Dengan cepat David langsung membopong tubuh istrinya untuk segera dibawa ke rumah sakit.
"Sayang! Apa kamu tidak pakai pelindung peluru?" tanya David sambil menarik gas segera ke rumah sakit. Bukan tanpa sebab! Pasalnya David mendengar ucapan lirih Lula, [ Anakku] apa maksudnya? David mengesampingkan dulu pemikiran demi pemikirannya, yang dia pikirkan saat ini adalah nyawa istrinya. David melirik sekilas wajah Lula yang mulai luruh dengan air mata. Melihat itu, David semakin bingung dan hanya bisa menarik gasnya dengan kencang. Istrinya tidak dalam kondisi yang baik! Sesampainya di rumah sakit, David langsung membopong tubuh Cesa yang masih meringis. "Bertahanlah, Sayang!" ucapnya sambil berlari menuju ruangan gawat darurat. "Dok, Tolong!" pekik David. Dengan cepat,"Tidak!" teriak Lula penuh dengan keterkejutan karena kehilangan janin kecil yang baru dia ketahui pagi tadi, "BOHONG! Anakku pasti masih ada!" racaunya. David hanya bisa mendekap tubuh kecil istrinya dengan erat, "Kita harus sabar, Sayang!" "Anakku, aku mau anakku, Dav!" racaunya sambil menangis terisak. Walaupun tak menginginkan anak atau berencana memiliki anak dalam waktu dekat, namun mengetahui kehamilannya membuat hatinya dipenuhi letupan cinta untuk buah hatinya."Anakku!" rintihnya. Sakit! Kehilangan janin yang bahkan belum berbentuk nyatanya cukup membuat Lula terguncang. David pun juga tak kalah sedih! Menyesal dan merasa tak berguna, karena merasa tidak bisa melindungi calon anaknya. Dan David hanya bisa mengusap pelan punggung bergetar istrinya. Keduanya saling memeluk dan meluapkan rasa sedihnya akan kehilangan calon anak mereka, calon anak yang sangat diharapkan oleh David. Cukup lama, David benar-benar tak ingin bertanya atau menuntut penjelasan apapun. David
"Kakek jahat, kakek bukan Manusia! Kakek Iblis!" teriak Olan. Olan tak pernah menyangka, Kakeknya sangat tidak tau malu setelah menghancurkan masa depan seorang gadis. Apa menurutnya yang pernah dia lakukan dulu bisa dimaafkan oleh Lula? Apa menurut kakeknya, dirudapaksa di depan kekasihnya sendiri adalah hal yang tidak mengguncang jiwa. Bahkan Olan tak berani mengingat raut wajah kehancuran Lula saat itu. Gadis yang amat sangat dia sayangi. "TURUNKAN SUARAMU! BERANINYA MEMBENTAK, KAKEK!" teriak Hanu. Brak! Olan tak lagi bisa menahannya! Kakeknya sudah sangat egois, "KAKEK! Aku bukan Olan yang dulu, jangan membuatku muak atau aku akan pergi meninggalkan Antama!" Kilat amarah tercetak jelas di dua netra Olan. Olan Tidak takut jika harus meninggalkan Antama, Olan bukannya manusia yang gila harta! "Kau tanpa Antama, tidak mungkin memiliki para anak buah yang loyal,
Olan terperanjat hingga tanpa sadar menginjak rem kakinya dengan kencang. Ciit! Brak! "Aaau!" pekik Olan saat dahinya membentur kuat kemudi, karena rem dadakannya membuat mobil di belakang tidak siap, "Akhh, sial!" Tak lama, seorang laki-laki paruh baya turun dan menghampiri Olan. Tok! Tok! Tok! Dan Olan membukanya, "Anda harus bertanggung jawab karena rem mendadak! Beruntung tidak terjadi kecelakaan beruntun!" ketusnya. "Baiklah, saya akan menanggung semua biaya perbaikannya, apa Anda juga butuh ke rumah sakit?" tawar Olan. "Tidak perlu!" Kemudian, Bapak itu pergi setelah mendapatkan kartu nama dan juga nomer ponsel Olan. Dan Olan kembali menghubungi Papanya yang sempat terputus. "Hallo, Pah?" sapanya setelah panggilan langsung diangkat. "Iya, kamu kenapa? Apa baik-baik, saja?" tanya Kenan. "Baik, Pah, hanya sedikit terkejut dan menabrak orang! Mom Selin, Pah? Aku tidak salah dengar?" tanya Olan memastikan. "Iya, Selin!""Kenapa Papah baru bilang sekarang, berarti kelua
Tak! Kenan meletakkan semua harddisk di meja, "Aku ingin memberikan ini!" Glek! "Itu? Apa itu?" ucap Selin datar sambil berbalik dan duduk. "Anggaplah sebagai permintaan maafku padamu, Selin! Maaf untuk keterdiamanku, Maaf untuk ketidakmampuanku melindungimu dulu, Maaf membawamu pada pusara sakit yang tidak bertepi dan Maaf karena tidak bisa menepati janjiku!" ucap Kenan. Selin hanya menatap datar netra laki-laki yang dulu pernah membuatnya jungkir balik. Tak ada niat membalas ungkapan Kenan sedikitpun, karena nyatanya memang benar yang dia ucapkan. Laki-laki di depannya lah yang membawanya pada pusara kesakitan yang tiada bertepi, namun Selin juga sadar bukan sepenuhnya salah Kenan. "Aku akan mempertanggungjawabkan semuanya, Selin, walaupun terlambat! Setidaknya, semoga itu bisa membuatmu ikhlas memaafkan aku!" ucap Kenan lagi. Selin kemudian mengambil hardisk itu, "Aku terima permintaan maafmu, Kenan, jangan salahkan aku mempergunakan ini sebaik mungkin!" ucapnya datar. "
