Beranda / Urban / Pembalasan Tuan Muda Terkuat / Bab 5 - Hanya Sekedar Semut

Share

Bab 5 - Hanya Sekedar Semut

Penulis: Rianoir
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-29 16:49:49

Keheningan mencekam menyelimuti ruangan. Semua mata tertuju pada sosok Ryan yang baru saja membela Adel dengan berani. 

Tak seorang pun menyangka akan ada yang berani menentang Effendy Shaw, apalagi di wilayah kekuasaannya sendiri.

"Hei, kau!" Yohan, salah satu penjilat Effendy, berdiri dengan wajah merah padam. 

Dia menunjuk ke arah Ryan dengan jari gemetar, suaranya bergetar menahan amarah. "Dasar orang bodoh! Apa kau tahu siapa yang kau hadapi? Lihat pakaianmu, bahkan itu tidak sampai bernilai ratusan ribu. Beraninya orang desa sepertimu menyinggung Tuan Muda Shaw!"

Ryan hanya melirik Yohan sekilas, tatapannya dingin dan menusuk. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, aura intimidasi yang dipancarkannya membuat Yohan mundur selangkah.

Merasa terhina oleh sikap acuh tak acuh Ryan, Yohan melanjutkan ancamannya dengan suara bergetar, "A-aku hanya perlu menelepon, dan kau bisa mengucapkan selamat tinggal pada kehidupanmu di Golden River!"

Ryan mendengus pelan, seolah menganggap ancaman itu hanya lelucon konyol.

Sementara itu, Adel merasakan ketakutan yang luar biasa. Dia tidak menyangka situasinya akan berkembang seperti ini. Dengan panik, dia meraih gelas dari tangan Effendy.

"Saya benar-benar minta maaf, Tuan Muda Shaw," kata Adel dengan suara bergetar. "Teman saya ini masih baru dan belum berpengalaman. Dia tidak bermaksud menyinggung Anda dengan sengaja. Saya akan minum anggur ini, dan setelah itu, Anda boleh melakukan apa pun yang Anda inginkan dengan saya. Saya hanya memohon Anda untuk melepaskan teman saya."

Effendy tertawa dingin dan dengan kasar menjatuhkan gelas dari tangan Adel. Suara pecahan kaca memenuhi ruangan, membuat suasana semakin tegang.

"Kau pikir kau siapa?" desis Effendy. "Kau hampir tidak bisa menyelamatkan dirimu sendiri, tapi kau ingin menyelamatkan bajingan ini? Kau benar-benar jalang–"

Belum sempat Effendy menyelesaikan kata-katanya, terdengar suara tamparan keras yang menggema di seluruh ruangan. 

Sebuah cetakan tangan besar muncul di wajah Effendy, dan tubuhnya terpental beberapa langkah ke belakang, menabrak pengawalnya. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya yang robek.

Semua orang terkesiap. Ryan baru saja menampar Effendy Shaw, dan tamparan itu bukan hanya penghinaan, tapi juga menunjukkan kekuatan yang luar biasa.

Ryan berdiri tegak, tatapannya tajam dan penuh ancaman. Aura dominasi yang dipancarkannya membuat semua orang di ruangan itu merasa sesak napas.

Effendy, masih terkejut dan kesakitan, menunjuk Ryan dengan tangan gemetar. "K-kau... kau berani memukulku? Tahukah kau siapa aku? Aku akan membunuhmu hari ini, dan tidak ada yang bisa melindungimu!"

Dia berbalik ke arah pengawalnya. "Apa yang kalian lakukan hanya berdiri di sana, dasar sampah? Bunuh dia! Kalau terjadi apa-apa, aku yang akan menanggung akibatnya!"

Dua pengawal bergerak maju, tongkat di tangan mereka terangkat tinggi. Namun, sebelum mereka bisa menyentuh Ryan, dia bergerak dengan kecepatan yang hampir tak terlihat mata. 

Dalam sekejap, kedua pengawal itu terpental dan jatuh ke lantai, tidak bergerak. Suara tulang yang patah terdengar jelas, membuat semua orang bergidik ngeri.

