Valerie terlihat gelisah. Antara mau pergi atau tidak, dia sedang mempertimbangkannya. Dia ingin pergi mencari Nick, untuk melakukan negosiasi lagi dengannya.
Hanya pria itulah yang dapat membawanya kembali ke Inggris. Akan tetapi, permintaan yang diinginkan oleh Nick, harus membuatnya berpikir seribu kali lagi untuk menyetujuinya. Dia rasa Nick hanya bercanda saja. Dia yakin pria itu sedang menggodanya. Sejak dulu Nick selalu seperti itu. Sikap menyebalkannya tak berubah sama sekali. Valerie mondar-mandir di dalam kamar. Dia seperti itu dari setengah jam yang lalu. Antara pergi dan tidak, masih saja belum dapat diputuskan. Nick mungkin bersama dengan kakaknya saat ini. Jika begitu, dia akan berpura-pura mencari kakaknya. Tidak mau lagi membuang waktu begitu lama, Valerie mengambil tasnya. Lebih baik dia pergi, daripada menghabiskan waktu di kamar. Dia tidak boleh mundur dan gentar, menghadapi pria menyebalkan itu. “Mom, aku mau pergi!” Valerie berteriak pada ibunya, setelah keluar dari kamar. “Kau mau pergi ke mana, Valerie?” Ibunya keluar dari dapur dan menghampiri putrinya yang sedang mengenakan sepatu. “Aku ingin mencari Kakak dan berbicara sebentar dengannya.” “Baiklah. Jangan pulang terlalu malam, Mommy sudah menyiapkan makan malam.” “Baik, Mom,” Valerie menghampiri ibunya dan memberikan ciuman di pipi, “Aku pergi dulu!” “Hati-hati, Sayang.” “Tentu saja,” Valerie sudah melangkah menuju pintu. Namun, ucapan ibunya menghentikan langkahnya sejenak. “Nikmatilah waktumu, jangan pernah memikirkan pernikahanmu yang kandas,” dia tak ingin putrinya bersedih hanya karena satu kegagalan yang dia dapatkan. “Terima kasih, Mom. Aku tidak akan menangisinya, jadi tidak perlu khawatir.” “Putriku memang harus seperti itu, pergilah sekarang,” Alice tersenyum, dia akan mendukung putrinya asalkan Valerie tidak menipu mereka lagi apalagi bertindak bodoh untuk seorang laki-laki. “Terima kasih,” Valerie pun tersenyum, dia merasa mendapatkan dukungan dari ibunya. Seandainya dia tidak berbohong, mungkin tidak akan berakhir seperti itu. Akan tetapi, dia tidak akan tenggelam dalam penyesalan dan kegagalan. Valerie pergi ke kantor, untuk mencari kakaknya. Kedatangannya tentu saja disambut oleh kakaknya. Tapi tindakannya membuat heran karena dia sedang mencari sesuatu di dalam ruangan itu. Dia kira Nick bersama dengan kakaknya. Tapi ternyata, pria itu tidak ada. Dia memang tidak bertanya waktu itu, berapa lama Nick berada di Amerika. “Apa yang kau cari?” Albert pun melihat sekitar, seolah-olah membantu adiknya mencari sesuatu. “Ti-tidak. Aku datang untuk berbincang dengan kakak saja,” dustanya. “Anak-anak mencarimu, apa kau tidak mau mengunjungi mereka?” Dia memiliki dua anak laki-laki kembar yang begitu menyayangi Valerie. “Aku juga merindukan Michael dan Matthew, aku akan ke rumah Kakak besok.” “Kenapa tidak sekarang saja? Pulang denganku. Kau tidak sibuk, bukan?” “Tidak, tapi ada yang ingin aku tanyakan pada Kakak,” Valerie menghampiri, dan berdiri di sisi kakaknya. “Kakak, ke mana pria menyebalkan itu?” “Yang mana?” Albert pura-pura tidak tahu. Dia pun sibuk dengan pekerjaannya. “Ck. Siapa lagi jika bukan Nick Russel, sahabat baikmu itu. Mana dia. Kenapa dia tidak bersama denganmu. Apa dia sudah kembali ke Inggris?” “Kenapa tiba-tiba mencarinya. Bukankah kau tidak menyukai dirinya?” Kini dia memandangi adiknya, dengan tatapan curiga. “A-aku hanya ingin tahu saja!” Valerie berpaling, jangan sampai kakaknya curiga. “Aneh. Padahal selama ini kau tidak pernah menyukainya bahkan setelah sekian lama, kau masih saja tidak menyukai dirinya. Katakan padaku, ada urusan apa kau mencari Nick?” Kali ini, Valerie tak bisa menipu. “Ayolah, aku hanya bertanya saja. Apakah salah?”