Share

Bab 3 Ingin Bercerai

Valerie memutuskan pulang. Dengan hati yang hancur, dia mulai membereskan barang-barangnya. Pengkhianatan yang Jonatan lakukan tak dapat dia maafkan.

Padahal dia berpikir Jonathan akan menolak niat ibunya tapi rupanya, Jonathan justru menuruti bahkan tidak membutuhkan waktu yang lama, pria itu langsung menunjukkan ketidak setiaannya.

Jonatan rupanya menyusul, dia harus berbicara dengan Valerie. Kedatangannya tidak membuat Valerie berhenti membereskan barang-barangnya.

“Kau mau pergi ke mana, Valerie?”

“Pergi. Untuk apa lagi aku bertahan dengan pria seperti dirimu?”

“Tidak, aku tidak akan membiarkan kau pergi!” Jonathan menarik tangan Valerie, lalu memeluknya.

“Lepaskan aku, Jonathan!”

“Tidak. Dengarkan penjelasanku terlebih dahulu!” Jonathan semakin mendekapnya erat supaya Valerie tidak pergi.

“Aku sudah melihatnya, apalagi yang hendak kau jelaskan?” air mata mengalir, pengkhianatan Jonatan menghancurkan hatinya.

“Aku tidak menginginkan ini, percayalah. Ibu dan kakakku terus mendesak aku untuk menikahi wanita itu dan aku tidak berdaya sama sekali, Valerie.”

“Apa maksudmu tidak berdaya? Kau tinggal menolaknya saja dan setelah itu kita keluar dari rumah ini dan memulainya dari awal. Bukankah kau sudah sepakat ingin melakukan hal itu bersama denganku?”

“Tidak. Aku tidak bisa melakukan hal itu.”

“Kenapa, Jonathan? Apa kau benar-benar takut hidup miskin?”

“Dengar!” Jonathan melepaskan pelukan lalu memegangi bahu Valerie. “Aku tidak bisa menolak permintaan ibuku dan aku terpaksa menikahi wanita itu,” dia harap Valerie mengerti.

“Jadi ini jawabannya?” air mata mengalir semakin deras.

“Tidak. Sekalipun aku menikah dengannya, aku tidak akan meninggalkan dirimu. Yang aku cintai hanya dirimu, Valerie. Aku terpaksa menikah dengannya supaya aku mendapatkan keturunan untuk ibuku. Dengan begini, dia tidak akan meributkan hubungan kita lagi karena dia telah berjanji akan merestui hubungan kita jika aku menikahi wanita itu!”

“Kau gila, Jonathan!” Valerie mendorong Jonathan dengan kuat, dia melangkah mundur. Perasaan kecewa semakin besar dia rasakan.

“Kau benar-benar gila. Kau ingin menikahi wanita itu tanpa menceraikan aku? Apa kau pikir aku bersedia membagi suamiku pada wanita lain?”

“Aku akan berusaha bersikap adil, Valerie. Percayalah padaku. Kau akan menjadi satu-satunya wanita yang paling aku cintai meski ada wanita itu di antara kita.”

“Kau gila, kau benar-benar gila!” Valerie kehabisan kata-kata. Apakah Jonathan memikirkan perasaannya ketika mengucapkan perkataan itu?

“Hanya ini jalan satu-satunya yang bisa aku lakukan, Valerie. Ini juga untuk kebahagiaan kita berdua dan percayalah padaku, keluargaku tidak akan pernah menghina dirimu lagi dan dia akan menerima dirimu dalam keluarga kami.”

“Aku tidak butuh semua itu. Yang aku butuhkan hanyalah cintamu tapi begitu mudahnya kau menghianati aku?”

“Aku terpaksa, percayalah jika ini jalan terbaik yang harus aku ambil demi hubungan kita berdua.”

“Ini bukan jalan satu-satunya, Jonathan. Kau bisa menolak permintaan ibumu dan kita bisa memulai tanpa mereka. Tanpa kekayaan keluargamu, kita bisa mendapatkan kebahagiaan di luar sana. Kita sudah membahas ini tapi kenapa kau justru lebih memilih mendengarkan perkataan ibumu?”

“Maaf, Valerie. Aku tidak yakin kita dapat bertahan di luar sana.”

“Apa maksud perkataanmu?” Valerie kembali memandangi suaminya, dengan tatapan tajam.

“Aku mungkin bisa mendapatkan pekerjaan tapi dirimu?” ucapan Jonatan seperti meremehkan dirinya.

“Uang dari hasil bermain piano tidaklah seberapa dan kau tidak akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan pendidikan yang kau miliki. Dengan latar belakang keluargamu yang miskin, aku tidak yakin kita dapat bertahan di luar sana, Valerie!” Ucapan Jonathan kembali membuat Valerie terkejut.

