Mau tidak mau, dia harus pergi menemui Nick. Valerie baru kembali dari rumah kakaknya. Dia menghabiskan waktu cukup lama dengan si kembar yang sangat menggemaskan.
Tidak ada yang tahu jika dia akan pergi menemui Nick Russel. Dia tidak memberitahu kakaknya akan hal itu. Begitu kembali, Valerie segera bersiap-siap. Nick menunggunya pukul 07.00 malam. Dia tidak boleh terlambat karena jika sampai dia terlambat, maka pria itu tidak akan mau menemuinya. Menyebalkan. Entah kenapa pria itu benar-benar menyebalkan. Jika bukan karena dia memiliki kepentingan, maka dia tidak sudi pergi menemui Nick. Tidak salah jika dia tidak menyukai Nick. Sikap menyebalkannya tidak pernah berubah bahkan sikap menyebalkannya itu, semakin menjadi dibandingkan dulu. “Kau mau pergi ke mana, Valerie?” Ibunya bertanya ketika melihat putrinya sedang bersiap-siap. “Sepertinya aku tidak bisa makan malam dengan kalian, Mom.” “Kenapa? Mommy sudah menyiapkan makanan kesukaanmu tapi kenapa kau tidak bisa makan bersama?” “Maaf, Mom. Aku harus pergi karena ada urusan penting. Tolong jangan tersinggung.” “Urusan penting apa, coba jelaskan. Mommy akan mengizinkan kau pergi setelah kau menjelaskan ke mana kau akan pergi.” “Aku ingin menemui seseorang,” dia jadi ragu untuk menyebut nama Nick. “Siapa?” Alice memandangi putrinya dengan tatapan curiga. Jangan katakan, mantan suami Valerie datang dari Inggris dan ingin bertemu dengannya. Jangan katakan pula putrinya ingin menemui pria itu secara diam-diam. “Aku ingin bertemu dengan teman lama yang sudah lama tidak aku jumpai,” dustanya. “Apa kau tidak berbohong, Valerie?” “Tentu saja tidak!” Valerie sudah selesai menyisir rambutnya. Dia berjalan mendekati ibunya yang duduk di sisi ranjang. “Aku tidak berbohong. Aku ingin pergi menemui sahabat lamaku. Percayalah padaku, Mom.” “Baiklah. Mommy pikir mantan suamimu datang dan kau ingin menemuinya secara diam-diam.” “Demi Tuhan, Mom. Aku tidak mungkin melakukan hal itu. Jika sampai aku melakukannya, lalu untuk apa aku menandatangani surat perceraian itu? Sudah aku katakan pada Mommy, jika aku tidak akan mengecewakan kalian lagi,” rupanya itu yang ibunya pikirkan tapi kekhawatiran ibunya memang tidak salah. “Mommy percaya padamu, Valerie.” “Jadi aku boleh pergi, bukan?” “Tentu saja tapi jangan pulang terlalu malam.” “Thanks, Mom. Aku sudah harus pergi,” tas yang ada di atas ranjang diambil. Dia harus bergegas karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 lewat. Valerie berpamitan pada ibunya. Dia juga berpamitan pada ayahnya. Lagi-lagi dia meminta maaf karena tidak bisa makan bersama. Dia pun tak bisa membuang waktu terlalu banyak. Jika tidak, pria menyebalkan itu tidak akan mau bertemu dengannya. *** Nick sedang menunggunya. Segelas anggur berada di tangan. Pria itu berdiri di depan jendela kamar, memandangi pemandangan kota yang indah pada malam hari. Dia melihat waktu sesekali dari jam tangan mewah yang melingkar di lengannya. Sebentar lagi jam 07.00. Dia yakin Valerie pasti akan datang. Minuman diteguk sampai habis. Tatapannya kembali tertuju pada pemandangan. Selama puluhan tahun dia pergi ke Inggris, dia tidak pernah berniat kembali ke Amerika. Semua itu disebabkan pengkhianatan yang dilakukan oleh pamannya yang menyebabkan mereka memilih pergi. Tidak ada yang tahu akan hal itu. Dia dibawa pergi oleh kedua orang tuanya ke Inggris dan selama puluhan tahun itu pula, dia harus mengalami kerasnya kehidupan. Jatuh bangun dia memulai bisnisnya, semua tentu tidak mudah. Dia merasa jika dia tak pantas untuk Valerie, oleh karena itu dia hampir melupakan Valerie meskipun dia telah mendapatkan kesuksesan. Jika bukan karena pesta anggur yang dia hadiri, kemungkinan