Beranda / Romansa / Pembalasan Istri yang Kau Khianati / Cinta Bertepuk Sebelah Tangan.

Share

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan.

Penulis: KSIndra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-05 11:52:18

Juan dan Pearl kembali ke parkiran setelah semuanya beres. Tangan Pearl diselipkan ke lengan laki-laki yang amat dicintainya. Lalu Pearl menyandarkan kepala di pundak laki-laki gagah nan tampan itu. Namun, ekspresi dari Juan tampak begitu jelas dia tidak menyukai sikap Pearl. Tetapi, laki-laki itu memaksakan diri agar bisa bersikap romantis sebelum semua janji Pearl dilakukan untuknya.

Laki-laki itu membukakan pintu mobil dengan terpaksa. Lalu menutupnya kembali, dia bergegas masuk ke dalam. Tujuan mereka kali ini ke rumah sakit, Pearl akan mendonorkan ginjalnya untuk Peige sesuai janjinya sebelum menikah.

Telepon Juan tiba-tiba berdering. Suaranya sedikit membuyarkan keromantisan di antara keduanya. Di layar ponselnya tertera tulisan "Ibu" sangat jelas. "Ibu?" Sebut Juan. "Sayang, aku angkat telepon dulu, ya!" kata Juan keluar dari mobil. Pearl menunggu dengan sabar.

"Aku senang kau kembali, Juan. Dan aku harap bukan untuk sementara kamu berubah!" gumamnya melihat suaminya sedang menjawab telepon dari dalam mobil.

"Ya halo, Bu?"

"Halo Juan? Bagaimana? Kamu sudah membujuk perempuan itu?" tanya wanita tua cemas. Wajah Peige terlihat lebih pucat, terbaring lemah di ranjang dekatnya.

"Aku sudah membujuk dia, hari ini aku dan perempuan itu sedang menuju rumah sakit. Jadi ibu jangan kautir lagi masalah pendonor ginjal untuk Peige, dia akan sembuh setelah menerima donor ginjal!" ucap Juan percaya diri.

"Bagus, itu baru anak Ibu."

"Iya Bu, dan Ibu tau? Aku baru saja mendapatkan semua harta warisan perempuan bodoh itu!"

"APA?" Wanita tua itu cukup kaget mendengar ucapan Juan. "Kamu gak bercanda dengan ucapanmu kan, Juan?" kata wanita tua itu masih tidak percaya yang baru saja dia dengar.

"Gak Bu, aku baru saja kembali dari kantor pengacara, dan perempuan itu meminta pengacaranya untuk balik nama seluruh harta yang dia miliki menjadi namaku," terang Juan. Ibunya semakin senang mendengarnya. Ini kesempatan langka buat hidupnya, menjadi orang kaya secara cepat dengan membodohi perempuan lugu dan polos.

"Bagus, Ibu senang mendengarnya." Wanita itu benar-benar senang, buatnya Pearl adalah jackpot yang tidak bisa dibiarkan lolos begitu saja. "Ya sudah, lebih baik kamu segera ke rumah sakit, temui dokter Harry. Ibu mau dia segera mendonorkan ginjalnya untuk Peige!" lanjutnya, lalu menutup sambungan telepon.

"Baik Bu." Juan memasukan ponselnya ke saku celananya kembali. Lalu dia masuk ke dalam mobil. Pearl menunggu dengan sabar tanpa banyak mengoceh. "Maaf, aku agak lama menelepon." Laki-laki itu memasang sabut pengaman.

"Gak apa-apa, sayang."

"Hei ... sabuk pengamanmu belum di pasang?" tanya Juan.

"Oiya ...." Pearl mencoba memasangnya.

"Biar aku saja." Juan segera mengambil alih. Lalu memasang sabuk pengaman Pearl, wajah perempuan itu sedikit memerah. Dia menganggap sikap Juan adalah sebuah perubahan buat hubungan mereka berdua.

Roda mobil melaju pelan, mobil pun keluar dari parkiran kantor pengacara. Pearl tertidur pulas, akhir-akhir ini tubuhnya mudah capek. Sering kali dia mengantuk dan tertidur tanpa harus di kamar. Juan melirik. "Kamu memang cantik, sayangnya terlalu bodoh, dan sebentar lagi hidupmu akan seperti sampah," bisiknya membatin, sambil mengelus pipinya yang lembut.

