Home / Romansa / Pembalasan Istri yang Kau Khianati / Pernikahan Yang Terlalu Mendadak

Share

Pernikahan Yang Terlalu Mendadak

Author: KSIndra
last update Last Updated: 2024-06-16 20:01:51

Tak terasa, satu jam sebelum pernikahan, Pearl duduk di depan cermin. Gaun pengantin yang dia kenakan menambah kecantikan alami dalam dirinya. Dia tidak percaya bahwa dia akan menikah dengan laki-laki yang dia sukai. Laki-laki yang terkenal di rumah sakit, di antara para perawat perempuan dan juga pasien-pasien perempuan. Entahlah, Pearl tidak mengerti kenapa Juan menyukainya.

Hembusan napas terdengar berat. "Aku akan jadi istri yang baik untuk kamu, Juan!" gumamnya.

Tak lama suara pintu membuyarkan lamunannya. Seorang laki-laki gagah berkacamata masuk ke dalam ruangan Pearl. "Dokter Harry?" gadis itu cukup terkejut melihat Harry datang ke ruangannya kala dia sendirian. Lalu dia duduk menghadap dokter Harry yang berdiri di pintu "M-mau apa Anda ke sini?" tanya Pearl sedikit takut. Jantungnya berdebar sangat kencang, sebab dia sedang berdua dengan laki-laki yang bukan kekasih atau calon suaminya.

Harry tidak menjawab, dia terus melangkah mendekati Pearl. "Kau harus membatalkan pernikahan ini dengan Juan dan juga pendonoran ginjalmu pada Peige!" serunya terlihat sangat serius. Bahkan Pearl belum pernah melihat Harry berbicara seserius ini padanya.

"Kenapa? Kenapa aku harus membatalkan semuanya? Dan apa yang kau inginkan dariku?"

"Aku tidak ingin apa-apa, Pearl. Aku hanya tidak ingin kamu melakukan ini semua. Sebab ...." Kalimat Harry terhenti. Dia terdiam sambil mengontrol emosinya.

"Sebab apa? Katakan padaku Harry!" Pearl kian penasaran. Dia ingin tau kelanjutan dari kalimat yang terhenti di bibir Harry. Pearl menjadi gelisah, kalimat itu penuh teka-teki yang tidak dia mengerti sama sekali.

"Dia itu penjahat, dia tidak pernah mencintai kamu, Pearl. Dia hanya membutuhkan ginjalmu dan harta milik kakekmu!" Dia tidak bisa menahan emosinya yang sudah terlalu meluap-luap. Nada suaranya meninggi.

"Lalu siapa yang mencintai aku? Apakah kamu, dokter Harry?"

Harry tersentak kaget mendengar ucapan Pearl itu. "A-aku ... aku ...." bibirnya seolah kelu, kaku untuk melontarkan kata-kata yang sudah dia persiapkan tadi di otaknya. Menjadi sangat salah tingkah, wajahnya sedikit memerah, lalu memalingkan wajah agar Pearl tidak mengetahui tentang perasaannya pada gadis itu.

"Pernahkah kau sekali saja menegurku? Apakah kau juga pernah mengajakku berbicara selama aku bekerja? Di mana kamu saat teman-teman di rumah sakit membully-ku? Apakah kau membelaku, dokter Harry?" tanya Pearl berdiri. "Tapi kau diam saja, namun ketika aku adalah cucu dari pemilik rumah sakit itu dan grup XYG, sikapmu mulai berubah padaku. Apakah karena dulu aku orang miskin, jadi kau tidak mempedulikan aku sama sekali?"

"Bukan ... bukan itu maksudku!" Dokter Harry terlihat gugup, dia tidak mau Pearl mejadi salah sangka padanya.

"Lalu apa?"

"Gak, aku ke sini hanya ingin memberitahumu tentang Juan dan keluarganya. Itu terserah kamu mau percaya atau tidak, bukan membicarakan masalah aku, Pearl." Harry membalikkan badannya, lalu hendak pergi keluar.

"Kenapa? Kenapa kau hanya menjelek-jelekkan Juan semenjak aku dekat dengannya? Kenapa kau baru berbicara setelah aku menjadi pewaris tunggal dari kerajaan bisnis kakekku, Harry?"

