Share

Bab 50

Author: Danira Widia
Ivy dan Zachary bukan tipe orang yang suka menyembunyikan sesuatu. Janice khawatir mereka akan bertindak berlebihan, jadi sengaja tidak memberi tahu tanggal kompetisi.

Itu artinya, tinggal satu orang lagi, yaitu Yoshua. Kemarin, pria itu bahkan menelepon untuk mendoakan agar semuanya berjalan lancar. Siapa sangka, hari ini dia langsung memberinya kejutan.

Teman-teman sekamarnya tidak sabar membuka kotak itu. Di dalamnya, terdapat gaun panjang berbahan sutra dan berwarna ungu keabu-abuan.

Bagian dada gaun tersebut dihiasi manik-manik yang dijahit dengan tangan. Manik-manik yang bervariasi ukurannya memancarkan cahaya lembut di bawah lampu.

Dari pinggang ke bawah, terdapat dua lapisan sutra tipis. Satu warna gelap dan satu warna terang. Itu menghasilkan gradasi warna yang terlihat sangat indah.

"Wah, gaun ini berkilau di bawah lampu biasa asrama. Bayangkan kalau di panggung nanti, pasti ... berkilau banget!" Suara yang ditirukan teman sekamarnya berhasil membuat Janice tertawa

"Kamu masi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (28)
goodnovel comment avatar
Abdi Utie
hati2 Janice....Malia bermuka dua
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
Janice giblok jgn dupiara. Kamu sdh kembali ke kehidupan baru. Masa msh mau minum susu yg di ksh Malia. Kan ssh fau sysu itu bermasalah. Agar kamu sakit perut atau lingsan , sehingga ga bs ikut kompetusi. Dan km ga bs jd pemenang. Dasar cerita lebayyy.
goodnovel comment avatar
Endah Wati
update dong Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 51

    Begitu melihat Janice menerima susunya, Malia segera bersulang dengannya."Bersulang," ucap Malia.Ketika Malia bersiap untuk minum, Janice merebut susu dari tangannya saat dia tidak memperhatikan."Susu merek ini ada banyak rasa. Coba aku lihat rasa apa yang aku suka. Yah! Malia, kamu beli rasa yang sama?" tanya Janice.Malia seketika panik. Dia terus menatap tangan Janice dan berkata sambil tersenyum terpaksa, "Selera kita mirip. Jadi, aku beli yang sama."Selesai berbicara, Malia merebut kembali susu yang ada di tangan kiri Janice dan meminumnya. Dia takut Janice mau menukarnya.Janice juga meminumnya, lalu berkata, "Terima kasih atas susunya."Setelah melihat cairan yang mengalir dari sedotan ke dalam mulut Janice, Malia tersenyum dengan sangat senang. Dia menimpali, "Jangan sungkan. Yang penting kamu suka.""Kalau begitu, aku masuk dulu," ucap Janice. Dia masuk ke ruang tunggu tanpa mengubah ekspresinya.Malia melihat pintu yang perlahan-lahan menutup. Dia tidak bisa menahan tawan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 52

    Semua orang langsung melihat ke arah cincin berbentuk bunga itu. Kelihatannya desain cincin itu agak berlebihan demi menonjolkan batu rubi yang besar di tengah kelopak. Tidak terlihat kesan alami seperti yang terlihat pada kalung dan anting.Raut wajah Vania berubah. Dia menggenggam mikrofon dengan erat, berusaha untuk mempertahankan ekspresi anggun dan berkelas. Katanya, "Terima kasih atas komentarnya. Aku akan terus berusaha."Amanda sangat senang dengan sikap Vania. Jadi, dia memberikan penilaian ekstra. Dia bertutur, "Vania, dengan desainmu saat ini, menurutku sudah jauh melebihi ekspektasiku pada kompetisi kali ini. Jadi, aku mau bertanya apa ada peserta yang mau kamu ajak bersaing?"Begitu mendengar ini, para penonton tiba-tiba merasa tertarik. Ini jauh lebih menarik dibandingkan melihat satu per satu.Vania berpikir sejenak, lalu tersenyum sambil menjawab, "Sebenarnya ... aku punya seorang teman yang juga berpartisipasi dalam kompetisi ini. Aku selalu mengagumi karyanya. Aku ngg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 53