| “Jika kau tidak mau memberitahu aku alasannya, maka aku tidak akan memberitahu dirimu di mana dia berada!” “Ya ampun, Kakak. Aku hanya ingin tahu saja, apakah dia sudah kembali ke Inggris atau belum? Kakak tinggal jawab, ya atau tidak!” Albert menghela nafas, entah apa tujuan Valerie mencari keberadaan Nick. Tapi dia rasa tidak ada yang perlu dia khawatirkan karena dia telah mengenal Nick begitu lama. “Dia sedang ada urusan dan tak bisa datang menemuiku selama beberapa hari kedepan. Mungkin setelah itu dia akan kembali ke Inggris.” “Kenapa begitu cepat?” Valerie langsung bertanya begitu dia mendengar Nick akan segera kembali ke Inggris. “Memangnya kenapa. Apa kau memiliki urusan dengannya?” Albert semakin curiga saja. “Ya, sesungguhnya aku ingin belajar bisnis dengannya. Bolehkah aku meminta nomor ponselnya?” Benar. Dengan alasan ini, kakaknya tidak mungkin curiga. “Belajar bisnis?” “Benar, Kakak. Aku dengar dia sudah menjadi pengusaha sukses di Inggris. Dia pasti memiliki banyak ilmu yang bisa diajarkan padaku. Aku sudah memutuskan untuk belajar bisnis jadi aku pikir, ada baiknya aku belajar dengannya,” bagus. Ide itu tak terpikirkan sama sekali olehnya. Dengan begini, keluarganya pasti tidak keberatan jika dia kembali ke Inggris bersama dengan Nick. Mereka mempercayai pria itu dan dia akan menggunakan Hal ini sebagai alasan tapi, semua itu tergantung pada Nick. Apakah dia mau membantunya dengan sukarela atau tidak. “Bagaimana dengan cita-citamu yang ingin menjadi pianis terkenal? Apa kau sudah tidak menginginkannya lagi?” “Tentu saja aku menginginkannya, Kakak. Aku tidak akan menyerah akan cita-citaku tapi hal itu bisa aku lakukan sembari aku belajar bisnis dengan Nick. Ini kesempatan untukku, jadi bantu aku. Kakak cukup berikan nomor ponselnya saja, aku yang akan berbicara dengannya.” “Baiklah jika begitu,” Albert memberikan nomor ponsel Nick pada adiknya. Jika tujuan adiknya baik, maka akan dia dukung. Valerie sangat senang, tidak sia-sia dia datang menemui kakaknya. Dengan begini, dia bisa mencari pria itu dengan mudah. “Terima kasih, kakak,” dia akan menghubungi pria menyebalkan itu saat ini juga. “Mau ke mana?” Tanya Albert karena adiknya hendak pergi. “A-aku mau membeli sesuatu.” “Jangan lama, setelah ini kita pulang bersama.” “Oke!” Valerie keluar dari ruangan, dia mulai menghubungi Nick. “Siapa?” Tidak perlu menunggu lama, pria itu telah menjawab. “Ini aku,” mendengar suara Valerie, membuatnya tersenyum. Dia tahu, Valerie pasti akan mencarinya cepat atau lambat. “Aku sungguh tidak menduga jika nona Smith akan mencariku.” “Jangan berbasa-basi. Kau tahu apa tujuanku.” “Hotel Hilton, aku tunggu malam ini!” “Apa?” Valerie belum mengerti. Akan tetapi, Nick sudah mengakhiri percakapan mereka. Dia tidak akan membiarkan Valerie menolak. “Hei, apa maksudmu?” Valerie berbicara sendiri dan memandangi ponselnya. Sebuah pesan dikirimkan oleh Nick, itu adalah nomor kamarnya. Dia yakin, Valerie pasti akan datang. Valerie menghentakkan kedua kakinya, pria itu pasti sengaja ingin mengganggunya. Rasanya tak mau pergi tapi jika dia ingin kembali ke Inggris dan