Ryan berdiri di antara tubuh-tubuh yang tergeletak, tidak ada setetes keringat pun di dahinya. Dia menatap Effendy dengan tatapan dingin yang menusuk sampai ke tulang.

"Apakah kamu tidak puas karena aku menamparmu tadi?" tanya Ryan dengan nada datar, namun penuh ancaman.

Effendy, dengan suara bergetar dan wajah pucat pasi, menjawab, "T-tidak, tidak, tidak, aku tidak!"

Tanpa peringatan, Ryan bergerak cepat dan menampar Effendy lagi. Kali ini, Effendy tersungkur ke lantai, darah mengucur dari hidungnya yang patah. 

"Apakah kamu tidak senang aku menamparmu lagi?" tanya Ryan, suaranya tenang namun mengandung ancaman yang jelas.

"Tidak! Aku salah, aku mengakuinya," Effendy hampir menangis, ketakutan terlihat jelas di matanya. "Tuan, apa... apa yang harus kulakukan agar kau membiarkanku pergi...?"

Ryan tertawa dingin, suaranya membuat semua orang di ruangan itu merinding. Dia mengambil ponsel dari saku Effendy dan melemparkannya kembali padanya. "Panggil Magnus Shaw dan suruh dia berlutut di hadapanku, maka aku akan mengampuni nyawamu."

Semua orang di ruangan itu terkesiap. Magnus Shaw adalah kepala keluarga Shaw di Golden River. Tidak ada yang berani memanggil namanya secara langsung, apalagi menuntut agar dia berlutut. Namun, Ryan mengucapkannya seolah-olah itu adalah permintaan yang sepele.

"A-apakah kamu yakin?" tanya Effendy dengan suara gemetar, masih tergeletak di lantai.

Ryan mengabaikannya dan kembali ke tempat duduknya dengan langkah santai. Dia mulai menikmati hidangan di atas meja seolah-olah tidak ada yang terjadi. 

Sikapnya menunjukkan bahwa baginya, keluarga Shaw dan bahkan Magnus Shaw sendiri tidak lebih dari sekadar semut yang bisa dia injak kapan saja.

Adel menatap Ryan dengan campuran rasa takut dan kagum. Siapa sebenarnya pria ini? Bagaimana mungkin dia bisa begitu tenang dan kuat menghadapi ancaman dari keluarga paling berkuasa di Golden River?

Sementara itu, Effendy masih tergeletak di lantai, gemetar, ponsel di tangannya. Dia menatap Ryan, lalu ponselnya, kemudian kembali ke Ryan. Keputusan yang dia ambil sekarang bisa menentukan nasibnya dan mungkin nasib seluruh keluarga Shaw.

Ryan mengangkat kepalanya sejenak dari makanannya dan menatap Effendy dengan tatapan dingin yang menusuk. "Apa yang kau tunggu? Atau kau lebih suka aku yang menelepon Magnus Shaw?"

Effendy menelan ludah dengan susah payah. Tangannya gemetar hebat saat dia mulai menekan nomor di ponselnya. Suasana di ruangan itu menjadi semakin tegang seiring dengan setiap digit yang dia tekan.

Sementara itu, Ryan kembali menikmati makanannya, seolah-olah menelepon orang paling berkuasa di Golden River adalah hal yang sepele baginya. 

Sikapnya yang santai namun mengintimidasi membuat semua orang di ruangan itu bertanya-tanya: siapa sebenarnya Ryan ini?

Adel, masih terpaku di tempatnya, tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Ryan. Pria yang tadinya dia anggap hanya orang asing yang baik hati, kini telah berubah menjadi sosok yang begitu dominan dan menakutkan. 

Namun anehnya, dia tidak merasa takut. Justru, ada rasa aman yang aneh yang muncul dalam dirinya.

Yohan, yang tadinya begitu berani mengancam Ryan, kini berdiri gemetar di sudut ruangan. Wajahnya pucat pasi, dan keringat dingin mengucur deras dari dahinya. 

Dia tidak berani bergerak sedikit pun, takut menarik perhatian Ryan yang mungkin akan menghabisinya dalam sekejap.