Tak lama, tidak ada satu jam perjalanan. Roda mobil berhenti berputar. Di halaman luas Juan memarkirkan mobilnya di antara mobil-mobil lain yang sudah berjejer. "Sayang, sudah sampai," kata Juan lembut. Mata Pearl mengerjap, perlahan-lahan terbuka.

"Di mana kita?" tanya Pearl sambil mengucek mata. Dia masih terlihat mengantuk.

"Di rumah sakit. Kita turun, yuk," ajak Juan. Pearl turun setelah Juan membukakan pintu mobil. Lalu mereka berjalan beriringan, masuk ke dalam rumah sakit.

Juan dan Pearl bertemu dokter Harry. Awalnya dokter Harry sedikit keberatan, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menahan niat Pearl. Pearl dan Juan terlalu memaksa untuk operasi pencangkokan ginjal hari ini juga. Dokter Harry pun menyebutkan beberapa prosedur yang harus diikuti oleh Pearl dan form ditanda tanganinya sebelum operasi pengangkatan ginjal.

Tak ada perubahan dengan kondisi Pearl. Maka dari itu, dokter Harry mengijinkan perempuan itu mendonorkan ginjalnya hari ini juga. Tangan Pearl dipasang infus, lalu pakaiannya sudah berganti. Juan mengantarkan Pearl ke ruang operasi. Berdiri di samping perempuan itu tanpa ada ekspresi takut atau cemas.

Tangan Pearl meraih tangan Juan, laki-laki itu cukup kaget. Awalnya dia hendak menolak apa yang di lakukan istrinya itu. Namun, mengingat adiknya masih membutuhkan ginjalnya, Juan sedikit melunak demi membuat Pearl tersenyum.

"Aku takut!" kata Pearl pelan.

"Gak apa-apa sayang, dokter Harry adalah dokter bedah terbaik di rumah sakit ini. Operasi kamu pasti akan berjalan lancar," kata Juan menyemangati Pearl sambil mengusap rambut pirang Pearl.

Di depan ruang wanita tua berwajah cemas sudah lama menunggu kedatangan Pearl dan Juan, Peige sudah berada di dalam ruang operasi. "Juan ... akhirnya kamu datang juga!" katanya. Akting sungguh sempurna, di tampak terlihat sangat sedih di depan Pearl.

Lalu wanita tua itu menghampiri Pearl. "Pearl sayang, terima kasih kamu sudah mau mendonorkan ginjalmu untuk Peige," kata wanita tua itu berpura-pura iba dengan Pearl. "Kamu sehat ya, sayang. Ibu gak mau kehilangan kamu dan juga Peige," kata wanita itu berbohong. Padahal di dalam hatinya terdalam dia justru tertawa senang akan melihat Pearl mati, dia berharap nyawa Pearl tidak lagi tertolong di ruang operasi.

"Terima kasih, Bu!" kata Pearl melemah. Lalu suster mendorong masuk Pearl ke dalam ruang operasi. Tangan yang semula bertautan pelan-pelan mulai terlepas.

Di dalam, Pearl berbaring di samping Peige yang sudah tak sadarkan diri. Perempuan itu mendapati Peige begitu kurus dan pucat. Hingga terlihat tulang pipinya. Lingkar matanya pun sangat hitam. "Peige, aku akan menyelamatkanmu, aku akan membuat duniamu yang indah kembali. Aku yakin kau bisa sembuh dengan ginjalku ini, Peige," kata Pearl berbisik.

"Kamu siap, Nona Pearl?" tanya dokter Harry.

Pearl mengangguk, sebenarnya dia sedikit ragu, namun setelah melihat Peige, dia menjadi sangat yakin untuk mendonorkan ginjalnya pada adik iparnya itu. "Apa kau tidak mau berpikir lagi, Pearl. Kamu akan cacat seumur hidupmu, dan kamu juga belum tau seperti apa Juan dan keluarganya terhadapmu!" kata dokter Harry. Dia ingin Pearl membatalkan operasi ini.

"Ini bukan urusanmu, dok. Aku yakin Juan mencintaiku dan keluarganya juga menyukai keberadaanku. Jadi, lakukan saja tugasmu, dokter Harry!" pungkas Pearl tegas. Dokter Harry hanya menghela napas saja tanpa ada kata-kata lagi. Baginya, ini adalah keputusan Pearl.