    Janice menyapu pandangannya ke arah penonton. Tatapannya tertuju pada pria yang ada di kursi VIP. Panitia acara yang ada di sampingnya menunduk dan mengatakan sesuatu dengan hati-hati.Ekspresi pria itu tampak cuek, sama sekali tidak peduli dengan ucapan orang itu. Dia mengambil cangkir teh sambil memandang Janice dari balik uap panas.Rasa intimidasi yang kuat membuat Janice merasa takut. Janice pun langsung mengalihkan pandangannya.Di bawah panggung, sebagian besar orang menatap Janice tanpa ekspektasi. Bagaimanapun, tidak banyak orang seperti Vania yang membawa permata senilai miliaran untuk mengikuti kompetisi, apalagi desainnya yang sempurna dan inovatif.Bahkan panitia acara juga berpikir seperti itu. Dia berucap, "Pak Jason tenang saja. Tadi aku sudah tanya Bu Amanda. Dia sangat puas dengan Bu Vania. Kali ini, dia pasti dapat juara pertama."Jason menyesap teh, lalu membalas, "Belum tentu."Panitia tertegun karena tidak bisa memahami pemikiran Jason. Dia menengadah perlahan dan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 54

    Janice meliriknya dengan sinis, lalu maju dua langkah. Dia berucap, "Kita memang teman satu kampus, tapi apa kita sangat akrab? Kalaupun harus memohon, nggak perlu sampai seorang lawan yang memohon, 'kan?""Kamu ...," kata Vania dengan terkejut. Dia menunjukkan ekspresi sedih.Salah satu juri mengetahui bahwa identitas Vania tidak biasa. Dia juga berpikir bahwa Vania didukung Jason. Jadi, dia segera berdiri dan menegur, "Janice, karyamu sudah hancur. Vania berbaik hati mau membantumu. Kamu malah bersikap seperti ini."Juri itu berseru, "Keamanan! Bawa dia pergi! Tanpa karya, kamu nggak berhak ikut kompetisi. Jangan buang-buang waktu semua orang."Vania menyeka sudut matanya dan memandang Janice. Tatapannya penuh kebanggaan.Janice justru menimpali dengan sangat tenang, "Siapa bilang aku nggak punya karya?"Janice menoleh melihat Vania, lalu melanjutkan, "Segala sesuatu di dunia ini nggak bisa diprediksi. Aku khawatir terjadi hal di luar dugaan, jadi aku khusus menyiapkan dua sampel."E

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 55

    Hanya Janice yang tahu. Vega adalah putri terbaik di dunia. Setelah Vega menjadi pengertian, setiap ulang tahun Vega, Janice selalu berharap Vega senang dan bahagia.Vega selalu bilang, "Mama, ke depannya jangan menangis lagi ya?" Dia juga berkata, "Mama, anak orang lain biasanya dibantu papanya untuk pakai mahkota."Kemudian, Vega mengerti bahwa ayahnya tidak menyukainya. Jadi, dia mengatakan bahwa dirinya akan lebih cantik jika ibunya yang bantu pakaikan.Memikirkan hal ini, mata Janice seketika memerah. Akan tetapi, dia sudah berjanji kepada Vega tidak akan menangis lagi. Pada akhirnya, dia menahan tangisnya.Janice mengangkat tangan untuk menyentuh mahkota di kepalanya, lalu sedikit melihat ke atas. Dia membatin, 'Vega, Mama sudah membuatkan mahkota untukmu. Kamu suka nggak?'Tanpa memikirkan kejadian sebelumnya, Amanda sangat mengagumi kemampuan Janice. Desain dan idenya lebih inovatif daripada Vania. Karya Vania juga sangat bagus. Sayangnya, hanya ada satu kekurangan, yaitu cinci

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 56

    Setelah beberapa saat, Amanda bertutur, "Lanjutkan kompetisinya."Pembawa acara segera berkata, "Kalian berdua silakan istirahat dulu. Mari kita sambut peserta selanjutnya untuk maju."Janice turun dari panggung sambil tersenyum. Vania yang ada di belakang menyusulnya. Dia bertanya, "Kamu sudah tahu dari awal, 'kan?""Vania, apa yang kamu katakan? Kenapa aku nggak mengerti? Bukannya itu karyamu? Apa yang bisa aku tahu?" balas Janice yang pura-pura bingung.Vania melihat ke sekeliling, lalu bertanya dengan memelankan suaranya, "Kenapa kalungnya bisa putus?"Janice tersenyum tipis sembari menimpali, "Setelah curi desain sampelku, kamu nggak tahu cara mengubah data? Menyalin pun bisa salah?"Selesai berbicara, Janice berbalik dan pergi. Setelah berjalan dua langkah, dia berhenti dan melirik Vania sambil mengingatkan, "Saat kamu dapat desainnya, Jason nggak memberitahumu jangan menambahkan hal yang nggak perlu? Cincinmu benar-benar jelek.""Janice!" teriak Vania. Dia sangat kesal sampai ci