Suasana di ruangan itu begitu tegang, seolah-olah waktu berhenti bergerak. Hanya suara denting peralatan makan Ryan yang terdengar, kontras dengan keheningan mencekam yang menyelimuti ruangan.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Wijaya
semakin menarik lanjutkan
goodnovel comment avatar
Dazul Yusra
baru satu gertakan
goodnovel comment avatar
Rianoir
wkwkwkwk, bahkan ada yang hampir jadi gubernur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 6 - Datangnya Magnus Shaw

    Beberapa waktu berlalu, dan suasana di ruangan itu semakin mencekam. Adel, dengan wajah pucat, mencondongkan tubuhnya ke arah Ryan."Dengar," bisiknya, suaranya bergetar, "kau tidak tahu apa yang kau hadapi. Keluarga Shaw mungkin baru naik daun dalam lima tahun terakhir, tapi pengaruh mereka di Golden River tidak bisa diremehkan."Ryan menoleh, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Oh ya? Ceritakan padaku."Adel menarik napas dalam-dalam, matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. "Keluarga Shaw... mereka bukan sekadar keluarga kaya biasa. Lima tahun lalu, mereka hanya pemilik beberapa properti di Golden River. Tapi sekarang? Mereka menguasai hampir setengah pasar real estate kota ini."Ryan mendengarkan dengan seksama, matanya menyipit sedikit mendengar perkembangan pesat keluarga Shaw."Bukan hanya itu," Adel melanjutkan, suaranya semakin pelan. "Mereka punya koneksi politik yang kuat. Walikota, kepala kepolisian, bahkan beberapa anggota dewan kota—semuanya berada di bawah pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 7 - Unjuk Kekuatan

    "Seekor semut, katamu?" Ryan tersenyum dingin. "Mungkin kau perlu memeriksa matamu, Pak Tua."Tetua Zimmer mendengus mendengar balasan Ryan. Dia mengambil posisi bertarung, kedua tangannya terangkat di depan dada. "Anak muda, aku akan memberimu kesempatan terakhir untuk berlutut dan memohon ampun. Jika tidak, jangan salahkan aku jika kau tidak bisa meninggalkan tempat ini dengan utuh."Ryan hanya mengangkat alisnya, ekspresinya masih tenang. "Oh? Lalu apa yang akan kau lakukan? Membunuhku dengan omong kosongmu?"Kemarahan melintas di wajah Tetua Zimmer. Tanpa peringatan lebih lanjut, dia melesat maju, telapak tangannya mengarah langsung ke dada Ryan."Teknik Telapak Angin Topan!"Serangan Tetua Zimmer begitu cepat hingga mata biasa nyaris tidak bisa mengikutinya. Angin kencang berputar di sekitar telapak tangannya, menciptakan pusaran udara yang mampu meremukkan tulang.Namun, Ryan tetap berdiri di tempatnya, tidak bergerak sedikitpun."Ryan, awas!" teriak Adel panik, tangannya menu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 8 - Bebas

    "Berlututlah dan letakkan tanganmu di belakang kepala! Ini peringatan kedua!" suara wanita itu terdengar lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas.Ryan tetap tidak bergerak. Ia hanya menatap polisi wanita itu, mengamati sosoknya yang mencolok. Wanita itu berdiri tegak dengan postur yang menunjukkan kewibawaan, tingginya sekitar 170 cm dengan tubuh ramping namun berotot. Rambut hitamnya yang panjang diikat rapi dalam sanggul tinggi, memberikan kesan profesional sekaligus feminin. Wajahnya oval dengan tulang pipi tinggi dan mata coklat gelap yang tajam. Seragam polisinya yang rapi membalut tubuhnya dengan pas, menegaskan lekuk tubuhnya yang proporsional.Saat petugas wanita itu hendak memberinya peringatan ketiga, Adel bergegas maju dan meraih tangan Ryan tanpa ragu-ragu.Dia mengangkat keduanya ke atas kepala Ryan dan memaksa Ryan untuk berlutut.Setelah melakukan semua itu, Adel berlutut di samping Ryan. Dia berbisik, "Sekarang bukan saatnya melamun. Mereka akan benar-benar memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 9 - Keterkejutan Patrick