membuat perhitungan dengan keluarga Hart, maka dia tidak memiliki pilihan selain pergi menemui Nick Russel karena hanya dia satu-satunya harapan.Mau tidak mau, dia harus pergi menemui Nick. Valerie baru kembali dari rumah kakaknya. Dia menghabiskan waktu cukup lama dengan si kembar yang sangat menggemaskan. Tidak ada yang tahu jika dia akan pergi menemui Nick Russel. Dia tidak memberitahu kakaknya akan hal itu. Begitu kembali, Valerie segera bersiap-siap. Nick menunggunya pukul 07.00 malam. Dia tidak boleh terlambat karena jika sampai dia terlambat, maka pria itu tidak akan mau menemuinya. Menyebalkan. Entah kenapa pria itu benar-benar menyebalkan. Jika bukan karena dia memiliki kepentingan, maka dia tidak sudi pergi menemui Nick. Tidak salah jika dia tidak menyukai Nick. Sikap menyebalkannya tidak pernah berubah bahkan sikap menyebalkannya itu, semakin menjadi dibandingkan dulu. “Kau mau pergi ke mana, Valerie?” Ibunya bertanya ketika melihat putrinya sedang bersiap-siap. “Sepertinya aku tidak bisa makan malam dengan kalian, Mom.” “Kenapa? Mommy sudah menyiapkan makanan kesukaanmu tapi kenapa kau tidak bisa makan b
Valerie belum bisa mengambil keputusan untuk menjadi kekasih Nick. Itu bukanlah hal mudah karena tidak ada perasaan sama sekali antara dirinya dengan Nick. Dia masih berdiri di tempat, tak dapat mengambil keputusan. Sudah lima menit berlalu, dia masih berada dalam kebimbangan. Antara menjadi kekasih Nick, atau melupakan dendamnya, dia harus memilih antara satu.Nick mulai gusar. Apakah sulit hanya mengambil keputusan untuk menjadi kekasihnya? Sudah lima menit berlalu, Valerie seperti penghias kamar saja.“Kenapa kau belum juga mengambil keputusan, Valerie? Apakah menjadi kekasihku adalah sesuatu yang hal yang sulit kau lakukan?” Entah kenapa, sejak dulu Valerie tak pernah menyukai dirinya.Dia sudah tahu siapa suami Valerie. Jonathan Hart bukanlah pria yang tepat untuk Valerie. Wanita seperti Valerie memerlukan pria yang bisa menjadi pemimpin, bukan pria lembek seperti Jonathan. Valerie menghela nafas. Minuman yang tak dia sentuh diletakkan ke atas meja. Dia bingung, keputusan apa y
Surat perceraian yang telah ditandatangani oleh Valerie telah terkirim dan diterima secara langsung oleh Jonathan pagi itu. Dia belum tahu itu surat apa. Jonatan justru memberikan surat itu kepada ibunya.Lidya sangat senang. Akhirnya yang dia tunggu datang. Dia kira Valerie akan mempersulit mereka tapi rupanya tidak. Setidaknya si miskin itu tahu diri dan tidak membuat masalah.Tidak ada tuntutan yang diberikan oleh Valerie. Padahal dia sudah curiga jika Valerie akan meminta uang untuk perceraian itu. Dia sudah menyiapkan beberapa ribu dolar yang akan dia berikan pada Valerie sebagai kompensasi. Tentunya dengan syarat dia tidak boleh mengganggu Jonathan lagi.Wanita miskin seperti dirinya, sudah pasti menginginkan uang. Itu yang dipikirkan oleh Lidya Hart. Akan tetapi, Valerie tidak meminta apa pun untuk perceraian itu meskipun dia memiliki hak. Sangat bagus, kali ini dia memuji si miskin tidak berguna itu.“Jonathan!” Dia memanggil putranya karena Jonathan harus menandatangani s