Langkah kakinya berhenti, "Suatu saat kamu akan tau apa maksud diamku padamu, Pearl!" ujar Harry. "Selamat atas pernikahanmu, dan aku sudah mengatakan semua padamu." Suara pintu tertutup terdengar keras.

Pearl menghela napas, dia duduk lemas di kursi depan cermin dengan kepala tertunduk. "Kenapa aku jadi begini? Dan apa maksud ucapannya? Apakah semua yang dikatakan dokter Harry tentang keluarga Juan benar?" gumamnya berpikir keras.

Tak lama, seorang laki-laki lebih tua dari ibunya Juan datang mengenakan tongkat dan dikawal dua ajudannya. "Kakek." Pearl membalikkan badannya menghadap laki-laki tua itu.

"Pearl cucuku!" ujarnya duduk di sofa ruang ganti pengantin wanita. Napasnya sedikit tersenggal-senggal, terdengar begitu sulit dihembuskan. Walaupun begitu, laki-laki menginjak usia 70 tahun itu masih terlihat tampan dan berkharismatik. "Aku tidak percaya kau akan menikah secepat ini."

"Bukankah kakek menyuruhku segera menikah dengan laki-laki pilihanku?"

"Ya, aku tau itu. Tapi aku tidak pernah menyangka akan secepat ini kamu akan meninggalkan kakek setelah seminggu aku menemukanmu, Pearl," katanya ter-engah-engah. "Dan bodohnya aku, tidak mengetahui kamu bekerja di rumah sakit milikku sendiri selama lima tahun," katanya lagi. Lalu dia bangun, menghampiri Pearl.

"Tapi, apa kau yakin akan menikah dengan laki-laki itu?" tanya laki-laki tua itu. Pearl mengangguk. "Dan kamu tau, Pearl, seminggu lalu, sebelum kamu mengenalkan Juan pada kakek, kakek pikir kamu akan menikah dengan dokter Harry!"

"Aku sangat yakin, Kek. Sebab, cuma Juan yang bersikap sama ketika aku belum bertemu kakek sampai aku menjadi ahli waris kakek satu-satunya. Dia tidak berubah seperti orang-orang termasuk dokter Harry," jawab Pearl sangat yakin bahwa Juan adalah laki-laki baik.

Laki-laki tua itu berdehem, "Baiklah kalau kamu sudah yakin menikah dengan Juan." Lalu mencium kepala cucu tersayangnya. "Lebih baik kita keluar sekarang, sudah waktunya pernikahan kamu dimulai," sambung laki-laki tua itu lagi. Pearl tersenyum, kemudian menyalipkan tangannya di antara lengan kakeknya.

Sesaat pikiran kakeknya teringat kala dia kehilangan Pearl saat kecelakaan mobil akibat rem blong. Hampir sebagian hidupnya hilang ketika cucunya tidak bisa ditemukan di lokasi kejadian. Betapa rindunya dia selama belasan tahun, tak ada yang menemani, tak ada senyuman cucu tersayangnya kala dia kesepian.

Hingga dua minggu lalu, dia baru menemukan Pearl di rumah sakit tempatnya bekerja. Anehnya, dia sama sekali tidak mengenali Pearl kala keduanya bertemu. Ronald sadar, sikap Pearl banyak mirip dengan putri semata wayangnya. Tetapi dia tidak mau gegabah akibat terlalu banyak anak gadis yang mengaku-ngaku sebagai cucunya. Hingga dua minggu lalu, kala tangan Pearl terluka, Ronald memerintahkan anak buahnya untuk membawa sample darah gadis itu ke laboratorium untuk di periksa DNA-nya, dan hasilnya sungguh mengejutkan. Pearl adalah cucunya, gadis yang sering menemaninya ketika dia dirawat di rumah sakit itu.

Ronald juga berharap Pearl menikahi Harry, menurut instingnya, Harry jauh lebih baik dibanding Juan. Namun semua keputusan berada di tangan Pearl. Lako-laki tua itu tidak mau mengekang demi kebahagiaan cucu tersayangnya. Dia juga tidak mau kejadian seperti putrinya terulang lagi. Ronald terlalu memaksa putrinya, yaitu ibu dari Pearl itu agar menikah dengan laki-laki pilihannya. Sayangnya, sikap keras di dirinya membuat putrinya kabur dengan laki-laki pilihannya sendiri. Hingga lima tahun kemudian dia baru menemukan putrinya yang sudah memiliki anak, bernama Pearl Anastasia.