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 57

    Janice menatap penonton dengan ekspresi datar. Dia menerima piala yang berat.Janice merasa seolah-olah ada tangan tak kasat mata yang mencekik lehernya. Rasa sesak itu seperti sedang memberitahunya betapa sulitnya untuk melarikan diri dari takdir, terutama saat berhadapan dengan lawan yang memiliki pendukung.Sesaat kemudian, Janice menggenggam piala dengan erat. Di kehidupan lampau, dia sama sekali tidak memenuhi kualifikasi untuk mengikuti kompetisi. Di kehidupan ini, dia bisa mengancam posisi Vania dan meraih piala.Setidaknya takdir yang menyebalkan sudah berubah. Suatu hari nanti, takdir akan berjalan sesuai keinginannya.Janice menengadah dan tersenyum kepada penonton dan pemilik mata gelap, yaitu Jason. Tidak akan ada yang bisa menjatuhkannya lagi, kecuali dia jatuh sendiri.Di bawah panggung. Norman berjalan ke sisi Jason. Dia sedikit membungkuk dan melaporkan, "Pak Jason, sudah beres.""Hm," sahut Jason. Pria ini mengangkat cangkir teh sembari bertatapan dengan Janice. Dia me

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 58

    Herisa belum tentu ingin mendekati Jason. Akan tetapi, jika dia bisa berfoto dengan posisi di samping Jason, fotonya pasti akan viral di internet. Dengan begitu, dia juga akan mendapatkan ketenaran.Orang harus memikirkan diri sendiri karena dunia tidak akan berbelas kasihan. Herisa tidak salah.Janice memberikan jalan kepada Herisa. Dia berkata sambil tersenyum, "Kamu ke sana saja. Gaun yang kamu pakai hari ini bernuansa gelap. Terlihat sangat bagus kalau berfoto di samping Jason."Janice bahkan sudah menyiapkan alasan. Herisa tertegun. Setelah mengucapkan terima kasih, dia berjalan ke sisi Jason. Janice berdiri di paling pinggir.Ketika semua orang sedang berpose, Jason menghalangi kamera. Dia berkomentar, "Seharusnya peserta berdiri di tengah."Selesai berbicara, Jason menepis tangan Vania dan berjalan ke paling pinggir, tepatnya di sebelah Janice.Janice secara refleks hendak menghindari Jason, tetapi ada sebuah tangan yang memegang punggungnya. Sentuhan lembut telapak tangan itu m

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 316

    Melihat Marco yang semakin mendekat, Janice berusaha keras untuk meronta. Namun, tubuhnya tetap tak dapat digerakkan. Bahkan ketika dia mencoba menjatuhkan dirinya dari kursi, tubuhnya tetap tak bergeser sedikit pun.Tanpa tergesa-gesa, Marco berhenti di depannya, lalu berjongkok. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah serta punggung Janice dengan penuh kesadaran."Benar-benar kulit yang sempurna. Nggak heran hargamu jauh lebih mahal daripada yang lain. Tenang saja, aku akan berhati-hati."Kulit?Janice terkejut dan matanya membelalak. Dengan susah payah, dia membuka mulut dan tergagap, "Ku ... kulit apa? Ha ... harga apa?"Setelah mengatakan itu, rasanya dia telah menghabiskan seluruh tenaganya. Tubuhnya langsung terkulai di lantai, tak mampu bergerak lagi.Mendengar pertanyaannya, Marco sepertinya teringat sesuatu yang membuatnya semakin bersemangat. Tangannya bergerak dengan gelisah, sulit menahan kegembiraannya. Tiba-tiba, dia membungkuk lebih dekat ke Janice, dengan senyum yan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 315