“Tidak. Kau tidak boleh kembali ke Inggris!” Jacob menolak ketika putrinya mengutarakan keinginannya untuk kembali ke Inggris. Dia sudah berbaik hati tidak menghancurkan keluarga Hart yang telah menghina putrinya jadi dia tidak akan mengizinkan Valerie kembali ke sana. “Aku harus kembali, Dad,” demi balas dendam, dia harus mendapatkan izin. “Untuk apa kau kembali ke sana, Valerie? Apa kau tidak bisa melupakan mantan suamimu itu sehingga kau ingin kembali untuk menemui dirinya?” tanya ibunya pula. Alice pun tidak akan mengijinkan putrinya kembali ke Inggris. “Bukan begitu, Mom. Aku ingin kembali bukan untuk memperbaiki hubunganku dengan Jonathan.” “Jika bukan lalu apa? Jangan membuat Daddy kecewa, Valerie. Cukup satu kesalahan yang kau lakukan, tidak ada lagi. Jangan jadi bodoh karena cinta. Apa tidak ada laki-laki lain sehingga kau masih saja mengejar pria tidak berguna itu?” “Ya ampun, Dad. Apakah aku sebodoh itu?” Dia tahu dia telah membuat kesalahan besar dengan menipu
Izin sudah didapatkan, sebentar lagi Valerie akan kembali ke Inggris. Valerie pun berpamitan pada keluarganya. Kali ini kakek dan neneknya datang. Semenjak Valerie kembali, mereka belum bertemu. John Smith dan Samantha Jackson, mereka adalah kakek dan nenek Valerie.Mereka sudah mendengar apa yang terjadi dengan pernikahan Valerie. Memang sangat disayangkan, akan tetapi semua juga salah Valerie yang menyembunyikan kebenarannya.“Kakek, Nenek,” Valerie menghampiri neneknya dan memeluknya.“Kau cucu yang nakal. Setelah menipu kami dengan pernikahanmu, kau tidak juga mencari kami setelah kau kembali dan sekarang, kau ingin pergi lagi. Jika bukan dari ayahmu maka kami tidak akan pernah tahu apa yang terjadi denganmu. Apa kau melupakan kakek dan nenekmu ini?”“Maaf, Nenek. Aku tidak bermaksud membuat kalian marah. Aku hanya sedikit sibuk dan tidak memiliki kesempatan untuk mengunjungi kalian.”“Jangan memberikan alasan yang tidak masuk akal. Sekarang katakan, kenapa kau mau kembali ke Ingg
Akhirnya dia kembali lagi ke Inggris padahal dia baru pergi seminggu yang lalu. Tidak pernah terpikir olehnya akan kembali dalam waktu secepat itu tapi untuk sementara waktu, dia tidak akan menunjukkan dirinya pada Jonathan dan keluarganya.Jangan sampai mereka menganggap dirinya sebagai wanita murahan yang bisa dekat dengan pria manapun setelah dicampakkan. Penghinaan yang mereka berikan padanya, sudah cukup baginya.Valerie sudah berada di rumah Nick. Sebuah mansion mewah yang berada di tengah kota, di sanalah dia berada saat ini. Dia tidak menyangka, Nick telah memiliki kesuksesan seperti itu. Memang tidak salah dia memutuskan belajar bisnis dengannya meski pria itu sangat menyebalkan. Valerie berdiri di depan jendela, memandangi taman yang diterangi dengan lampu yang temaram. Rasanya jadi aneh karena dia harus tinggal di rumah pria itu.Tangan yang melingkar di pinggangnya, sedikit mengejutkan. Valerie tidak berpaling, dia tahu siapa yang sedang memeluknya saat itu. Nick mengusa
Jonathan terbangun ketika dia merasakan seseorang memeluknya. Tangannya meraba, dia merasakan seorang wanita sedang berbaring di sisinya. Pria itu berbalik, memeluk wanita itu sambil menyebut sebuah nama.“Valerie,” begitu nama itu diucapkan oleh Jonathan, kedua mata Adelia terbuka.“Valerie, Honey,” Jonathan kembali memanggilnya. Kekesalan Adelia memuncak, ini bukan kali pertama Jonathan memanggilnya seperti itu.“Aku bukan mantan istrimu!” Adelia mendorong Jonathan yang membuat pria itu terkejut. Dia belum mengerti situasi. Akan tetapi, sebuah tamparan dia dapatkan dari Adelia.“Kenapa kau menamparku?” Jonathan memegangi pipinya dan menatap Adelia dengan tajam.“Sudah berapa kali kau memanggil aku seperti itu, Jonathan?” teriaknya marah, “Aku bukan mantan istrimu tapi kenapa kau selalu memanggil aku dengan namanya?!” Jika hanya satu kali mungkin dia akan sabar tapi dia sudah mendengarnya beberapa kali.Dia juga sudah membicarakan hal itu dengan Jonathan dan hanya ada kata maaf saj