besar dia tidak akan bertemu dengan Valerie. Senyum tipis terukir di bibir ketika bel di pintu berbunyi. Nick kembali melihat jam tangan mewahnya. Valerie datang tepat waktu. Gelas kosong diletakkan ke atas meja. Nick melangkah menuju pintu ketika Valerie kembali membunyikan bel untuk yang kedua kalinya. Valerie mulai kesal. Entah apa yang pria itu lakukan. Jika Nick tidak juga membuka pintu, maka dia akan pergi. Dia berniat mengetuk untuk yang terakhir kali. Namun, sebelum niatnya terjadi, pintu kamar itu sudah terbuka. Secara refleks, Valerie melangkah mundur. Tatapan matanya tertuju pada pria yang berdiri gagah di hadapannya. Kamar itu sedikit gelap. Akan tetapi, dia bisa melihat dengan jelas postur tubuh Nick yang tegap. Penampilannya begitu rapi. Rambut hitamnya tersisir rapi ke belakang. Meski dia tidak dapat melihat bola matanya, tapi dia bisa merasakan tatapan tajam dari pria itu. Kedua tangan sudah berada di saku celana. Nick pun tidak melepaskan pandangannya dari Valerie. Sejak dulu sampai sekarang, dia selalu mengagumi kecantikan Valerie. “Kau ingin melihat aku sampai kapan?” pertanyaan Nick menyadarkan Valerie. “Oh, hm,” Valerie jadi salah tingkah. “Masuklah!” Nick membuka pintu dengan lebar untuknya. “A-apa kita akan berbicara di dalam?” “Tidak perlu khawatir. Aku bukan bajingan!” Nick melangkah pergi, meninggalkan dirinya. Valerie segera masuk dan menutup pintu kamar itu dengan rapat. Dia tidak akan berlama-lama, dia akan segera pergi setelah mereka membuat kesepakatan. “Sekarang katakan, untuk apa kau mencariku?” dua gelas kosong diambil, Nick mengisinya dengan anggur. “Aku rasa kau sudah tahu jika aku membutuhkan bantuanmu untuk membawaku kembali ke Inggris.” “Bukankah kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan? Aku rasa, kau tinggal menyetujui permintaanku saja!” “Ayolah, Nick. Aku baru bercerai, apa kau tidak salah dengan permintaanmu itu?” “Tidak!” Nick menghampiri Valerie, dan memberikan minuman padanya. “Aku tidak mau yang lainnya, jadi pikirkan!” Valerie menghela nafas. Minuman yang pria itu berikan pun diambil. Bagaimana dia bisa menyetujui permintaan Nick, sedangkan Nick meminta dirinya untuk menjadi kekasihnya. “Tapi aku baru bercerai, Nick.” “Aku tidak peduli dengan hal itu!” Dengan mudahnya dia menjawab demikian karena dia memang tidak peduli. “Jangan seperti ini. Bukankah kau sahabat baik kakakku? Bantulah aku, dan bawa aku kembali ke Inggris. Jika aku berpura-pura ingin belajar bisnis denganmu, aku yakin keluargaku akan mengizinkan aku kembali ke sana.” “Jadi kekasihku, maka aku akan membawamu ke Inggris!” Tidak perlu banyak bicara, dia tidak akan mengubah keinginannya. “Nick!” Valerie benar-benar kesal. “Pikirkanlah, aku tunggu jawabanmu saat ini juga!” Nick melangkah pergi, meninggalkan dirinya. Gelas anggur dicengkram dengan kuat. Untuk apa Nick menginginkan hal itu darinya? Dia tidak yakin, dengan niat pria itu. Dia baru bercerai dan hari perceraiannya masih dapat dihitung dengan jari. Apakah pantas dia memiliki kekasih di saat dia baru saja bercerai? Lagi pula, apa tujuan Nick meminta dirinya untuk menjadi kekasihnya?Valerie belum bisa mengambil keputusan untuk menjadi kekasih Nick. Itu bukanlah hal mudah karena tidak ada perasaan sama sekali antara dirinya dengan Nick. Dia masih berdiri di tempat, tak dapat mengambil keputusan. Sudah lima menit berlalu, dia masih berada dalam kebimbangan. Antara menjadi kekasih Nick, atau melupakan dendamnya, dia harus memilih antara satu.Nick mulai gusar. Apakah sulit hanya mengambil keputusan untuk menjadi kekasihnya? Sudah lima menit berlalu, Valerie seperti penghias kamar saja.“Kenapa kau belum juga mengambil keputusan, Valerie? Apakah menjadi kekasihku adalah sesuatu yang hal yang sulit kau lakukan?” Entah kenapa, sejak dulu Valerie tak pernah menyukai dirinya.Dia sudah tahu siapa suami Valerie. Jonathan Hart bukanlah pria yang tepat untuk Valerie. Wanita seperti Valerie memerlukan pria yang bisa menjadi pemimpin, bukan pria lembek seperti Jonathan. Valerie menghela nafas. Minuman yang tak dia sentuh diletakkan ke atas meja. Dia bingung, keputusan apa y