    "Tidak mungkin..."Patrick Armstrong memutar ulang rekaman itu untuk kesekian kalinya. Setiap kali ia menonton, rasa takut yang asing semakin mencengkeram hatinya. Tanpa sadar, sandwich di tangannya jatuh ke lantai, remah-remahnya berserakan di atas karpet markas Eagle Squad.Matanya terpaku pada wajah seorang pemuda di layar laptop. Wajah yang memancarkan kepercayaan diri, kebanggaan, dan ketidakpedulian sekaligus.Patrick menatap Ryan dalam video itu tanpa berkedip, merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya—ketakutan murni yang menusuk hingga ke sumsum tulangnya.Yang lebih mengejutkan, Patrick bahkan belum pernah bertemu langsung dengan Ryan. Bagaimana bisa rekaman buram ini membangkitkan perasaan seperti itu? Ia menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir rasa takut yang kini merayapi seluruh tubuhnya.Sebagai Pimpinan Unit Khusus Eagle Squad, Patrick telah menghadapi berbagai situasi mematikan. Ia dilatih sejak usia muda dalam berbagai seni bela diri dan taktik mi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 10 - Kenangan Dan Tekad

    *Lima tahun yang lalu*"Kau baik-baik saja, anak muda?" sebuah suara serak terdengar.Ryan terbatuk-batuk, memuntahkan air dari paru-parunya sebelum mendongak untuk melihat penolongnya–seorang pria tua dengan jenggot putih panjang dan mata yang tajam namun penuh kebijaksanaan."Si-siapa kau?" Ryan bertanya di antara napasnya yang masih tersengal.Pria tua itu tersenyum tipis. "Namaku Xiao Yan. Dan kau, anak muda?""Ryan... Ryan Pendragon," jawabnya lemah.Xiao Yan mengangguk pelan, seolah nama itu memiliki arti khusus baginya. "Ryan Pendragon, maukah kau menjadi muridku?"Pertanyaan itu mengejutkan Ryan. Ia baru saja diselamatkan dari kematian, dan kini orang asing ini menawarkannya untuk menjadi murid?"A-apa? Murid? Tapi kenapa? Aku bahkan tidak mengenalmu," Ryan tergagap, kebingungan jelas terpancar di wajahnya.Xiao Yan menatapnya dalam-dalam. "Karena aku tahu kau ingin membalas dendam."Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 11 - Kunjungan Malam

    Malam telah larut di Kota Golden River. Langit gelap gulita, tanpa secercah pun cahaya bulan yang biasanya menerangi jalanan kota. Hujan deras mengguyur tanpa henti, menciptakan tirai air yang mengaburkan pandangan. Di tengah badai ini, Perumahan Mutiara berdiri kokoh, seolah menantang murka alam. Di ujung kompleks perumahan mewah itu, rumah nomor satu milik keluarga Shaw menjulang angkuh—sebuah properti bernilai 100 miliar yang membentang seluas belasan hektar. Kilatan petir sesekali menyinari garis-garis arsitektur megahnya, memperlihatkan sekilas taman yang luas, kolam renang mewah, dan berbagai fasilitas liburan pribadi yang tersembunyi di balik pagar tinggi.Namun malam ini, suasana di kediaman mewah itu jauh dari ketenangan yang biasa menyelimutinya. Di ruang tamu yang luas, Magnus Shaw mondar-mandir dengan gelisah, wajahnya menunjukkan ketegangan yang tak bisa disembunyikan. Effendy, putranya, duduk di sofa,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 12 - Kemarahan Leluhur Shaw

    Dalam sekejap mata, Ryan bergerak. Telapak tangannya terbuka, dan udara di sekitarnya seolah memadat, membentuk panah api berwarna merah. Dengan suara bergemuruh, panah itu melesat ke arah Effendy. JLEB!Panah energi itu menembus tenggorokan Effendy yang tak sempat melarikan diri. Tubuhnya ambruk ke lantai, tak bergerak. Sementara kepalanya, terus menggelinding hingga berhenti tepat di kaki Magnus."Sekarang, apa yang kau katakan tentangku?" Suara Ryan bergema di seluruh ruangan, dingin dan menusuk.Wajah Magnus pucat pasi, ketika menatap potongan kepala putranya yang matanya terbelalak lebar ke arahnya.Kini, Magnus sadar, bahwa ia tak akan bisa lolos dari kematian malam ini. Dengan terhuyung, ia jatuh terduduk di sofa, seolah menua sepuluh tahun dalam sekejap."Aku tahu aku akan mati malam ini," ujar Magnus, suaranya lemah dan putus asa. "Tapi setidaknya beri aku alasan mengapa kau melakukan ini pada kami. Mengapa? K