Kaki keduanya melangkah berayun menuju altar, di depan ada Juan. Di setiap sisi ada para tamu undangan, di bangku bagian depan ada wanita tua. Peige duduk di samping ibunya menggunakan kursi roda. "Selamat datang Pearl. Sebentar lagi, kau akan memasuki gerbang neraka, Pearl." bisik wanita tua penuh kebencian.

Pearl diserahkan Ronald ke Juan. Lalu Juan membawanya ke depan Altar, keduanya berdiri di hadapan seorang pendeta. Janji suci pun dibacakan, untuk saling setia, sehidup dan semati. Keduanya berciuman, setelah cincin disematkan. Mereka pun keluar dari gereja dengan wajah yang bahagia.

Pesta pernikahan Juan dan Pearl berlangsung meriah, walau ada satu ekspresi wajah terlihat tak bahagia dari kejauhan, namun semua tamu undangan bahagia dengan pernikahan Pearl dan Juan. Mereka berdansa, tertawa dan meminum semua wine yang disediakan tuan rumah. Makanan lezat dan mewah pun habis di makan.

"Sayang, ayo kita ke kamar. Aku sudah tidak tahan ingin bercinta denganmu!" ujar Juan berbisik di telinga Pearl. Malu-malu gadis itu mengangguk.

Juan menggandeng Pearl memisahkan diri dari para tamu. Lalu menggendongnya ketika mereka sudah sedikit jauh dari keramaian. Juan membawa gadis itu ke dalam kamar, lalu menurunkannya disaat keduanya sampai di dalam kamar, mereka berciuman. Dan ini kali pertama Pearl melakukan ciuman dengan seorang laki-laki.

Pearl gadis yang lugu, seumur hidupnya belum pernah melakukan ciuman. Bahkan dia tidak pernah berpacaran. Sebab, tak ada yang tertarik padanya, hidupnya hanya sekolah, kerja lalu pulang. Benar-benar kehidupan yang membosankan selama ini. Dan saat ini dia sangat bergairah kala cumbuan demi cumbuan mendarat dari bibir Juan ke seluruh tubuhnya.

Mereka melakukan dengan sangat panas, bersemangat. Hingga suara erangan terdengar erotis. Keduanya dalam mabuk asmara yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Tanpa berhenti.

Lalu mereka melakukannya lagi dan lagi sebelum para tamu pulang. "Ini sangat enak sayang!" kata Juan setelah menghabiskan malam pertama pernikahannya dengan Pearl bercinta. "Apakah kamu menyukainya?"

Pearl menjawab pelan dan malu-malu. Hubungan intim malam ini kali pertama dia melakukan seumur hidupnya, dan dia sangat menyukainya.

Namun, di balik kebahagian Pearl malam ini, akan ada penderitaan yang sedang menunggunya. Pearl tidak pernah tau, hanya Juan beserta keluarganya yang tau akan ini.

****

Related chapters

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Kematian Ronald

    Seminggu kemudian, tepatnya di rumah sakit. Keadaan Peige memburuk, dia sangat kesakitan ketika penyakitnya kambuh. Tubuhnya meringkuk sambil memegang bagian bawah perutnya. "Bu ... Bu, aku sudah gak tahan lagi!" katanya merintih. Wanita tua itu tidak tau lagi harus berbuat apa. "Sebentar, Ibu akan memanggilkan dokter!" ujarnya keluar kamar rawat Peige. Di luar, wanita tua itu berteriak memanggil dokter san suster. Seorang suster sibuk memanggil dokter melalui pengeras suara. Tak lama, dokter Harry datang bersama satu orang suster di belakangnya. "Dok, penyakit anak saya kambuh lagi!" katanya ketakutan. Sebab, wajah Peige sangat pucat. Keringat banyak yang keluar dari pori-pori kulit seluruh tubuhnya. Ditambah dia terus merintih kesakitan. "Saya periksa dulu, ya, Bu!" tandas dokter Harry mulai memeriksa keadaan Peige, sebenarnya, dokter Harry tau apa yang harus dilakukan terhadap pasien satu ini. Peige harus segera di operasi, tingkat kerusakan pada ginjalnya membuatnya harus sege

    Last Updated : 2024-07-02
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Sikap Juan Yang Mulai Berubah.

