"Sabar ya Nur, kelak Allah akan memberimu jodoh yang terbaik versi Allah, bukan versimu, sudah-sudah jangan menangis lagi, setidaknya Allah menunjukkan sisi lain seorang Rizki," ucap Bu Zubaidah menghibur Nur. "Iya Mak, tapi mamak enggak apa-apa kan? Karena ga jadi punya menantu.""Ya enggak apa-apa lah Nur, berarti bukan jodohmu.""Nggak malu kan nanti Mamak sama tetangga, karena mereka pasti ada yang mengejek kita nanti.""Mamak sudah kebal Nur, lagian ngapain mesti malu, kalau punya anak kayak si Fitri itu baru mamak merasa malu, sikapnya kriminal, dirimu cuma masih belum diberi jodoh, karena jodoh, rezeki dan kematian merupakan rahasia dan sudah diatur oleh Allah Swt, biar Allah yang mengatur, kita sebagai manusia hanya bisa berikhtiar, selama ini mamak lihat kau sudah berusaha, cuma kalau Allah masih belum memberi, ya kita bisa apa? Terus berpikir positif pada Allah karena dia tau mana yang terbaik untuk hambanya.""Ya Allah … terima-kasih banyak ya Mak."Nur merasa beruntung me
"Malu nih yee! Hahahaha, sampai kapanpun ga bisa kau mengalahkan si Fitri!""Kenapa, Nur?" "Biasalah Mak, tetangga depan rumah, ga anaknya ga ibunya, sama saja.""Apa katanya? Ga bisa tenang paling hidupnya kalau ga mengejek kita.""Dia ngejekin karena Bang Rizki gay, entah apa-apa lagi katanya, ga usah kita dengarkan Mak.""Tau dari mana dia kalau si Rizki gay?""Katanya tau dari si Fitri.""Ya Allah … biarpun dipenjara ga ketinggalan berita si Fitri itu ya.""Entahlah Mak, Nur juga heran.""Tidak berapa lama mobil pajero sport hitam berhenti di depan rumah Nur. " Itu paling si Raihan, siapkan hati Nur, kalau sempat si Beti tau kau dijemput si Raihan, pasti entah apa-apa kata yang keluar dari mulutnya itu.""Iya Mak, insya Allah Nur sudah kebal, Bang Raihan kan sudah duda dan Nur juga tidak ada ikatan dengan lelaki manapun jadi kami bisa memulai hubungan, mudah-mudahan Allah melancarkan segala sesuatunya.""Assalamualaikum," ucap Bang Raihan sudah berdiri di depan pintu. "Waalaiku
Mungkin sekitar dua puluh menitan Nur dan Umi Maryani mengobrol, awalnya obrolan masalah ibunya Nur dan berlanjut ke masalah pemahaman agama, semakin banyak mengobrol semakin kagum wanita yang telah melahirkan Raihan itu, dia merasa wanita ini memang pantas untuk pendamping anaknya yang mana akan mewarisi pondok pesantren milik keluarga mereka, Nur juga jago akunting bisnis sesuai bidangnya dan posisinya dimana tempat ia bekerja, kebetulan keluarga Raihan memiliki sekitar seratus hektar lahan sawit yang mana kelak bakalan Raihan yang meneruskan, maka dari itu Umi Maryani senang jika Raihan mendapatkan istri yang pas, ilmu agamanya mumpuni dan ilmu bisnisnya tidak diragukan, sebagai orang tua pasti menginginkan terbaik untuk anaknya. "Lagi ngobrolin apa sih, kok sepertinya seru banget," ucap Raihan yang baru saja turun dari lantai atas. "Biasa obrolan wanita," ucap umi. "Nur, temenin masak yuk," ajak Raihan. "Eh kamu itu, kasihan Nur nanti capek, pesen lewat aplikasi saja.""Yah …
"Nur, apa tidak sebaiknya untuk sementara waktu tinggal di apartemen, entah mengapa perasaan abang tidak tenang kefikiran terus sama keselamatan Nur," ucap Raihan melalui sambungan telepon. "Mana mungkin Nur tinggal di apartemen Bang, sedangkan pernikahan kita tinggal satu minggu lagi, banyak yang harus Nur persiapkan bersama mamak.""Entahlah Nur, benar-benar risau hati abang.""Insya Allah semua akan baik-baik saja Bang, ya sudah abang istirahat ya, ini juga Nur hendak tidur karena besok pagi harus ngantor."." Iya Nur, kamu jaga diri baik-baik ya Nur.""Baik, Abang juga ya, semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah swt."Nur mematikan sambungan telepon lalu beranjak untuk tidur.Adzan yang berkumandang dari masjid terdengar merdu mengalun menyapa gendang telinga wanita yang baru saja dilamar itu, Nur ngulet sebentar lalu bangun dan mandi. "Nur, ikut jamaah ke masjid?" "Ikut Mak, tunggu ya Mak.""Nur, mamak tadi udah masak sop ayam buatmu, nanti dimakan ya Nak, kau harus jag