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11
  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 13 - Batu Giok Naga

    Suara ayam jantan memecah keheningan pagi, menandai awal hari baru di Kota Golden River.Ryan membuka matanya perlahan, mengakhiri sesi meditasinya yang berlangsung sepanjang malam.Wajahnya tenang, tak menunjukkan setitik pun ketegangan atau rasa bersalah atas peristiwa berdarah yang baru saja ia lakukan beberapa jam lalu."Hm, sudah pagi rupanya," gumamnya sambil meregangkan tubuh.Ia melirik ke arah jendela, mengamati langit yang mulai berubah warna dari gelap pekat menjadi semburat jingga keemasan.Suara-suara kota yang mulai bangun terdengar samar dari kejauhan.Ryan menghela napas panjang.Awalnya, i

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12

Bab terbaru

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 685 - Menahan Amarah

    Di Guild Round Table, Ryan membuka mata tepat pukul lima sore. Ia duduk tegak, merasakan luka-lukanya telah pulih signifikan. Yang mengejutkan, entah bagaimana ia berhasil menembus ke ranah Golden Core tingkat kelima. "Bagaimana ini bisa terjadi?" Wajah Ryan menunjukkan sedikit keterkejutan. Ia terluka parah dan belum mengedarkan teknik kultivasi. Bagaimana mungkin bisa menembus tingkatan dengan sendirinya? Ini sungguh aneh. Apakah hal seperti ini benar-benar mungkin? Saat Ryan masih terheran-heran dengan terobosan tiba-tiba ini, perhatiannya tertuju pada batu giok naga yang melayang di udara. Energi qi mengalir deras dari batu itu memasuki tubuhnya. "Mungkinkah karena Kuburan Pedang?" gumamnya sambil mengepalkan tangan. Batu Giok Naga itu kembali muncul di telapak tangannya. "Larry seharusnya sudah membawa ayah kembali sekarang." Ryan menatap batu di tangannya dengan penasaran. "Aku juga harus menanyakan padanya tentang batu ini. Apa sebenarnya hubungan antara Keluar

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 684 - Identitas Asli Zeke

    Larry terjebak dalam situasi sulit. Di satu sisi ada perintah Ryan, di sisi lain dia berhadapan dengan Guardian yang bahkan tidak segan mengancamnya secara terbuka. Pada saat itu, tetua Sekte Hell Blood keluar dengan senyum menjilat. Dia membungkuk dalam pada Zeke Fernando. "Tetua Zeke, sungguh suatu kehormatan Anda berada di sini!" Larry tertegun. Zeke Fernando adalah tetua Sekte Hell Blood? Dan dari cara tetua lain membungkuk padanya, jelas statusnya sangat tinggi dalam sekte tersebut! Amarah membuncah dalam dada Larry saat menyadari pengkhianatan ini. Tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Zeke Fernando melirik tetua yang membungkuk padanya dan mendengus. "Dasar tidak berguna! Kau bahkan tidak bisa menangani masalah kecil seperti ini dengan benar. Memalukan nama Sekte Hell Blood!" Wajah tetua itu memucat. Dia hanya bisa menunduk dalam-dalam, tidak berani membantah. Setelah menimbang situasi dengan cermat, Larry berkata, "Tuanku, aku bisa melepaskan

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 683 - Guardian Kembali Ikut Campur