    Prosesi pemakaman Ronald sudah selesai dilakukan. Juan tersenyum senang ketika kakinya melangkah meninggalkan tanah kuburan yang sedikit basah. Tetapi tidak dengan Pearl, perempuan itu amat kehilangan keluarga satu-satunya, air mata tidak pernah berhenti menetes sepanjang dia mengantarkan Ronald ke peristirahatan terakhir. Juan masuk ke dalam mobil lebih dulu, sikapnya sedikit berubah. Dia tidak lagi membukakan pintu seperti saat berpacaran maupun sebelum kakeknya meninggal. Pearl sedikit kaget, namun dia tidak mau berlarut-larut dengan masalah sepele seperti ini. Dia membuka pintu mobil lalu duduk di samping laki-laki tampan namun berhati buruk. "Berhentilah menangis, aku tidak suka dengan perempuan yang bisanya hanya menangis!" seru Juan ketus. Dia menjadi dingin, dan lupa tentang adiknya yang masih membutuhkan ginjal dari Pearl. "Tapi dia kakekku, Juan! Apa salah aku menangisinya?" sanggah Pearl sedikit kecewa dengan sikap suaminya yang berubah. "Orang mati tetaplah orang m

    Last Updated : 2024-07-02
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Harta Warisan

    Anderson membaca surat wasiat Ronald bait per bait, hingga akhirnya dia selesai membacakan surat wasiatnya. Namun, tidak ada nama Juan di sana. Hanya nama Pearl sebagai pewaris tunggal yang berhak menerima semua warisan Ronald. Dahi Juan mengkerut, wajahnya menjadi panas. Dia marah, sangat marah ketika telinganya tidak satupun disebut saat pembagian harga Ronald, sepeserpun dia tidak mendapatkan warisan yang dijanjikan Ronald kala dia diperkenalkan Pearl pada si kakek tua. "Tunggu dulu!" Tahan Juan tak terima. "Apakah Anda gak salah baca atau menuliskan surat wasiat ini saat Ronald membacakannya?" tanya Juan masih penasaran. Dia pikir, seharusnya ada nama dia di antara daftar pembagian harta serta usaha yang dimiliki Ronald. "Tidak Tuan, semua sudah saya bacakan seperti yang Tuan Ronald katakan pada saya waktu itu!" Tegas Anderson meyakinkan. Juan merampas surat wasiat itu. Dia mulai membaca tiap kata yang tertulia di selembaran kertas itu, "Tidak mungkin, seharusnya ada namaku!

    Last Updated : 2024-07-04
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Cinta Bertepuk Sebelah Tangan.

    Juan dan Pearl kembali ke parkiran setelah semuanya beres. Tangan Pearl diselipkan ke lengan laki-laki yang amat dicintainya. Lalu Pearl menyandarkan kepala di pundak laki-laki gagah nan tampan itu. Namun, ekspresi dari Juan tampak begitu jelas dia tidak menyukai sikap Pearl. Tetapi, laki-laki itu memaksakan diri agar bisa bersikap romantis sebelum semua janji Pearl dilakukan untuknya. Laki-laki itu membukakan pintu mobil dengan terpaksa. Lalu menutupnya kembali, dia bergegas masuk ke dalam. Tujuan mereka kali ini ke rumah sakit, Pearl akan mendonorkan ginjalnya untuk Peige sesuai janjinya sebelum menikah. Telepon Juan tiba-tiba berdering. Suaranya sedikit membuyarkan keromantisan di antara keduanya. Di layar ponselnya tertera tulisan "Ibu" sangat jelas. "Ibu?" Sebut Juan. "Sayang, aku angkat telepon dulu, ya!" kata Juan keluar dari mobil. Pearl menunggu dengan sabar. "Aku senang kau kembali, Juan. Dan aku harap bukan untuk sementara kamu berubah!" gumamnya melihat suaminya sedang

    Last Updated : 2024-07-05
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Pearl Yang sadar Kembali.