    Perasaan di dalam tubuh Janice seperti roller coaster. Dia tahu perumpamaan itu tidak masuk akal, tetapi pikirannya terus berpikir seperti itu. Sensasi itu terasa nyaman sekaligus aneh.Marco menatap Janice dengan saksama, lalu berkata, "Apakah rasanya menyenangkan? Nyaman, bukan? Kamu jauh lebih sesuai dengan kriteriaku dibandingkan yang ada di foto."Foto?Kriteria?Apa maksudnya?Janice tidak punya waktu untuk berpikir lebih jauh. Dia hanya melihat Marco membuka tas yang sudah diletakkan sebelumnya di ruangan itu dengan puas.Ketika Janice melihat isi tas tersebut, rasa takut menyelimutinya. Dia berusaha keras untuk melawan, tetapi tubuhnya tetap sulit dikendalikan. Sementara itu, Marco mendekatinya dengan senyum lebar dan membawa barang-barang dari dalam tasnya.....Di ruang jamuanAcara penyambutan Jason diatur oleh saudara sepupu Anwar yang juga merupakan penanggung jawab tambang saat ini. Menurut urutan keluarga, Jason harus memanggil mereka sebagai paman kelima dan keenam.Beg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 314

    Tempat jamuan makan dipindahkan ke sebuah restoran yang lebih mewah, dengan tingkat privasi yang jauh lebih baik. Begitu memasuki ruangan, suasana mewah tersebut langsung terasa.Di dalam ruang privat, sebuah meja panjang dihias dengan sangat elegan dan berkelas.Amanda masuk terlebih dulu untuk menyapa beberapa tamu asing dengan mencium pipi, lalu duduk dengan sopan dan ramah.Janice mengikutinya dengan tenang dari belakang. Namun, baru berjalan beberapa langkah, seorang pria tinggi tiba-tiba muncul dan mengadang jalannya."Hai, Nona," sapa pria itu.Mendengar suara itu, Janice mengangkat pandangannya dan terkejut melihat salah satu desainer favoritnya.Marco.Namanya sangat tradisional dan umum di Idali. Namun, desain-desainnya terkenal karena inovasi dan daya tariknya yang kuat. Kabarnya, semua karya Marco terinspirasi oleh "dewi inspirasi"-nya, yang menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang setia dalam masalah perasaan.Janice merasa terhormat disapa oleh Marco. Saat dia bersiap

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 313

    Anwar mengangkat pandangannya, dan tatapannya sudah mengatakan segalanya. Pelayan itu tertegun sejenak, lalu segera menunduk dan menyanggupi perintahnya.....Sore hariJanice mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih sederhana dan sopan, riasannya juga sangat tipis, membuat penampilannya tampak rendah hati dan bersih.Bagaimanapun, dia hanya karyawan Amanda. Janice tidak ingin mencuri perhatian. Saat hendak berangkat, notifikasi di ponselnya menunjukkan sebuah topik yang sedang trending.[ Jason dan Vania menghabiskan sore yang penuh cinta.]Hanya dari judulnya, Janice sudah tahu isi beritanya. Dia memilih untuk mengabaikan notifikasi itu, lalu mengenakan sepatu hak tinggi dengan tenang dan keluar dari kamar.Baru saja masuk ke dalam lift, dia bertemu dengan Amanda. Amanda mengenakan jumpsuit elegan dengan potongan V-neck yang dihiasi kalung Mutiara. Penampilannya tampak Anggun, tetapi tetap profesional.Dia melirik Janice dan berkata, "Kamu nggak usah berpakaian terlalu sederhan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 312

    Norman kembali ke sisi Jason dan berbicara pelan, "Pak Jason, Bu Janice sudah pergi sendiri."Jason terdiam beberapa detik sebelum berkata, "Suruh seseorang mengawasinya.""Baik. Selain itu ...." Norman mendekat dan berbisik beberapa patah kata di telinganya. Jason hanya mengangguk tanpa ekspresi.Dia kemudian berjalan ke arah Vania, mengulurkan tangan untuk mengambilkan tasnya dari bagasi kabin dan menyampirkan jaketnya di Pundak Vania dengan santai."Kota Gunang lebih dingin dibandingkan Kota Pakisa," katanya."Hmm." Vania tersenyum malu-malu, dengan tatapan penuh semangat melihat Jason. Para tamu di sekitar mereka memandangnya dengan iri.....Setelah mengambil barang bawaannya, Janice menemukan Amanda. Amanda terlihat sendirian. "Vania nggak pergi sama kita?""Hmm."Janice sudah menduganya. Ketika dia sedang berpikir, sebuah keributan terjadi tidak jauh darinya.Jason keluar dari bandara sambil menggandeng Vania, menciptakan pemandangan yang heboh. Vania mengangkat pandangannya dan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 311