Jadi Jonathan menganggapnya tidak mampu hanya karena latar belakang keluarganya? Rupanya dia tidak jauh berbeda dengan ibunya tapi memangnya mereka tahu apa tentang keluarganya?

“Tolong mengertilah, Valerie,” Jonathan kembali mendekati Valerie lalu memegangi kedua bahunya, “Tolong pikirkan posisiku di rumah ini. Aku tidak ingin kehilangan dirimu dan aku pun tidak bisa pergi dari keluargaku. Aku belum siap hidup susah di luar sana. Aku harap kau mau mengerti dan menerima keputusanku ini.”

“Tidak!” Valerie menepis tangan Jonathan. Dia pun berpaling, hatinya sudah hancur berkeping-keping dan tak dapat lagi diperbaiki.

“Aku tidak sudi membagi dirimu dengan wanita yang lainnya. Sekarang kau bisa memilih, kau memilih aku dan tinggal bersama denganku di luar atau kau memilih wanita itu dan hidup nyaman bersama dengan keluargamu. Beri aku jawaban saat ini juga. Aku masih berharap kau tidak mengecewakan aku.”

Jonathan dalam dilema. Disisi lain dia ingin mempertahankan Valerie tapi disisi lain dia takut untuk meninggalkan hidup nyamannya.

“Jawab. Jonathan!” teriak Valerie.

“Maaf, Valerie. Aku tidak bisa memilih. Aku mencintaimu tapi aku terlalu takut untuk meninggalkan semua ini.”

“Kau begitu mengecewakan aku, Jonathan,” setelah bertahan dengan hinaan dari keluarga Jonathan, sekarang dia harus mendapati suaminya yang tak bisa mengambil keputusan untuk hubungan mereka berdua.

Jujur dia sangat kecewa dan dia pun sakit hati akan perkataan Jonathan. Sayangnya, akhirnya sampai di sini.

“Baiklah, aku tidak akan memaksa,” Valerie berjalan menuju kopernya dengan air mata yang dia tahan dengan susah payah, “Karena kau tidak bisa memilih antara aku dengan kehidupan nyamanmu maka aku pun sudah mengambil keputusan,” Valerie berbalik, memandangi Jonathan.

“Aku ingin kita bercerai, Jonathan.”

“Apa?” Jonathan sangat terkejut dengan keputusan Valerie.

“Aku tak bisa lagi mempertahankan hubungan kita. Semuanya sudah cukup jadi aku ingin kita bercerai.”

“Tidak, Valerie!” Jonathan mengejar Valerie yang sudah melangkah menuju pintu.

“Aku tidak mau bercerai denganmu jadi aku tidak akan pernah menceraikan dirimu!”

“Jangan egois. Kau yang memulainya dan kau telah mengecewakan aku seperti ini. Untuk apa hubungan kita dipertahankan? Sebaiknya kita akhiri daripada hanya sakit hati saja yang aku dapatkan!”

“Tidak akan, kita tidak akan pernah bercerai!” Jonathan masih dengan pendiriannya namun langkah mereka terhenti ketika mereka melihat keluarga Jonathan.

Valerie memandangi mereka, bukankah itu yang mereka mau? Mereka berhasil menghancurkan hubungannya dengan Jonathan, namun semua itu tidak akan terjadi seandainya Jonathan bukanlah seorang pecundang.

Valerie memilih pergi, tanpa berkata apa-apa. Keputusannya sudah bulat untuk bercerai dengan Jonathan. Jonathan yang hendak mengejar, dihentikan oleh ibunya.

“Sebaiknya kau tidak bersikap bodoh dengan mengejar dirinya!”

“Semua gara-gara kalian!” teriak Jonathan marah.

“Apanya yang gara-gara kami? Kami ingin yang terbaik untukmu, Jonathan. Adelia jauh lebih baik dan dia hanya seorang pecundang. Untuk apa kau pertahankan?”

“Tapi Valerie adalah wanita yang aku cintai!”

“Cukup omong kosongmu itu. Mommy akan segera menyiapkan surat perceraian kalian berdua dan jangan coba-coba pergi mengejar dirinya. Jika kau berani melangkahkan kaki keluar dari rumah ini maka jangan harap aku akan menerima dirimu lagi!”

Jonathan diam di tempat, tak berani pergi kemanapun. Dia sangat ingin mengejar Valerie, menghentikan istrinya namun dia tak dapat melakukannya.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Jess'icha Vernesialing
laki2 model bgni nih,bgsnya jd santapan buaya
goodnovel comment avatar
siti yulianti
dasar laki² GK punya nyali untuk memilih yg ternyata salah pilih belum tau dia siapa Valerie Smith makin penasaran deh KK reniii .........
goodnovel comment avatar
Mariyani Fernanita
oohh Jonathan sungguh terlalu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status