    "Dasar bajingan!!" pekik Harry. Lalu .... Buk. Harry mendorong Juan hingga tubuhnya beradu keras di tembok. Amarah sudah tidak bisa dibendung ketika netranya melihat laki-laki yang dulu menjadi sahabat di akademi kedokteran. Tetapi, Harry menjadi sangat membenci Juan, laki-laki di hadapannya menjadi suka mempermainkan wanita dan memanfaatkan ketampanannya hanya untuk mengambil harta para wanita. Bahkan Harry sangat tau kebejatan Juan yang mendekati Pearl. Sebab Harry, diajak kerja sama untuk mengambil keuntungan dari cucu pemilik rumah sakit. Bahkan dokter muda bergelar spesial bedah dan penyakit dalam itu mengetahui rencana gila Juan untuk merebut semua harta warisan dan ginjal dari wanita polos seperti Pearl. Lalu dokter berkacamata itu memukulnya. "Semua ini gara-gara kau, bajingan. Semua gara-gara kau memaksa gadis itu mendonorkan ginjalnya dan membuat dia meninggal di meja operasi!" teriaknya meninju wajah Juan sekali lagi. "Semua ini karena orang licik seperti kau, manusia m

    Last Updated : 2024-07-06
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Hati Yang Bahagia

    "Dokter ... dokter Harry!" teriak salah satu suster keluar dari ruang operasi dalam keadaan panik. Laki-laki berkacamata itu menoleh, suster itu datang menghampiri. "Ada apa, Sus?" "Pasien bernama Nyonya Pearl ... dia ... dia ...." kata suster itu terbata-bata. Napasnya terengah-engah. "Iya kenapa, Sus? Bicara yang benar dan jangan membuat saya penasaran!" Dokter Harry tidak sabar mendengar kalimat terusannya. "Nyonya Pearl hidup kembali," sahut suster itu menjelaskan sambil mengatur napasnya agar stabil. "Apa?" dokter Harry terkejut. Masih ada secercah harapan untuk dia bisa melihat senyumannya. "B-bagaimana bisa? Bukankan dia sudah dinyatakan meninggal?" "Saya juga gak tau, dok! Tadi ... saat saya hendak menutup wajahnya, tiba-tiba kadiografik nyonya Pearl bergerak!" terang suster itu menjelaskan, ada kecemasan yang terlihag di wajah suster itu. Ia cemas bahwa itu hanya bersifat sementara. Harry tersenyum. "Pearl, ternyata kamu masih hidup?" bisik batinnya senang. "Pearl ...

    Last Updated : 2024-07-08
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Rencana Juan

    Juan penasaran dengan sikap Harry, kata-katanya penuh misteri. Dia juga tidak memberitahu di mana Pearl sekarang. "Sial, rencanaku bisa berantakan bila perempuan itu masih hidup," bisik batin Juan sambil memukul dinding. "Gak ... aku harus mencari tau di mana Pearl sekarang!" Dia bergegas melangkah ke resepsionis. Juan mengira bagian resepsionis sumber informasi yang bisa mengetahui Pearl berada. "Siang Devina," sapa Juan pada resepsionis cantik. Laki-laki itu mengeluarkan pesonanya untuk mendapatkan informasi pada gadis yang baru saja lulus kuliah ini. "Eh ... d-dokter Juan!" Devina terlihat malu-malu, wajahnya terlihat memerah. Pesona Juan memang tidak ada yang bisa mengalahkannya. Bagi semua wanita yang bekerja di rumah sakit itu Juan terlalu tampan, beribawa dan penuh pesona uang bikin para wanita jatuh hati. "A-ada yang bisa saya bantu?" tanya gadis itu gugup. "Ya Devina, bisa minta tolong di mana kamar rawat istri saya bernama Pearl. Saya ke ruang UGD, dia gak ada di san

    Last Updated : 2024-07-09
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Rencana Yang Gagal