    Ini hanyalah salah satu langkah dalam rencananya untuk mendapatkan kendali penuh atas tambang. Karena itu, dia membiarkan Janice mencari Caitlin, kemudian membiarkan Caitlin menyiksanya. Sementara itu, dia memanfaatkan situasi ini untuk mendapatkan keuntungan tanpa usaha.Saat ini, hati Janice terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum dan tenggorokannya terasa sesak.Setelah Norman pergi, Janice kembali ke tempat duduknya dengan tenang. Baru saja duduk, pramugari datang membawakan makanan, tetapi dia benar-benar tidak bisa makan."Aku nggak lapar, tolong bawakan aku segelas anggur," katanya.Pramugari itu tampak terkejut sejenak, lalu melirik ke arah Jason di sampingnya. Jason mengangkat pandangannya dengan tatapan dingin dan berkata, "Minum alkohol dengan perut kosong?"Janice tidak melihat ke arahnya, matanya tetap tertuju ke luar jendela. "Aku nggak akan mati karenanya."Jason melambaikan tangan ke pramugari, tidak membiarkan dia membawa anggur untuk Janice. Dengan sabar, dia menunju

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 310

    Janice mengikuti arah pandang Jason dan menyadari bahwa sweternya tersangkut di tali pinggang Jason.Jika Jason bergerak sedikit saja, baju Janice akan terangkat.Dengan panik, Janice menarik sweternya. Namun, dia malah tidak sengaja menyentuh tempat yang tidak seharusnya disentuh. Seketika, tangannya dicengkeram oleh Jason.Jason mengatupkan bibirnya. Di tengah kegelapan, terlihat tatapannya yang suram seperti binatang buas yang sedang menahan diri. Dia berucap dengan tegas, "Jangan bergerak."Saat merasakan perubahan pada tubuh Jason, mata Janice sontak terbelalak. Dahinya juga mulai berkeringat. Dia menarik sweternya dengan terburu-buru."Bajuku ..."Klik! Tali pinggang itu terbuka."Pak ...." Norman datang dengan membawakan berkas. Saat melihat pemandangan ini, dia segera menutup mulut dan berbalik. "Aku nggak lihat apa-apa. Aku akan kembali nanti."Norman buru-buru pergi. Janice ingin sekali mencari tempat untuk bersembunyi. Dia harus segera melepaskan sweternya dari ikat pinggang

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 309

    Janice mengangguk, lalu kembali ke kursinya. Ketika melewati pria di sebelahnya, pria itu sengaja menyenggolnya dengan kaki.Janice tidak tahan lagi. "Pak, kalau kamu terus begini, aku juga nggak akan segan-segan. Kalau aku marah, mungkin pesawat ini harus putar balik."Pria itu bukan hanya tidak marah, melainkan tertawa. "Cantik, apa pernah ada yang bilang kamu terlihat semakin menggoda kalau marah?""Menggoda kepalamu ...." Janice mengangkat sepatu hak tingginya untuk menginjak kaki pria itu yang terulur. Namun, pramugari tiba-tiba datang."Bu Janice?""Ya?" Janice menurunkan kakinya."Rekan kerjamu ingin menemuimu." Pramugari menunjuk ke depan.Janice mengira Amanda yang mencarinya, jadi dia membawa tasnya dan mengikuti pramugari. Ternyata pramugari malah membawanya ke kabin first class.Norman melambaikan tangan. "Bu Janice, di sini."Janice termangu sesaat. Tiba-tiba, dia memahami sesuatu dan berbalik. "Nggak usah."Tiba-tiba, tangannya diraih oleh seseorang. "Kamu mau terus digan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 308

    "Ka ... kamu ...." Vania menggertakkan gigi. Dia tidak menyangka dirinya akan diperas oleh Malia, orang yang seharusnya tidak berbahaya untuknya.Malia tertawa ringan. "Vania, jangan main-main. Aku sudah nggak punya apa-apa lagi. Kalau aku mati, aku pasti akan menarik seseorang untuk ikut denganku."Vania mengepalkan tinjunya. Dia tidak takut pada anjing yang tidak patuh, melainkan takut pada anjing liar yang tiba-tiba menyerang. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Aku transfer sebentar lagi.""Terima kasih." Malia tertawa dan mengakhiri panggilan.Vania menatap ponselnya. Dia bisa menilai bahwa nafsu Malia hanya akan semakin besar. Semua ini salah Janice! Jika bukan karena Janice, Malia tidak akan berani bertindak seperti ini padanya!Saat ini, masuk pesan dari Azka.[ Sayang, malam ini ada waktu nggak? ]Vania ingin membalas dia tidak ada waktu, tetapi sebuah rencana tiba-tiba muncul dalam benaknya.[ Ada, tapi ... aku butuh bantuanmu untuk melakukan sesuatu. ][ Sejak kapa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status