Jonathan pergi bersama dengan Adelia ke sebuah butik baru yang direkomendasikan oleh ibunya untuk mencari gaun pengantin di sana. Pernikahan itu, tidak dia inginkan sama sekali tapi dia tidak bisa menolak ucapan ibunya.Setelah kepergian Valerie dari hidupnya. Dia semakin terlihat seperti boneka yang dikendalikan oleh ibunya. Sekarang terjawab sudah, kenapa Valerie begitu kecewa pada dirinya bahkan dia sendiri kecewa pada dirinya sendiri.Seandainya waktu itu dia mengambil pilihan dengan mengikuti Valerie untuk memulai berdua dari bawah, apakah kehidupannya akan seperti itu? Dia yakin kehidupannya pasti akan berbeda dan yang pasti dia tidak kehilangan Valerie.Sekarang yang tersisa hanyalah sebuah penyesalan. Dia sangat berharap sebelum pernikahannya dengan Adelia terjadi, dia dapat bertemu dengan Valerie karena dia sangat ingin memperbaiki hubungan mereka sebelum semuanya terlambat .“Jonathan, setelah kita menikah. Ke mana kita akan pergi berbulan madu?” Adeline memeluk lengannya.
Jonathan dipersilakan untuk masuk ke dalam. Dia menunggu di ruang tamu. Dia sangat berharap dapat bertemu dengan Valerie. Tatapan matanya tertuju pada foto pernikahan Valerie dengan Nick yang terpampang jelas di dinding.Tak bisa dipungkiri jika ada perasaan sedih ketika dia melihat foto itu. Valerie terlihat begitu bahagia dan tidak hanya itu saja, terdapat seluruh anggota keluarga pada difoto lainnya.Dulu mereka tidak melakukan hal itu karena ibunya tidak memberikan pernikahan yang pantas untuk Valerie bahkan dia hanya memiliki sebuah foto pernikahan saja yang sudah hilang entah ke mana.Dia bahkan tidak memberikan gaun terbaik seperti yang Valerie kenakan dalam foto itu. Ibunya bahkan tidak memberikan hadiah untuk Valerie tapi dia justru memberikannya kepada Adelia.Dia sadar, keluarganya begitu memandang rendah Valerie hanya karena Valerie berpura-pura berasal dari keluarga miskin. Apa yang terjadi benar-benar menjadi tamparan untuknya dan apa yang terjadi tak bisa diperbaiki la
Kabar jika ibunya jatuh sakit sudah didengar oleh Jonathan. Dia bergegas pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan ibunya. Akibat kabar buruk yang didapatkan secara bertubi-tubi dan permasalahan yang datang silih berganti membuat Lidya mengalami stroke. Kedua putrinya menangis sedangkan Putra pertamanya terduduk lesu. Permasalahan yang mereka dapatkan benar-benar begitu banyak dan mereka belum menemukan jalan keluarnya untuk menyelesaikan permasalahan itu. Jonathan menghampiri ketiga saudaranya dan ketika melihat kedatangannya, Kedua saudara perempuannya menghampiri dirinya dengan perasaan kecewa. "Gara-gara kau, semua gara-gara kau Jonathan!""Untuk apa kau datang? Apa kau senang setelah melihat keadaan Mommy?" Kedua saudara perempuannya tampak kecewa pada dirinya karena Jonathan tidak peduli dengan apa yang terjadi dan setelah ibunya jatuh sakit barulah dia datang. Bukankah semua itu tidak ada gunanya? "Jangan berbicara seperti itu. Aku peduli dengan Mommy dan aku sayang padan