    Suster Erina tampak gelisah setelah melihat apa yang hendak Juan lakukan pada Pearl dari celah pintu yang sedikit terbuka. "Gawat ... bagaimana ini? Dokter Juan mau membunuh istrinya sendiri!" pikir Suster Erina. "Sekarang aku harus apa? Aduuh ... semua ini karena kebodohanku, seharusnya aku tidak memberitahu dokter Juan." Dia pusing sendirian di depan pintu, rasa gelisahnya berubah menjadi ketakutan. Dia juga merasa bersalah atas kebodohannya, dia mengkhianati amanah Harry dan membocorkan rahasia mereka berdua pada Juan. "Tidak ... tidak ... tidak, aku harus memberitahu dokter Harry sekarang juga. Sebelum semuanya terlambat dan aku terus-terusan merasa bersalah!" Tanpa pikir panjang, suster Erina bergegas mencari Harry. Dia mendatangi ruang Harry memeriksa pasiennya. Namun, tak ada dokter Harry di ruangannya. Hanya ada suster yang biasa membantu dokter Harry saat bekerja. "Suster Anna, apakah kamu melihat dokter Harry?" Wajah Erina kini terlihat pucat, pikirannya tidak fokus

    Last Updated : 2024-07-10

Latest chapter

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Keluarga Juan Yang Picik.

    Harry baru kembali dari gereja rumah sakit. Di tampak lesu dan tak semangat, pakaiannya masih banyak noda darah milik Pearl. Wajahnya terlihat kuyu dengan keringat yang masih membekas di kulit wajahnya yang putih. Dia menghela napas, duduk menyandar di kursi taman yang sepi dan tenang. "Kenapa tidak berhasil? Kenapa doaku tidak bisa membuat Pearl bangun kembali seperti laki-laki itu?" bisik batin Harry, dia benar-benar kehilangan sosok wanita yang dia cintai. "Maaf, dok!" Sebuah suara mengagetkannya. Harry mendongak. "Ya sus, ada apa?" tanya Harry. "Maaf dok, untuk jenazah Nyonya Pearl selanjutnya mau diapain ya?" Harry menghela napas sekali lagi, lalu kepalanya menunduk kembali. "Coba kau tanyakan pada Dokter Juan, saya tidak ada hak untuk menentukan jenazah Pearl selanjutnya!" jawab Harry pupus harapan. Sebab, dia memang tidak punya hak apapun atas jenazah Pearl yang masih berada di ruang operasi. Walau sebenarnya dia amat ingin mengurus jenazah Pearl dan bisa melihat wajah per

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Tuntutan Sabrina.

    Ponsel Juan berdering pada waktu yang kurang tepat. Kepalanya pusing, dan hatinya dongkol gara-gara surat wasiat Pearl yang membuat dia sedikit gila. Semua di luar prediksi, harta yang diberikan Pearl hanya setengah dari seluruh harta milik perempuan itu. "Halo Bu!" kata Juan agak malas menjawab panggilan telepon Ibunya. "Juan, gimana? Apa kamu sudah mendapatkan harta milik perempuan itu?" tanya Sabrina. "Aaah ... rasanya Ibu gak sabar buat berbelanja, beli baju, perhiasan, sepatu baru dan tas-tas mahal!" katanya bersemangat. Juan menarik napas, lalu menghembuskan napas panjangnya. "Sudah, Bu! Besok pengacara itu akan mengirimkan salinan dari akta kepemilikan harta milik perempuan sialan itu!" ujar Juan. "Benarkah itu, Juan?" "Benar, Bu," jawab Juan lemas. Dia tau ibunya akan kecewa, harta warisan yang dia dapat hanya setengahnya saja. "Kamu dapat semua harta warisan perempuan bodoh itu kan, Juan?" tanya Sabrina sekali lagi. Dia amat penasaran dengan harta itu. Bayang

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Pembagian Harta Warisan Pearl.

    "S-saya ... tidak berani merubah surat itu, Tuan. Saya tidak merubahnya, Tuan Juan!" Buk. Satu pukulan keras menghantam pipi Anderson. Pengacara itu jatuh terjungkal. Juan tidak peduli ocehannya dan keadaan Anderson, dia menarik kerah kemeja orang kepercayaan keluarga Pearl itu. "Cepat katakan di mana surat wasiat yang asli itu? Cepat katakan sebelum saya menghajarmu sampai mampus, Anderson!" ancam Juan berteriak. "S-saya tidak berbohong pada Anda, Tuan! Saya tidak merubah apapun isi dari surat wasiat itu!" tegas Anderson merasa dirinya terpojok. Juan mendorong keras tubuh Anderson dan beradu keras dengan tembok. "Itu surat wasiat asli dari nyonya Pearl berikan pada saya, apa Anda paham perkataan saya ini?" Lalu mencekiknya, "Kau pikir saya anak kecil yang bisa dibohongi dengan kata-kata seperti ini, Anderson! Cepat berikan sebelum kesabaran saya habis, pengacara bodoh!" Sambil mengancam pengacara itu. Anderson terkekeh, "Itu salah Anda sendiri, Tuan Juan. Kenapa Anda terlalu ser

