Share

Bab 9. Pikirkanlah

Mau tidak mau, dia harus pergi menemui Nick. Valerie baru kembali dari rumah kakaknya. Dia menghabiskan waktu cukup lama dengan si kembar yang sangat menggemaskan.

Tidak ada yang tahu jika dia akan pergi menemui Nick Russel. Dia tidak memberitahu kakaknya akan hal itu.

Begitu kembali, Valerie segera bersiap-siap. Nick menunggunya pukul 07.00 malam. Dia tidak boleh terlambat karena jika sampai dia terlambat, maka pria itu tidak akan mau menemuinya.

Menyebalkan. Entah kenapa pria itu benar-benar menyebalkan. Jika bukan karena dia memiliki kepentingan, maka dia tidak sudi pergi menemui Nick. Tidak salah jika dia tidak menyukai Nick. Sikap menyebalkannya tidak pernah berubah bahkan sikap menyebalkannya itu, semakin menjadi dibandingkan dulu.

“Kau mau pergi ke mana, Valerie?” Ibunya bertanya ketika melihat putrinya sedang bersiap-siap.

“Sepertinya aku tidak bisa makan malam dengan kalian, Mom.”

“Kenapa? Mommy sudah menyiapkan makanan kesukaanmu tapi kenapa kau tidak bisa makan bersama?”

“Maaf, Mom. Aku harus pergi karena ada urusan penting. Tolong jangan tersinggung.”

“Urusan penting apa, coba jelaskan. Mommy akan mengizinkan kau pergi setelah kau menjelaskan ke mana kau akan pergi.”

“Aku ingin menemui seseorang,” dia jadi ragu untuk menyebut nama Nick.

“Siapa?” Alice memandangi putrinya dengan tatapan curiga. Jangan katakan, mantan suami Valerie datang dari Inggris dan ingin bertemu dengannya. Jangan katakan pula putrinya ingin menemui pria itu secara diam-diam.

“Aku ingin bertemu dengan teman lama yang sudah lama tidak aku jumpai,” dustanya.

“Apa kau tidak berbohong, Valerie?”

“Tentu saja tidak!” Valerie sudah selesai menyisir rambutnya. Dia berjalan mendekati ibunya yang duduk di sisi ranjang.

“Aku tidak berbohong. Aku ingin pergi menemui sahabat lamaku. Percayalah padaku, Mom.”

“Baiklah. Mommy pikir mantan suamimu datang dan kau ingin menemuinya secara diam-diam.”

“Demi Tuhan, Mom. Aku tidak mungkin melakukan hal itu. Jika sampai aku melakukannya, lalu untuk apa aku menandatangani surat perceraian itu? Sudah aku katakan pada Mommy, jika aku tidak akan mengecewakan kalian lagi,” rupanya itu yang ibunya pikirkan tapi kekhawatiran ibunya memang tidak salah.

“Mommy percaya padamu, Valerie.”

“Jadi aku boleh pergi, bukan?”

“Tentu saja tapi jangan pulang terlalu malam.”

“Thanks, Mom. Aku sudah harus pergi,” tas yang ada di atas ranjang diambil. Dia harus bergegas karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 lewat.

Valerie berpamitan pada ibunya. Dia juga berpamitan pada ayahnya. Lagi-lagi dia meminta maaf karena tidak bisa makan bersama. Dia pun tak bisa membuang waktu terlalu banyak. Jika tidak, pria menyebalkan itu tidak akan mau bertemu dengannya.

***

Nick sedang menunggunya. Segelas anggur berada di tangan. Pria itu berdiri di depan jendela kamar, memandangi pemandangan kota yang indah pada malam hari. Dia melihat waktu sesekali dari jam tangan mewah yang melingkar di lengannya.

Sebentar lagi jam 07.00. Dia yakin Valerie pasti akan datang. Minuman diteguk sampai habis. Tatapannya kembali tertuju pada pemandangan.

Selama puluhan tahun dia pergi ke Inggris, dia tidak pernah berniat kembali ke Amerika. Semua itu disebabkan pengkhianatan yang dilakukan oleh pamannya yang menyebabkan mereka memilih pergi.

Tidak ada yang tahu akan hal itu. Dia dibawa pergi oleh kedua orang tuanya ke Inggris dan selama puluhan tahun itu pula, dia harus mengalami kerasnya kehidupan. Jatuh bangun dia memulai bisnisnya, semua tentu tidak mudah.