Sudah jatuh tertimpa tangga, itu perumpamaan yang pantas untuk Lidya. Di saat perusahaannya sedang berada di dalam masalah, kerjasama yang dia rebut dengan susah payah dari Valerie rupanya juga mengalami masalah. Tadinya dia pikir, meskipun perusahaan berada dalam masalah tapi dia masih memiliki proyek yang menguntungkan sehingga dia tidak akan terlalu hancur tapi sekarang semuanya jadi berubah. Dia sudah berusaha menghubungi Axel puluhan kali tapi pria itu tidak menjawab sama sekali. Rasa cemas dan takut menyelimuti hati. Kini dia mulai khawatir jika dia telah tertipu oleh pria itu. "Kurang ajar!" Lidya melempar ponselnya karena dia gagal menghubungi Axel. "Ada apa, Mom? Apa kau sedang berusaha menghubungi Valerie?" Tanya putrinya. Ibu dan kakaknya telah kembali dan tentunya mereka kembali dengan tangan kosong. Mereka pikir ibunya sedang menghubungi Valerie karena bisa saja ibunya mendapatkan nomor telepon Valerie dari Emy. "Sial. Kenapa masalah datang secara bersamaan?" Lidia t
“Biarkan aku bertemu dengan Bosmu!” Lidya memaksa seorang penjaga yang sedang menahan dirinya dan tidak membiarkan dirinya masuk.Dia tidak memiliki pilihan selain pergi ke rumah Nick. Emy telah memberitahu jika Valerie tidak datang ke kantor jadi mau tidak mau dia harus mencari Valerie di rumahnya.Dia datang bersama putranya setelah mereka memutuskan untuk datang ke tempat itu karena mereka pikir, Valerie tidak akan bisa mengelak dan tidak bisa menolak kedatangan mereka.“Tuan tidak berada di tempat, Nyonya. Kau bisa kembali lagi nanti,” dia sudah mendapat perintah untuk tidak membiarkan siapapun masuk jadi dia tidak akan membukakan pintu walaupun Nyonya rumah ada di dalam.“Apa dia pergi dengan istrinya?”“Tidak, Nyonya ada di dalam.”“Jika begitu bukakan, kebetulan aku memang ada urusan dengan istrinya!”“Maaf, Nyonya sedang beristirahat. Jika Nyonya memang ada urusan penting, tunggulah Tuan kembali.”“Aku tidak bisa menunggu. Tidak perlu memberikan izin untuk masuk, panggilkan i
Lidya semakin terlihat depresi. Antara menyelamatkan perusahaan dan membuang harga diri, dia benar-benar di dalam dilema. Sumpah demi apa pun, dia tidak mau menemui Valerie lalu merendahkan diri untuk memohon kepada dirinya.Valerie pasti akan menertawakan dirinya dan bisa saja, Valerie mengembalikan segala penghinaan yang selama ini dia berikan. Rasanya belum bisa mempercayai apa yang terjadi karena semua terjadi secara tiba-tiba.“Bagaimana ini, Mom? Para karyawanku sudah mulai protes!” Setidaknya tidak dia sendiri yang harus menanggung semua itu karena Putra dan putrinya juga menanggungnya kecuali Jonathan yang tidak ingin ikut campur.“Jangan bertanya karena Mommy sendiri tidak tahu apa yang harus kita lakukan. Bukan kau saja yang mengalami masalah, kita semua berada di dalam masalah!”“Lalu bagaimana? Tidak ada cara lain selain menemui Valerie dan aku rasa kita memang harus membuang segala ego untuk mencari dirinya!”“Jika begitu pergilah, kalian bisa pergi menemui dirinya dan m
Tidak ada cara untuk menghentikan semua yang sedang terjadi. Lidya sudah terlihat depresi karena semuanya semakin tak terkendali. Putra dan putrinya pun tak dapat melakukan apa pun walaupun mereka sudah berusaha keras mencari cara untuk menghentikan semuanya.Setiap detik, kerugian yang mereka tanggung semakin bertambah dan mereka tak bisa menghentikan apa pun. Para pengusaha pun tak henti menghubungi mereka. Mereka seperti diteror dan kerugian yang mereka tanggung semakin banyak saja.“Aku tidak bisa tinggal diam lagi, aku harus menghubungi Jonathan!” Kabar itu harus segera mereka bagikan pada Jonathan. Apakah semua itu terjadi karena tidak adanya Jonathan di perusahaan?Apakah mereka telah mengambil tindakan yang salah sehingga mereka mengalami kejadian seperti itu?“Jangan coba-coba, tidak ada yang boleh memberitahu dirinya sekalipun aku mati!” Lidya justru melarang. Jonathan tidak perlu tahu hal seperti ini karena dia tidak mau putranya jadi keras kepala lalu menganggap jika dia