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Surat Wasiat Pearl.

    Di tempat lain, Peige dan Sabrina tertawa gembira, sesaat tadi ketika Harry berlari ke rumah sakit, Sabrina melihat laki-laki itu membawa Pearl yang penuh darah. Wanita tua itu mengikuti, penasaran dengan apa yang terjadi. Dia memperhatikan apa yang Harry lakukan pada Pearl di ruang UGD. Berusaha membuat perempuan itu bernapas kembali dengan sekuat tenaga, bibirnya menyungging, sama seperti saat ini. "Kau tau Peige, laki-laki itu menangis. Menangisi perempuan bodoh yang sekarat itu," kata Sabrina tertawa. "Padahal perempuan kampungan itu sudah mati dengan kepala dan tubuh berlumur darah!" lanjutnya, tawanya lebih kencang. Dia senang sekarang sudah tidak ada hambatan lagi untuk menjadikan Andrea menantu keluarganya, dan kekayaannya akan semakin bertambah bila pernikahan itu benar-benar terjadi. "Aah ... sukurlah. Aku sangat senang dia mampus dengan keadaan menyedihkan, Bu!" kata Peige bernapas lega. "Iya, Ibu juga bersukur dia mampus dan keluarga kita tidak lagi menjadi orang miski

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Aku Laki-Laki Jantan.

    Pearl menjadi pucat. Ucapan laki-laki itu seolah tau tentang rahasia Pearl. Pasangan setengan tua pun terdiam memandang laki-laki muda itu mengoceh seenaknya saja pada Demian. "Hei ... apa yang sudah kamu katakan pada kakak sepupumu, huh?" Wanita tua itu mengetuk kepalanya dengan garpu. "Seenaknya saja kau bilang kakak sepupumu seorang wanita! Apa kau buta, huh? Di mana matamu kau taruh, bajingan kecil!" lanjutnya kesal, mulutnya tidak berhenti mengunyah daging steak buatannya sendiri. "Aduh, Ibu, kepalaku bisa pecah dan susah mikir kalau Ibu pukul terus-menerus seperti ini!" protes laki-laki muda itu kesakitan, dia mengelus-elus kepala yang terasa sakit itu. "Salah sendiri, kenapa punya mulut tidak dijaga!" sergah wanita tua itu. Laki-laki tua hanya tersenyum mendengar pertengkarang itu. Pearl hanya bingung melihat keluarga Demian bertengkar saat makan bersama. "Aduuh ... Ibu, kenapa cerewet banget sih!" ujarnya melirik pada Demian. "Hei ... kak, apa kau mau diam saja seperti pat

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Ucapan Adik Sepupu Demian.

    Pearl langsung mandi, dia membiarkan air mengguyur tubuhnya. Sedikit demi sedikit air membasahi rambut dan tubuh yang sudah bau amis darah itu. Setelah itu, dia membasuh tubuhnya dengan sabun. Dia menghela napas ketika matanya memandang kejantanan Demian mengeras. "Aduuh, sial! Apa aku harus melakukan ini semua?" pikir Pearl, walau ini sudah kedua kalinya dia melihat kepunyaan laki-laki, tetap saja dia jijik melihatnya. Pelan-pelan dia mulai menuruni tangannya. Hendak menyentuh, "Aaah ... ini sangat memalukan. Kenapa aku harus masuk ke tubuh laki-laki?" keluhnya menarik tangan. Kemudian dia menutup mata sambil berekspresi jijik kala telapak tangannya mulai menyentuhnya. "Aaaah ... apa tidak ada tubuh wanita lain agar bisa aku rasuki?" pikirnya kesal, pikirannya mulai teringat kala Juan menyentubuhinya. Dia kian bertambah jijik, namun tangan itu asik menyabuni. Napasnya terengah-engah, menderu. "Ini benar-benar gila? Besar!" Perempuan yang berinkarnasi di tubuh Demian bergegas menyel