"Suster, tolong ambilkan obat bius!" kata Harry. Dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa mencegah Pearl agar membatalkan niat bodohnya. Prosesi pembedahan pun dimulai, obat bius sudah membuat perempuan itu tak sadarkan diri. Darah begitu banyak menempel di sarung tangan dan juga baju operasi. Dia tampak serius membelek kulit perut Pearl.

Lalu dia luar, wanita tua itu cemas. Dia mengkhawatirkan keselamatan Peige, tidak peduli dengan hidup Pearl nantinya, begitu juga dengan Juan. Laki-laki itu justru berkirim pesan mesra dengan wanita lain, yaitu tunangannya yang tinggal di Inggris. Mereka berdua sudah berpisah selama 5 tahun, dan karena penyakit adiknya membuat Juan menjadi liar mencari wanita yang dia dekati dan dijadikan tumbal agar mau mendonorkan ginjalnya. Beruntungnya dia, bertemu dengan Pearl. Gadis itu mudah dirayu dengan pujian dan sikap manis.

Dua jam berlalu, lampu ruang operasi masih saja menyala. Selama itu juga wanita tua menunggu, dan selama itu hidup-mati Pearl dipertaruhkan di meja operasi. Tetapi Juan, selama satu jam dia tidak merasa kuatir atau peduli sedikitpun dengan nasib Pearl.

Tak lama, lampu ruang operasi mati, bebarengan dengan itu, Harry keluar. Wajahnya tampak capek dan lesu. Tak ada kebahagiaan di ekspresi wajahnya saat ini. Terlihat murung dengan wajah ditekuk. Jari jemari sibuk melepaskan sarung tangan, darah pun terlihat memenuhi di sarung tangan dan juga baju dinas miliknya.

Wanita tua itu bergegas menghampiri Harry. Juan hanya melirik, membalas chat sebentar lalu bangun dan ikut mendekati Harry. "Dok, gimana keadaannya, Dok?" tanya wanita tua bernama Sabrina.

Harry tak menjawab, justru matanya tertuju pada Juan. Tiba-tiba, emosinya meninggi ketika melihat raut wajah Juan yang biasa saja. Seperti orang yang tidak peduli pada Pearl sama sekali.

"Dasar bajingan!!" pekik Harry. Lalu ....

Buk.

*****

Bab terkait

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Pearl Yang sadar Kembali.

    "Dasar bajingan!!" pekik Harry. Lalu .... Buk. Harry mendorong Juan hingga tubuhnya beradu keras di tembok. Amarah sudah tidak bisa dibendung ketika netranya melihat laki-laki yang dulu menjadi sahabat di akademi kedokteran. Tetapi, Harry menjadi sangat membenci Juan, laki-laki di hadapannya menjadi suka mempermainkan wanita dan memanfaatkan ketampanannya hanya untuk mengambil harta para wanita. Bahkan Harry sangat tau kebejatan Juan yang mendekati Pearl. Sebab Harry, diajak kerja sama untuk mengambil keuntungan dari cucu pemilik rumah sakit. Bahkan dokter muda bergelar spesial bedah dan penyakit dalam itu mengetahui rencana gila Juan untuk merebut semua harta warisan dan ginjal dari wanita polos seperti Pearl. Lalu dokter berkacamata itu memukulnya. "Semua ini gara-gara kau, bajingan. Semua gara-gara kau memaksa gadis itu mendonorkan ginjalnya dan membuat dia meninggal di meja operasi!" teriaknya meninju wajah Juan sekali lagi. "Semua ini karena orang licik seperti kau, manusia m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Hati Yang Bahagia

    "Dokter ... dokter Harry!" teriak salah satu suster keluar dari ruang operasi dalam keadaan panik. Laki-laki berkacamata itu menoleh, suster itu datang menghampiri. "Ada apa, Sus?" "Pasien bernama Nyonya Pearl ... dia ... dia ...." kata suster itu terbata-bata. Napasnya terengah-engah. "Iya kenapa, Sus? Bicara yang benar dan jangan membuat saya penasaran!" Dokter Harry tidak sabar mendengar kalimat terusannya. "Nyonya Pearl hidup kembali," sahut suster itu menjelaskan sambil mengatur napasnya agar stabil. "Apa?" dokter Harry terkejut. Masih ada secercah harapan untuk dia bisa melihat senyumannya. "B-bagaimana bisa? Bukankan dia sudah dinyatakan meninggal?" "Saya juga gak tau, dok! Tadi ... saat saya hendak menutup wajahnya, tiba-tiba kadiografik nyonya Pearl bergerak!" terang suster itu menjelaskan, ada kecemasan yang terlihag di wajah suster itu. Ia cemas bahwa itu hanya bersifat sementara. Harry tersenyum. "Pearl, ternyata kamu masih hidup?" bisik batinnya senang. "Pearl ...

