulu mata tebalnya menutupi kilatan di matanya, lalu dia menyahut dengan suara dingin, "Aku nggak suka."Akhirnya, Rachel memesan ronde. Thiago sudah tiga kali mendesak, barulah pelayan mengutamakan untuk mengantarkan pesanan mereka.Rachel membagikan ronde itu kepada semua orang, kecuali Janice. Setelah mencicipi sesendok, dia mendekat ke Jason dan berkata, "Nggak seenak yang kamu beli.""Hm." Jason hanya menanggapi dengan datar.Janice tetap terlihat tenang, tetapi Penny yang duduk di seberang tampak kurang puas. "Janice, kamu harus makan lebih banyak daging. Kalau nggak, gimana bisa melahirkan nanti? Nih, ini potongan yang berlemak. Aku ambilkan untukmu. Jangan bilang keluarga kami nggak memperlakukanmu dengan baik."Janice mengernyit. "Nggak perlu."Namun, Penny sama sekali tidak mendengarkannya. Dia langsung mengambil sepotong besar daging berlemak dan berminyak, lalu menaruhnya ke piring Janice.Thiago meliriknya dari samping. "Dengar kata ibuku."Janice menggigit

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 516

    Mendengar suara itu, Thiago segera melepaskan tangan Janice, lalu merapikan jasnya sebelum bangkit dengan senyuman ramah. "Bu Rachel, sudah lama nggak bertemu.""Thiago?" Rachel terlihat agak terkejut.Kemudian, dia sedikit memiringkan tubuhnya untuk memperkenalkan kepada orang di belakangnya, "Saat aku menjalani perawatan di luar negeri, Thiago juga dirawat di rumah sakit karena cedera. Kami menjadi teman. Tak disangka, kami bertemu lagi."Saat itulah, Janice baru menyadari bahwa Rachel tidak datang sendirian. Jason dan Elaine juga ada di sana.Dia perlahan mengangkat pandangannya, tepat bertemu dengan tatapan Jason, seperti menatap ke dalam jurang yang dalam dan tak berujung.Wajah Jason tetap tanpa ekspresi, tetapi aura dinginnya membuat orang merasa seolah-olah jatuh ke dalam gua es.Thiago dan Penny juga melihat Jason. Mereka buru-buru mengangguk memberi salam. "Pak Jason.""Hm." Jason hanya merespons dengan suara dingin, tanpa menunjukkan emosi.Janice mengangguk ringan sebagai b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 515

    Meskipun tidak sebanding dengan Keluarga Karim, Keluarga Tandiono cukup terkenal di bidang pelayaran. Hanya saja, Keluarga Tandiono telah lama menetap di luar negeri dan tidak memiliki hubungan bisnis dengan Elaine.Jika Elaine begitu meremehkannya, lalu kenapa dia memperkenalkan keluarga seperti ini padanya?Penny mendongak saat mendengar suara Janice, menatapnya dari atas hingga bawah dengan teliti. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali, seolah-olah sedang menilai barang dagangan.Beberapa saat kemudian, dia berdecak pelan. "Wajahnya lumayan, tapi terlalu kurus. Thiago adalah satu-satunya penerus keluarga kami di generasi keempat. Kamu bisa melahirkan anak laki-laki nggak?"Mendengar itu, Janice melirik Thiago. Tatapan pria itu tetap aneh. Bukan seperti pria yang sedang menilai wanita, tetapi jelas dia sedang mengamati dirinya dari ujung kepala hingga kaki. Ada perasaan tidak nyaman yang mendalam, membuatnya sulit ditebak.Jika Penny tidak menyukainya, Janice punya alasan untuk Ela

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 514

    Begitu Norman selesai bicara, Jason membuka pintu dan keluar.Ketiga orang itu berpandangan.Arya merasa lucu. "Kamu diusir?"Jason mengernyit. "Dia mau tidur."Arya menahan tawa. Siapa yang akan percaya alasan buruk seperti itu?Jason meliriknya. "Awasi dia, jangan biarkan dia berbuat macam-macam."Mendengar itu, Arya langsung paham bahwa Jason sudah mengetahui sebagian besar situasinya. Namun, soal Ivy, dia pasti belum tahu.Arya ragu sejenak sebelum bertanya, "Gimana kalau orang lain yang macam-macam?"Tatapan Jason sontak menjadi dingin. "Grup Karim dan Grup Hartono akan segera bekerja sama. Nggak boleh terjadi kesalahan."Arya terdiam, hanya mengangguk tanpa berkata lagi. Kadang, dia mengagumi ketenangan Jason. Kadang, dia juga merasa prihatin dengan sikap dinginnya.Mungkin Janice benar. Jason memang ditakdirkan menjadi raja yang berkuasa, sedangkan cinta hanyalah hiasan yang tidak penting.Pada saat itu, Arya merasa bersyukur karena Janice bisa melepaskan diri lebih cepat. Jadi,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 513

    Janice mencium aroma manis itu. Tiba-tiba, tatapannya menjadi serius dan perasaan yang sulit diungkapkan muncul di hatinya.Di depan, pria dingin dan angkuh itu berdiri di bawah cahaya lampu dengan tatapan membara yang tertuju padanya.Janice mengalihkan pandangannya, ekspresinya tetap sedingin tadi. "Aku nggak suka. Kalian bawa pulang saja."Norman melirik Jason dengan ragu. Jason maju, mengambil termos makanan dari tangan Norman, lalu duduk di tepi tempat tidur.Dengan jari yang panjang, dia mengaduk isi termos dengan sendok kecil, lalu menyodorkannya ke mulut Janice."Makan.""Nggak mau.""Aku bisa menyuapimu, tapi tanpa sendok." Jason mengucapkan kalimat tak tahu malu itu dengan wajah datar."Kamu ....""Aku nggak tahu malu," sela Jason.Janice menggertakkan giginya, merebut sendok itu, dan menunduk untuk makan. Meskipun tidak ingin mengakuinya, koki Keluarga Karim memang setara dengan koki bintang lima. Ronde ini sederhana, tapi sangat autentik.Manisnya pas di lidahnya, dengan ar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 512

    Punggung tangan Janice tersentuh sesuatu yang panas. Dia refleks menariknya, tetapi genggaman pria itu justru semakin erat. Cengkeramannya seolah-olah ingin menghancurkannya.Janice mengernyit, berusaha melepaskan diri. Ketika dia ingin bicara, matanya tertuju pada perban di tangan Jason.Dia tertegun sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan langsung bertemu dengan tatapan hitam pekat pria itu. Cahaya lampu yang hangat jatuh di sudut mata Jason, tetapi tak sedikit pun melembutkan ekspresinya.Janice menatapnya lekat-lekat, "Jason, ada urusan lain? Kalau Keluarga Karim merasa aku harus menerima sisa sembilan cambukan itu, aku bisa kembali sekarang, asalkan aku bisa terlepas dari keluarga ini.""Kamu harus bicara seperti itu padaku?" Jason menatapnya, suara dinginnya mengandung emosi yang sulit ditebak.Janice tertawa sinis. "Memangnya kita sedekat itu?" Dia menghindari tatapan Jason dengan dingin, ingin menjauh darinya.Melihat Janice yang begitu dingin dan menghindarinya, emosi Jason yan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status