Surat perceraian yang telah ditandatangani oleh Valerie telah terkirim dan diterima secara langsung oleh Jonathan pagi itu. Dia belum tahu itu surat apa. Jonatan justru memberikan surat itu kepada ibunya.Lidya sangat senang. Akhirnya yang dia tunggu datang. Dia kira Valerie akan mempersulit mereka tapi rupanya tidak. Setidaknya si miskin itu tahu diri dan tidak membuat masalah.Tidak ada tuntutan yang diberikan oleh Valerie. Padahal dia sudah curiga jika Valerie akan meminta uang untuk perceraian itu. Dia sudah menyiapkan beberapa ribu dolar yang akan dia berikan pada Valerie sebagai kompensasi. Tentunya dengan syarat dia tidak boleh mengganggu Jonathan lagi.Wanita miskin seperti dirinya, sudah pasti menginginkan uang. Itu yang dipikirkan oleh Lidya Hart. Akan tetapi, Valerie tidak meminta apa pun untuk perceraian itu meskipun dia memiliki hak. Sangat bagus, kali ini dia memuji si miskin tidak berguna itu.“Jonathan!” Dia memanggil putranya karena Jonathan harus menandatangani s
“Tidak. Kau tidak boleh kembali ke Inggris!” Jacob menolak ketika putrinya mengutarakan keinginannya untuk kembali ke Inggris. Dia sudah berbaik hati tidak menghancurkan keluarga Hart yang telah menghina putrinya jadi dia tidak akan mengizinkan Valerie kembali ke sana. “Aku harus kembali, Dad,” demi balas dendam, dia harus mendapatkan izin. “Untuk apa kau kembali ke sana, Valerie? Apa kau tidak bisa melupakan mantan suamimu itu sehingga kau ingin kembali untuk menemui dirinya?” tanya ibunya pula. Alice pun tidak akan mengijinkan putrinya kembali ke Inggris. “Bukan begitu, Mom. Aku ingin kembali bukan untuk memperbaiki hubunganku dengan Jonathan.” “Jika bukan lalu apa? Jangan membuat Daddy kecewa, Valerie. Cukup satu kesalahan yang kau lakukan, tidak ada lagi. Jangan jadi bodoh karena cinta. Apa tidak ada laki-laki lain sehingga kau masih saja mengejar pria tidak berguna itu?” “Ya ampun, Dad. Apakah aku sebodoh itu?” Dia tahu dia telah membuat kesalahan besar dengan menipu
Izin sudah didapatkan, sebentar lagi Valerie akan kembali ke Inggris. Valerie pun berpamitan pada keluarganya. Kali ini kakek dan neneknya datang. Semenjak Valerie kembali, mereka belum bertemu. John Smith dan Samantha Jackson, mereka adalah kakek dan nenek Valerie.Mereka sudah mendengar apa yang terjadi dengan pernikahan Valerie. Memang sangat disayangkan, akan tetapi semua juga salah Valerie yang menyembunyikan kebenarannya.“Kakek, Nenek,” Valerie menghampiri neneknya dan memeluknya.“Kau cucu yang nakal. Setelah menipu kami dengan pernikahanmu, kau tidak juga mencari kami setelah kau kembali dan sekarang, kau ingin pergi lagi. Jika bukan dari ayahmu maka kami tidak akan pernah tahu apa yang terjadi denganmu. Apa kau melupakan kakek dan nenekmu ini?”“Maaf, Nenek. Aku tidak bermaksud membuat kalian marah. Aku hanya sedikit sibuk dan tidak memiliki kesempatan untuk mengunjungi kalian.”“Jangan memberikan alasan yang tidak masuk akal. Sekarang katakan, kenapa kau mau kembali ke Ingg