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Rencana Juan

    Juan penasaran dengan sikap Harry, kata-katanya penuh misteri. Dia juga tidak memberitahu di mana Pearl sekarang. "Sial, rencanaku bisa berantakan bila perempuan itu masih hidup," bisik batin Juan sambil memukul dinding. "Gak ... aku harus mencari tau di mana Pearl sekarang!" Dia bergegas melangkah ke resepsionis. Juan mengira bagian resepsionis sumber informasi yang bisa mengetahui Pearl berada. "Siang Devina," sapa Juan pada resepsionis cantik. Laki-laki itu mengeluarkan pesonanya untuk mendapatkan informasi pada gadis yang baru saja lulus kuliah ini. "Eh ... d-dokter Juan!" Devina terlihat malu-malu, wajahnya terlihat memerah. Pesona Juan memang tidak ada yang bisa mengalahkannya. Bagi semua wanita yang bekerja di rumah sakit itu Juan terlalu tampan, beribawa dan penuh pesona uang bikin para wanita jatuh hati. "A-ada yang bisa saya bantu?" tanya gadis itu gugup. "Ya Devina, bisa minta tolong di mana kamar rawat istri saya bernama Pearl. Saya ke ruang UGD, dia gak ada di san

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Rencana Yang Gagal

    Suster Erina tampak gelisah setelah melihat apa yang hendak Juan lakukan pada Pearl dari celah pintu yang sedikit terbuka. "Gawat ... bagaimana ini? Dokter Juan mau membunuh istrinya sendiri!" pikir Suster Erina. "Sekarang aku harus apa? Aduuh ... semua ini karena kebodohanku, seharusnya aku tidak memberitahu dokter Juan." Dia pusing sendirian di depan pintu, rasa gelisahnya berubah menjadi ketakutan. Dia juga merasa bersalah atas kebodohannya, dia mengkhianati amanah Harry dan membocorkan rahasia mereka berdua pada Juan. "Tidak ... tidak ... tidak, aku harus memberitahu dokter Harry sekarang juga. Sebelum semuanya terlambat dan aku terus-terusan merasa bersalah!" Tanpa pikir panjang, suster Erina bergegas mencari Harry. Dia mendatangi ruang Harry memeriksa pasiennya. Namun, tak ada dokter Harry di ruangannya. Hanya ada suster yang biasa membantu dokter Harry saat bekerja. "Suster Anna, apakah kamu melihat dokter Harry?" Wajah Erina kini terlihat pucat, pikirannya tidak fokus

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Sebuah Kata Yang Menyakitkan.

    Dokter Harry membalikkan tubuh, mengejar Juan. Kemudian dia menarik bahu Juan dan .... Buk. Kepalan tangan itu akhirnya benar-benar mendarat dengan cepat. Juan terjatuh di lantai. Ini kali kedua dia harus merasakan tinju dari Harry. Selama ini mereka adalah dua sahabat akrab yang tak pernah bertengkar maupun berselisih paham. Harry sudah kidung kesal. Juan selalu menekannya selama dia berambisi untuk menjadi orang paling kaya di negara ini. Bahkan dia melibatkannya dengan iming-iming pembagian harta warisan Pearl. Laki-laki itu juga sering mengintimidasi karena rasa sukanya terhadap Pearl.Suster Erina bingung. Dia ingin melerai, tapi dia takut dipukul satu di antara dua laki-laki yang lagi emosi. "Dok ... sudah hentikan, dok. Jangan berkelahi!" Hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari bibir Erina dengan wajah cemas dan bingung. Harry mengabaikan, Dia menghampiri Juan, lalu menarik kerah blezer dokternya itu. "Bangun kau sialan!" Sekali lagi, kepalan tangan itu dilayangkan. Kali

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Cerita Pearl.