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Keluarga Demian

    Dia menoleh cepat, lalu menyipitkan matanya. "Siapa mereka?" tanya batinnya, dia berusaha mengingat siapa perempuan dan laki-laki setengah tua yang muncul di ambang pintu. "Sial, tak ada informasi tentang kedua orang ini?" pikirnya lagi. "Sekarang aku harus apa? Aku juga tidak tau nama mereka berdua!" Kepala Pearl mulai pusing. Wanita itu menghampiri Pearl, "Demian, benarkah ini kamu?" Wanita itu seolah menahan rindu sekaligus tak percaya bahwa Demian masih hidup. "Bibi tidak menyangka kamu masih hidup. Padahal tadi Bibi dan Pamanmu baru saja mendapat kabar bahwa kamu telah meninggal akibat serangan dari orang tak dikenal," katanya lagi, menyeka airmata yang tiba-tiba saja menetes. "Jadi ... mereka berdua bibi dan paman laki-laki ini?" pikir Pearl. Dia memperhatikan wajah keduanya. Terlihat sedih dan bahagian bercampur jadi satu di raut wajah mereka. "Bibi takut saat pihak rumah sakit dan kepolisian mengabarkan bahwa kamu telah meninggal dunia!" katanya lagi, lalu Meraih tangan

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Kehidupan Pearl Yang Baru.

    "Sekarang, aku harus mencari tau identitas laki-laki bernama Demian ini," ujar Pearl alias Demian berjalan masuk ke dalam rumah sakit. "Selamat malam, Nona!" "Oh ... Selamat malam, ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya resepsionis bersikap ramah dengan sebuah senyuman. Namun matanya mengisyaratkan bahwa dia memandang jijik pada Demian. Mungkin, dia menganggap Demian sebagai gembel berpakaian jas berpura-pura menjadi seorang kaya raya. "Saya Demian, menurut dokter Harry saya dinyatakan meninggal, apakah barang-barang saya ada di sini?" Sebut Pearl. "Baik, tunggu sebentar. Akan saya carikan dulu datanya." Resepsionis itu mulai mencari di komputer. Mengetik nama Demian di pencarian. Dahinya mengkerut, dia melihat ke Demian sekali lagi. Memastikan bahwa dia adalah orang sama. "Demian Hogwart?" "Ah ... ya!" kata Pearl. "Dinyatakan meninggal pagi tadi jam 08.00? Di ruang operasi saat ditangani dokter Harry?" kata perempuan berambut hitam sebahu menyebutkan kronologinya. "Aah ... Anda

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Kamu? Sudah Meninggal kan?

    "Aku ... sepertinya mengenali kamu?" kata dokter Harry sangat yakin. Dia memperhatikan wajarnya, sepertinya dokter Harry curiga pada Pearl."A-apa?" Pearl cukup syok mendengarnya. Tubuhnya mendadak lemas bila dirinya ketauan oleh dokter harry. "Apa a-aku ketauan olehnya?" "Kau ... Demian 'kan?" tanya Harry. Pearl terdiam, dia tidak tau nama laki-laki yang tubuhnya dirasuki. "Demian? Siapa? Aku?" tanya Pearl bertanya-tanya, sebab, dia sama sekali tidak tau nama, rumah, orang-orang terdekat dan keluarga laki-laki yang kini menjadi tubuhnya. "Apa laki-laki ini teman dokter Harry?" sambungnya. Tiba-tiba Pearl membalikkan tubuh, lalu tertawa terbahak-bahak. Dia mengira dokter Harry adalah teman tubuh Pearl sekarang. "Hei ... brother! Apa kabar?" sapanya sok akrab sambil menepuk-nepuk pundak dokter Harry. Laki-laki itu mengernyitkan dahi, dia terlihat bingung dengan sikap Pearl yang sok akrab dan sok kenal dengannya. Waah ... hebat ya kamu sekarang? Jadi dokter ahli beda hebat di rumah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status