“Apa sebenarnya yang telah terjadi?” Lidya berteriak kepada para karyawannya setelah melihat apa yang terjadi dengan perusahaannya. Bukannya perusahaan Valerie dan Nick yang hancur, yang berada di dalam masalah justru perusahaannya.Telepon tidak berhenti berdering, semua karyawan berusaha menangani panggilan dari para pengusaha yang mulai menuntut atas apa yang sedang terjadi karena mereka mengalami kerugian dan tidak sedikit dari mereka yang mulai meminta ganti rugi.Lidya semakin panik dibuatnya. Semua rencana berubah total. Menghilangnya Ana yang dia percaya sebagai ahli IT di perusahaannya semakin membuatnya seperti kehilangan satu kaki kanannya.Entah kenapa dia begitu bergantung dengan Ana. Dia begitu mempercayai wanita itu dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi dengan perusahaannya. Seolah ada yang mempermainkan dirinya, saham perusahaan semakin terjun bebas dan tak terkendali. Itu bukanlah hal baik bagi dirinya.Jika dia tidak segera bertindak dan menghentikan s
Hari yang dinantikan oleh Lidya datang karena hari ini adalah hari kehancuran bagi Valerie dan Nick. Dia pastikan mereka berdua pasti hancur karena dia telah mempersiapkan semuanya dengan matang.Hari pembalasan pun tiba dan Valerie tidak akan pernah menyadari jika bisnis yang dia bangun akan hancur dalam sekejap mata. Itu adalah ganjaran bagi orang yang telah begitu berani menantang Lidya Hart.Kepercayaan diri tinggi yang dia miliki tentu saja membuatnya merasa jika dia sudah menang. Dia percaya sepenuhnya dengan Ana karena Wanita itu telah memberikan bukti yang begitu nyata pada dirinya.Hari masih pagi jadi Lidya belum pergi ke kantor. Dia menikmati paginya, mencoba menghirup aroma kemenangan yang akan semakin terasa. Sambil menikmati sarapan, dia juga membaca berita.Tiba-tiba dia jadi ingat dengan Jonathan. Entah apa yang putranya lakukan saat ini tapi dia jadi ingin menghubunginya untuk memberitahu jika wanita yang berusaha dia bela selama ini, sebentar lagi akan hancur.Tidak
Lidya begitu bersemangat hari ini karena besok adalah hari kehancuran bagi Valerie. Dia sudah tak sabar menantikannya dan dia pun akan meminta Ana untuk bekerja dengan baik karena dia mengandalkan wanita itu.Dia benar-benar beruntung dapat bertemu dengan Ana walau dia tidak begitu tahu alasan Ana ingin membantunya tapi wanita itu begitu patuh dan melakukan apa yang dia perintahkan.Dia juga merasa tidak sia-sia membayar Emy karena segala informasi yang dia dapatkan begitu setimpal dengan uang yang dia keluarkan. Sekarang, dia sangat tidak sabar menantikan kehancuran Valerie.Ana sedang melakukan aksinya ketika dia datang. Lidya yang masuk secara tiba-tiba sehingga membuat Ana terkejut. Agar Lidya tidak mencurigai apa yang sedang dia lakukan, Ana buru-buru mengalihkan apa yang sedang dia lakukan.“Bagaimana, Ana. Apa kau bisa aku percaya dan memberikan kemenangan untukku besok?” Lidya berdiri di belakang Ana. Tatapannya tertuju pada layar komputer dan beruntungnya, Ana sudah mengalihk