"Nur, kita pulang ya," ucap Raihan lembut, lelaki itu memberi kode pada Maya agar menyuruh Nur untuk pulang apalagi matahari sangat terik pada saat itu, Raihan khawatir jika Nur jatuh sakit. "Ayo Nur, kita pulang, kau harus segera mengisi lambungmu dengan sedikit makanan agar kau tidak sakit," ucap Maya mencoba menarik tangan Nur dengan lembut. "Kalian pulang saja, aku masih ingin disini.""Nur, dirumah masih ramai orang yang melayat kamu harus menemui mereka," ucap Maya lagi. "Kita pulang ya Nur, Mamak juga pasti sedih kalau kau masih meratap seperti ini, bentuk cinta yang paling tinggi itu jika kita ikhlas merelakan kepergian orang yang kita cintai dan sayangi menghadap sang ilahi, yang mamak butuhkan saat ini hanya doamu Nur, jadi bangkitlah Nur, jangan biarkan Mamak bersedih disana melihatmu seperti ini." Kata -kata Raihan mampu menyadarkan Nur, wanita bermata sembab itu menyeka air matanya dengan kasar lalu perlahan berdiri dibantu oleh Maya. "Lihatlah Raihan begitu peduli pa
Siapa yang mengirim pesan saat tengah malam begini, apakah itu sebuah ancaman yang serius atau hanya sekedar orang iseng, jika Nur terus diam, orang itu akan semakin sering menekan atau meneror, Nur harus ambil tindakan, untuk saat ini orang pertama yang hendak ia hubungi itu adalah Raihan, biar bagaimanapun lelaki yang akan menikah dengannya itu harus tau isi pesan yang barusan ia terima, agar bisa segera dilacak nomornya tapi karena mengingat saat ini sudah lewat tengah malam Nur mengurungkan niatnya karena takut mengganggu jam istirahat Raihan, Nur juga sadar diri, sekuat tenaga Nur mencoba mengabaikan agar dia juga bisa segera tidur, sulit memang, di saat suasana hati sedang berduka dan trauma akan peristiwa pembunuhan ibunya pas di depan matanya, kini ia mendapat teror, Nur mencoba menguatkan hatinya. Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbarAsyhadu allaa ilaaha illallah, Asyhadu allaa ilaaha illallahAsyhadu anna muhammadar rosuulullah, Asyhadu anna muhammadar ro
"Bang, ngapain kita kesini?" Nur terlihat panik. "Emang kenapa Sayang, kan kita sudah suami istri, lagian aku ingin bersantai sejenak dan kamu juga bisa istirahat." Pipi Nur memanas saat Raihan memanggilnya dengan kata 'sayang'"Di rumah kan kita bisa istirahat.""Apa kamu yakin bisa bersantai di kamar saat ada mertua? Rasa tidak nyaman pasti ada sayang, kita menginap semalam dua malam disini, kamu tenangkan pikiran dan aku juga ingin istirahat, suamimu ini lelah, sayang." Masih asing bagi Nur mendengar kata Mertua, istri dan suami sehingga membuat Nur tertunduk malu. Nur mengikuti langkah kaki Raihan yang berjalan masuk ke arah lobby hotel, tangan kiri Raihan membawa tas Nur dan tangan kanannya menyeret koper kecil milik lelaki itu. Raihan berbicara sebentar dengan resepsionis dengan menunjukkan kode booking hotel melalui ponselnya, tidak berapa lama resepsionis memberi dua card pada Raihan. "Ayo Sayang,"ucap Raihan lembut, Nur kembali tertunduk malu karena Raihan memanggilnya
Raihan tersenyum tipis sekaligus semakin gemas dengan istrinya yang terlihat tersipu, ia hanya menggoda saja, tapi jika Nur yang menginginkan dia pun siap. "Kamu hari ini bersantai saja ya Sayang, jangan capek-capek.""Tapi Nur hendak ke kantor Bang, sekalian mau mengajukan surat cuti.""Di kantor ada Rizki, abang khawatir Nur.""Bang Rizki itu baik Bang, dia cuma belok, lagian dia sudah menerima jika Nur sama Abang."Raihan tampak berpikir sebentar. "Tapi kamu tetap jaga jarak dengan Rkzky ya Sayang, abang serius khawatir karena orang seperti itu kadang bisa berbuat nekat dan tak terduga. "Iya Bang, insya Allah semuanya baik-baik saja, Nur bisa jaga diri.""Ya sudah setelah ini Abang antar ke kantor ya, pulangnya abang jemput."Setelah Sarapan, Raihan mengantarkan Nur ke kantornya lalu ia pun pergi ke rumah sakit jiwa tempat di mana Fitri berada. "Saya mau bertemu suster Santi, apakah dia ada?""Silahkan duduk dulu Pak, saya akan memanggil suster Santi," ucap salah satu perawat l