    Setelah beberapa saat menenangkan diri, tetua itu mengambil keputusan. "Jika tenaga medis Nexopolis tidak cukup kompeten, kita akan membawa mereka ke Gunung Langit Biru! Para praktisi di sana pasti bisa menyembuhkan mereka." "Ya, sebaiknya kita segera pergi dari sini..." Namun sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, seorang pelayan bergegas masuk dengan wajah panik. "Tuan! Gawat! Kediaman ini telah dikepung pasukan praktisi! Larry Brave sudah menerobos masuk!" "Apa?!" Aaron Ravenclaw menggeram marah. "Larry berani menyerang Keluarga Ravenclaw?" Dia melirik tetua Sekte Hell Blood dan membungkuk hormat. "Tuan, saya akan segera kembali." Tetua itu menatap rekannya yang terluka dan Lucas Ravenclaw sebelum mengangguk. "Jika ada masalah, beritahu saja. Kekuatan Sekte Hell Blood bukan sesuatu yang bisa diganggu semut-semut kecil." Aaron Ravenclaw bergegas menuju aula utama dimana lebih dari selusin praktisi keluarga sudah bersiaga. "Larry," sapanya dengan tawa mengejek. "Bukankah kau p

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 682 - Terluka

    Larry menyapu pandangannya ke arah mayat-mayat yang bergelimpangan di tanah arena sebelum beralih pada kerumunan penonton. Hanya ada satu emosi yang terpancar dari mata mereka–ketakutan yang begitu dalam. Apa yang baru saja terjadi di sini telah meninggalkan trauma yang tak terhapuskan. Larry bisa merasakannya dari atmosfer mencekam yang menyelimuti arena. "Apa sebenarnya yang terjadi?" gumamnya sambil mengedarkan pandangan. Matanya menangkap sosok pemuda yang dikenalnya–salah satu murid dari akademi bela diri tempatnya mengajar dulu. Tanpa ragu Larry menghampirinya. "Kau, ceritakan padaku apa yang terjadi di sini!" Tubuh pemuda itu masih gemetar hebat. Dengan terbata dia menjawab, "Pa-paman Larry... Ryan, dia..." "Ada apa dengan Ryan?" desak Larry. "Dia melumpuhkan Lucas Ravenclaw..." Larry mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?" "Bahkan para tetua Sekte Hell Blood tidak sebanding dengannya..." lanjut pemuda itu dengan suara bergetar. "Ryan mengalahkan mereka semua dengan mudah!"

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 681 - Sikap Kepala Keluarga Jorge

    Pemuda yang tadinya dianggap sombong dan tidak tahu diri itu ternyata masih berdiri tegak di arena. Meski tampak sangat lemah, fakta bahwa dia masih hidup membuat semua orang tercengang. "Dia... dia masih hidup?" "Bagaimana mungkin? Anak ini benar-benar beruntung!" Di tengah bisik-bisik kebingungan, seseorang tiba-tiba menunjuk ke suatu arah dengan mata terbelalak. "Lihat! Guardian itu... Guardian itu mati!" Serentak semua mata mengikuti arah yang ditunjuk. Di kejauhan, tubuh sang Guardian tertancap kaku di dinding, berlumuran darah dan tak bernyawa. Keheningan mencekam menyelimuti arena. Tidak ada yang berani bersuara, semua wajah dipenuhi ketidakpercayaan. Dengan satu serangan pedang, Ryan telah membunuh seorang Guardian! "Mustahil..." bisik seseorang gemetar. "Sejak kapan Guardian menjadi selemah ini?" Semua orang menghirup udara dingin saat mata mereka beralih pada sosok Ryan. Tubuh mereka gemetar tanpa bisa dikontrol. Pemuda yang tadinya mereka remehkan kini tamp

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 680 - Kehebatan Pedang Clarent

    Selama ini Ryan menyimpan Pedang Clarent, menunggu momen yang tepat. Sebelumnya ia masih waspada terhadap para praktisi tersembunyi yang mungkin mengawasi pertarungan. Tapi sekarang, meski enggan menggunakannya, Ryan tidak punya pilihan lain. Guardian sialan ini benar-benar membuatnya murka. Menyerahkan teknik bela dirinya? Melumpuhkan kultivasi? Ide konyol macam apa itu? "Aku memberimu waktu sepuluh detik untuk memikirkannya," ucap Guardian itu dengan nada angkuh. "Sepuluh..." "Tidak perlu menghitung," potong Ryan datar. "Aku menolak." Ekspresi Guardian itu membeku sejenak sebelum wajahnya dipenuhi amarah. "Karena kau menolak, aku akan menghargai keinginanmu! Kau benar-benar kelelahan dan sangat lemah, jadi mari kita lihat bagaimana rencanamu untuk bertahan hidup." Detik berikutnya, hembusan angin kencang menerpa arena saat gelombang tekanan tak terlihat menyapu. Guardian itu berdiri dengan angkuh, memancarkan aura bagai dewa yang tak tersentuh. Kepala Keluarga Jorge