Akhirnya dia kembali lagi ke Inggris padahal dia baru pergi seminggu yang lalu. Tidak pernah terpikir olehnya akan kembali dalam waktu secepat itu tapi untuk sementara waktu, dia tidak akan menunjukkan dirinya pada Jonathan dan keluarganya.Jangan sampai mereka menganggap dirinya sebagai wanita murahan yang bisa dekat dengan pria manapun setelah dicampakkan. Penghinaan yang mereka berikan padanya, sudah cukup baginya.Valerie sudah berada di rumah Nick. Sebuah mansion mewah yang berada di tengah kota, di sanalah dia berada saat ini. Dia tidak menyangka, Nick telah memiliki kesuksesan seperti itu. Memang tidak salah dia memutuskan belajar bisnis dengannya meski pria itu sangat menyebalkan. Valerie berdiri di depan jendela, memandangi taman yang diterangi dengan lampu yang temaram. Rasanya jadi aneh karena dia harus tinggal di rumah pria itu.Tangan yang melingkar di pinggangnya, sedikit mengejutkan. Valerie tidak berpaling, dia tahu siapa yang sedang memeluknya saat itu. Nick mengusa
Jonathan terbangun ketika dia merasakan seseorang memeluknya. Tangannya meraba, dia merasakan seorang wanita sedang berbaring di sisinya. Pria itu berbalik, memeluk wanita itu sambil menyebut sebuah nama.“Valerie,” begitu nama itu diucapkan oleh Jonathan, kedua mata Adelia terbuka.“Valerie, Honey,” Jonathan kembali memanggilnya. Kekesalan Adelia memuncak, ini bukan kali pertama Jonathan memanggilnya seperti itu.“Aku bukan mantan istrimu!” Adelia mendorong Jonathan yang membuat pria itu terkejut. Dia belum mengerti situasi. Akan tetapi, sebuah tamparan dia dapatkan dari Adelia.“Kenapa kau menamparku?” Jonathan memegangi pipinya dan menatap Adelia dengan tajam.“Sudah berapa kali kau memanggil aku seperti itu, Jonathan?” teriaknya marah, “Aku bukan mantan istrimu tapi kenapa kau selalu memanggil aku dengan namanya?!” Jika hanya satu kali mungkin dia akan sabar tapi dia sudah mendengarnya beberapa kali.Dia juga sudah membicarakan hal itu dengan Jonathan dan hanya ada kata maaf saj
Jonathan pergi bersama dengan Adelia ke sebuah butik baru yang direkomendasikan oleh ibunya untuk mencari gaun pengantin di sana. Pernikahan itu, tidak dia inginkan sama sekali tapi dia tidak bisa menolak ucapan ibunya.Setelah kepergian Valerie dari hidupnya. Dia semakin terlihat seperti boneka yang dikendalikan oleh ibunya. Sekarang terjawab sudah, kenapa Valerie begitu kecewa pada dirinya bahkan dia sendiri kecewa pada dirinya sendiri.Seandainya waktu itu dia mengambil pilihan dengan mengikuti Valerie untuk memulai berdua dari bawah, apakah kehidupannya akan seperti itu? Dia yakin kehidupannya pasti akan berbeda dan yang pasti dia tidak kehilangan Valerie.Sekarang yang tersisa hanyalah sebuah penyesalan. Dia sangat berharap sebelum pernikahannya dengan Adelia terjadi, dia dapat bertemu dengan Valerie karena dia sangat ingin memperbaiki hubungan mereka sebelum semuanya terlambat .“Jonathan, setelah kita menikah. Ke mana kita akan pergi berbulan madu?” Adeline memeluk lengannya.
Nick merangkul pinggang Valerie, membawanya menuju kasir. Melihat itu, membuat api amarah berkobar di hati Jonathan. Dia tidak terima melihat Valerie dipeluk seperti itu oleh seorang laki-laki. Jonathan menghampiri mereka. Rasa cemburu memenuhi dada. Siapa sebenarnya laki-laki itu?“Lepaskan tanganmu darinya!” Jonathan menarik bahu Nick, menyentaknya dengan kuat hingga pelukan Nick terlepas.Mereka berdua terkejut. Jonathan tidak tinggal diam, tangan Valerie ditarik lalu Jonathan berdiri di hadapannya.“Wah.. wah, ada apa ini?” Nick bersedekap dada. Dia tidak menyangka pria itu akan melakukan hal itu.“Jangan pernah menyentuhnya!” Ucap Jonathan dengan penuh emosi.“Lepaskan tanganku!” Valerie menepis tangannya hingga terlepas.“Siapa dia, Valerie?” Tanya Jonathan. Sepertinya dia lupa jika mereka hanyalah mantan.“Bukan urusanmu!” Valerie menghampiri Nick. Pria itu kembali memeluk pinggangnya.“Siapa dia, Sayang?” Nick pura-pura tidak tahu. Tatapan tajamnya tertuju pada Jonathan. Aka