Dia merasa jika dia tak pantas untuk Valerie, oleh karena itu dia hampir melupakan Valerie meskipun dia telah mendapatkan kesuksesan. Jika bukan karena pesta anggur yang dia hadiri, kemungkinan besar dia tidak akan bertemu dengan Valerie.

Senyum tipis terukir di bibir ketika bel di pintu berbunyi. Nick kembali melihat jam tangan mewahnya. Valerie datang tepat waktu.

Gelas kosong diletakkan ke atas meja. Nick melangkah menuju pintu ketika Valerie kembali membunyikan bel untuk yang kedua kalinya.

Valerie mulai kesal. Entah apa yang pria itu lakukan. Jika Nick tidak juga membuka pintu, maka dia akan pergi. Dia berniat mengetuk untuk yang terakhir kali. Namun, sebelum niatnya terjadi, pintu kamar itu sudah terbuka.

Secara refleks, Valerie melangkah mundur. Tatapan matanya tertuju pada pria yang berdiri gagah di hadapannya. Kamar itu sedikit gelap. Akan tetapi, dia bisa melihat dengan jelas postur tubuh Nick yang tegap.

Penampilannya begitu rapi. Rambut hitamnya tersisir rapi ke belakang. Meski dia tidak dapat melihat bola matanya, tapi dia bisa merasakan tatapan tajam dari pria itu.

Kedua tangan sudah berada di saku celana. Nick pun tidak melepaskan pandangannya dari Valerie. Sejak dulu sampai sekarang, dia selalu mengagumi kecantikan Valerie.

“Kau ingin melihat aku sampai kapan?” pertanyaan Nick menyadarkan Valerie.

“Oh, hm,” Valerie jadi salah tingkah.

“Masuklah!” Nick membuka pintu dengan lebar untuknya.

“A-apa kita akan berbicara di dalam?”

“Tidak perlu khawatir. Aku bukan bajingan!” Nick melangkah pergi, meninggalkan dirinya.

Valerie segera masuk dan menutup pintu kamar itu dengan rapat. Dia tidak akan berlama-lama, dia akan segera pergi setelah mereka membuat kesepakatan.

“Sekarang katakan, untuk apa kau mencariku?” dua gelas kosong diambil, Nick mengisinya dengan anggur.

“Aku rasa kau sudah tahu jika aku membutuhkan bantuanmu untuk membawaku kembali ke Inggris.”

“Bukankah kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan? Aku rasa, kau tinggal menyetujui permintaanku saja!”

“Ayolah, Nick. Aku baru bercerai, apa kau tidak salah dengan permintaanmu itu?”

“Tidak!” Nick menghampiri Valerie, dan memberikan minuman padanya.

“Aku tidak mau yang lainnya, jadi pikirkan!”

Valerie menghela nafas. Minuman yang pria itu berikan pun diambil. Bagaimana dia bisa menyetujui permintaan Nick, sedangkan Nick meminta dirinya untuk menjadi kekasihnya.

“Tapi aku baru bercerai, Nick.”

“Aku tidak peduli dengan hal itu!” Dengan mudahnya dia menjawab demikian karena dia memang tidak peduli.

“Jangan seperti ini. Bukankah kau sahabat baik kakakku? Bantulah aku, dan bawa aku kembali ke Inggris. Jika aku berpura-pura ingin belajar bisnis denganmu, aku yakin keluargaku akan mengizinkan aku kembali ke sana.”

“Jadi kekasihku, maka aku akan membawamu ke Inggris!” Tidak perlu banyak bicara, dia tidak akan mengubah keinginannya.

“Nick!” Valerie benar-benar kesal.

“Pikirkanlah, aku tunggu jawabanmu saat ini juga!” Nick melangkah pergi, meninggalkan dirinya.

Gelas anggur dicengkram dengan kuat. Untuk apa Nick menginginkan hal itu darinya? Dia tidak yakin, dengan niat pria itu. Dia baru bercerai dan hari perceraiannya masih dapat dihitung dengan jari.

Apakah pantas dia memiliki kekasih di saat dia baru saja bercerai? Lagi pula, apa tujuan Nick meminta dirinya untuk menjadi kekasihnya?

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Lianty Itha Olivia
babnya gk bs dibuka
goodnovel comment avatar
Jess'icha Vernesialing
nick kamu mmng menyebalkan.........
goodnovel comment avatar
violet_violet
semangat nick.. reader menunggu km berhasil
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status