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 679 - Kemarahan Guardian

    "Gila... anak ini benar-benar gila!" gumam sang tetua sambil memuntahkan darah. "Dia tidak takut mati? Teknik rahasia seperti itu pasti memiliki efek samping yang mengerikan!" Ryan sendiri kini dalam kondisi tidak lebih baik. Efek jimat spiritual telah sepenuhnya menghilang, membuat auranya melemah drastis. Ia terhuyung mundur dan duduk bersandar ke dinding, napasnya terengah-engah. Keringat membasahi seluruh tubuhnya–serangan tadi benar-benar telah menguras habis tenaganya. Seluruh arena menjadi sunyi. Banyak pasang mata memandang Ryan dengan simpati saat melihat wajah kedua Guardian yang berubah pucat pasi karena murka. Guardian yang mengenakan setelan jas hitam melangkah maju, matanya berkilat berbahaya saat menatap Ryan. "Hmph! Kau terlalu percaya diri!" hardiknya. "Beraninya kau bertindak begitu lancang setelah aku memberi perintah untuk berhenti! Kau benar-benar sudah bosan hidup!" Tanpa peringatan, Guardian itu melancarkan serangan telapak tangan ke arah Ryan yang mas

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 678 - Mengabaikan Guardian

    Sekali lagi Ryan muncul di depan tetua yang masih terguncang. Tinjunya terayun, diselimuti naga darah yang meraung ganas. Serangan ini membawa aura kematian yang membuat sang tetua gemetar ketakutan. Namun di saat kritis, tetua itu melakukan hal tak terduga. Dia mencengkeram leher Simon Helion yang berdiri di dekatnya dan melemparkan pria malang itu sebagai tameng manusia. Ryan yang telah berkomitmen pada serangannya tak bisa menghentikan momentum pukulannya. BOOM! Darah menyembur dari mulut Simon Helion. Tubuhnya terpental bagai peluru meriam, menghantam dinding dengan suara mengerikan. Dadanya hancur cekung ke dalam. Dalam sekejap, cahaya kehidupan menghilang dari matanya. "Bawa pergi Lucas dan kalahkan anak ini terlebih dahulu!" teriak sang tetua panik pada rekannya. "Kalau tidak, akan ada masalah yang tak ada habisnya jika dia hidup!" "Aaron Ravenclaw! Apakah kamu tidak ingin membalaskan dendam putramu? Ayo serang bersama!" "Baik!" Aaron Ravenclaw menyahut penuh dendam.

  • Pembalasan Tuan Muda Terkuat   Bab 677 - Melawan Tetua Sekte Hell Blood (II)

    "Beraninya kau!" Tetua itu meraung murka. Dia menyerbu ke arah Ryan dengan kecepatan yang meningkat drastis. Kali ini, kekuatan di kipas lipatnya berlipat ganda saat bertabrakan dengan Pedang Suci Caliburn. Tang! Pedang Suci Caliburn terlempar dari tangan Ryan, berputar di udara sebelum menancap ke tanah beberapa meter dari sana. Ryan sendiri terpaksa mundur beberapa langkah untuk meredam dampak benturan. 'Situasi mulai tidak menguntungkan,' pikir Ryan sambil menilai kondisinya. Jika ia berada di puncak kondisi, melawan tetua ini secara seimbang bukanlah masalah besar. Namun penggunaan jurus kedua dari teknik Pedang Pembelah Langit sebelumnya telah menguras hampir seluruh tenaganya. Lebih menyulitkan lagi, saat ini Ryan tidak bisa meminjam kekuatan dari Kuburan Pedang. Peter Carter juga telah memperingatkan bahwa menggunakan jimat iblis dalam kondisi lemah bisa berakibat fatal. Tapi, bukan berarti Ryan tidak memiliki jimat lainnya. "Bocah, ini harga dari kesombonganmu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status