"Beraninya anak seorang pelacur sepertimu berhubungan dengan cucu saya. Punya nyali kamu!" teriak kakek Hanu. Lula tengah duduk menunduk ketakutan di kamar kos 6x6 meter itu.Lula terkejut dengan kedatangan seseorang yang mengaku sebagai kakek dari kekasihnya itupun gemetaran dengan teriakan kakek Hanu. "M—maaf, Kek! Lu—" Belum selesai Lula menjawab, Kakek Hanu sudah terlebih dahulu memotong dengan suara ketusnya. "Aku bukan kakek kamu! dan aku tidak sudi menerimamu menjadi cucu menantuku ... Cucuku begitu berharga untuk gadis sepertimu, bisa jadi virus HIV ibumu ada dalam dirimu!" Ibu Lula memang tengah berada diambang kematian karena penyakit HIV yang dideritanya semenjak tiga tahun lalu. "Kek!" pekik Olan sambil memasuki kamar Lula. Olan yang akan menjemput Lula untuk kerumah sakit dikejutkan dengan kehadiran dan ancaman sang Kakek. "Olan ...!" kata kakek Hanu dan Lula bersamaan.Mereka berdua terkejut karena Olan tiba-tiba muncul."Kenapa kakek menggertak kekasihku? Aku ya
Olan membiarkan Lula menenangkan diri terlebih dahulu. Olan kembali ke rumah untuk meyakinkan Kakek, serta orang tuanya jika Lula gadis yang pantas untuk mendampinginya. Namun setelah perdebatan panjang dengan sang Kakek, nyatanya Olan tidak bisa membuat Kakeknya luluh. Olan kembali menuju kosan Lula karena mengingat tujuan awal Olan datang saat Kakek menemui Lula yaitu menemui Ibu Lula di Rumah sakit. Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum, Lula!" Salam Olan sambil mengetuk pintunya Lula."Waalaikumsalam Olan, ada apa lagi? Biarkan aku sendiri terlebih dahulu," sahut Lula dari dalam kamar kosnya. "Tidak Lula, ini soal ibu. Ibu kritis dan kita harus ke rumah sakit sekarang juga!" jawab Olan. Cklek! "Ibu?" tanya Lula dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Iya, ayo kita ke rumah sakit sekarang!" kata Olan sambil menatap mata Lula yang membengkak dengan intens. Setelahnya mereka menuju rumah sakit.Lula yang tengah bersedih karena kisah cintanya dengan sang kekasih terhalang oleh lat
Ketua preman itu menatap Olan dengan seringai menjijikan sambil melepaskan celananya.Kejadian itu membuat amarah Olan berkobar dan terus berontak berharap bisa lepas dan menghajar pria kurang ajar itu. Kemudian laki-laki itu berjalan dalam keadaan yang sudah tidak menggunakan celana mendekati Lula.Dan menggunting semua pakaian Lula. Pakaian itu lepas hingga seluruh tubuh Lula dapat dilihat oleh lima laki-laki berbadan besar itu, sambil menelan air liurnya sendiri. Olan menutup mata sambil menahan amarah dan terus berontak. Lula pun menutup matanya yang tak henti mengeluarkan air matanya sambil berontak dan berharap sebuah pertolongan."Wah, sangat ranum sekali!" kata laki-laki itu dan mulai mengambil kesucian gadis itu. Kejadian demi kejadian selanjutnya pun tak terelakkan bersama dengan ribuan air mata Lula yang jatuh. Kelima orang itu dengan bejadnya menuntaskan hasrat mereka di depan mata Olan. Lula hancur, tubuh Lula remuk redam, kesuciannya ternoda dan direnggut paksa, h
Dua tahun berlalu. Dan sayangnya, pria itu lupa untuk mengunjungi Lula.Karena sebuah ancaman Kakek Hanu yang akan menghabisi Lula jika Olan tetap menemuinya. Bahkan, Olan tidak tau jika Lula sudah dijemput di rumah sakit jiwa oleh orang tua kandungnya satu tahun lalu. Menjalani penyembuhan yang tidak mudah, dan ribuan kali percobaan bunuh diri telah Lula lakukan. Hingga akhirnya Lulan mulai stabil dan mendiami Mansion keluarga. "Sayang, Kamu sedang apa?" tanya seorang wanita paruh baya yang sangat anggun mendekati Lula yang tengah duduk di pinggir kolam. Lula menoleh dan tersenyum, "Hanya sedang menikmati sore, Mah!" Larasati, seorang wanita yang melahirkan Lula 27 tahun silam dirumah sakit sesaat sebelum lula diculik. "Kamu masih memikirkan laki-laki itu, Nak?" tanya Laras. Lula kini masih harus selalu dipantau karena disaat tertentu Lula bisa hilang akal lagi.Lula mengangguk, "Dia tidak pernah menemui Lula, Mah! Setelah semua yang terjadi dalam diri Lula. Lula memang kotor