    Seminggu setelah kejadian itu, Juan tak pernah lagi datang menjenguknya. Begitu juga Sabrina. Perempuan tua itu seolah menghilang walau sebenarnya dia ada di rumah sakit yang sama menemani Peige. Tetapi seolah Pearl tak pernah ada setelah semua Pearl korbankan untuk Peige dan hartanya diberikan pada Juan. Perempuan itu tidak tau apa-apa lagi tentang Juan dan keluarganya semenjak di rumah sakit. Seakan-akan dia adalah barang yang sudah usang dan harus dibuang di tempat sampah. Pearl berbaring di ranjang, tatapan matanya kosong memandamg jendela. Dia merasa kesepian, sudah 4 hari pasca operasi Juan tidak kunjung menjenguknya. Bahkan, chat dia untuk Juan pun tidak pernah dibalas. Hanya di baca saja. "Juan, kamu di mana? Kenapa tidak pernah sekalipun menjenguk atau sekedar membalas pesanku?" bisik batin Pearl resah. Dia hanya bisa menatap layar ponsel dan berharap Juan membalas pesannya. Namun sia-sia menunggunya. Walau keadaannya sudah semakin pulih, namun rasa nyeri kadang datang men

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Sebuah Pesan Foto

    "Aku mencintainya, sangat mencintainya. Tetapi hingga saat ini tak sekalipun dia menjengukku, bahka tidak membaca pesanku. Padahal aku hanya butuh perhatian darinya setelah aku memberikan semua yang aku miliki padanya." Tangan Pearl menyeka air mata yang sudah lama tak menetes. Rasa sedih bercampur kesepian membuat dia tidak kuasa menahan air mata agar tidak menetes di hadapan laki-laki lain. Tetapi, hari ini bendungan itu runtuh dalam sekejap setelah sekian tahun di tahan dalam relung hatinya. "Tidak, kamu pantas di cintai. Bahkan melebihi wanita manapun di dunia ini, mungkin dia hanya sibuk. Aku yakin dia akan datang menjengukmu, Pearl." Dokter Harry menghiburnya. Dia tidak mau pasien sekaligus perempuan cinta pertamanya bersedih dan bekas operasinya menjadi terbuka lagi. Pearl tersenyum getir. Dia sadar Juan tidak pernah mencintainya, bahkan mungkin semenjak mereka mengenal dulu. Bisa saja laki-laki itu bertujuan hanya menginginkan harta warisan kakeknya juga ginjal untuk Peige,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Kekecewaan Pearl

    "Kita mau ke mana sekarang?" Pearl tidak menjawab, dia terus melangkah di koridor rumah sakit. Harry mengeluh, lalu terdiam sambil terus mengikuti Pearl dari belakang. "Di mana ruangan Peige?" tanya Pearl setelah sekian menit terdiam. Kakinya berhenti di persimpangan koridor rumah sakit. Dia tampak bingung, sebab, belum sekalipun Pearl ke ruangan adik iparnya itu. "Mau apa Anda ke ruangan Nona Peige?" Harry sedikit kuatir. Dia takut Pearl berbuat perhitungan pada Peige setelah mengetahui perselingkuhan Juan dengan Andrea. "Jawab saja dan jangan banyak bertanya, dok!" Pearl mulai kesal. Harry berpikir keras agar Pearl tidak membuat masalah baru lagi pada keluarga Juan. "Baiklah, kalau Anda tidak mau memberitahu, saya akan cari sendiri ruanganya." Pearl memgambil arah sebelah kanan, dia tidak tau apakah langkah yang dia ambil benar atau salahm "Tunggu!" "Apalagi? Lebih baik Anda tidak usah ikut campur dan mengikuti saya," protes Pearl kesal. "Maaf, tapi ruang rawat Peige ada di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13

Bab terbaru

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Keluarga Juan Yang Picik.

    Harry baru kembali dari gereja rumah sakit. Di tampak lesu dan tak semangat, pakaiannya masih banyak noda darah milik Pearl. Wajahnya terlihat kuyu dengan keringat yang masih membekas di kulit wajahnya yang putih. Dia menghela napas, duduk menyandar di kursi taman yang sepi dan tenang. "Kenapa tidak berhasil? Kenapa doaku tidak bisa membuat Pearl bangun kembali seperti laki-laki itu?" bisik batin Harry, dia benar-benar kehilangan sosok wanita yang dia cintai. "Maaf, dok!" Sebuah suara mengagetkannya. Harry mendongak. "Ya sus, ada apa?" tanya Harry. "Maaf dok, untuk jenazah Nyonya Pearl selanjutnya mau diapain ya?" Harry menghela napas sekali lagi, lalu kepalanya menunduk kembali. "Coba kau tanyakan pada Dokter Juan, saya tidak ada hak untuk menentukan jenazah Pearl selanjutnya!" jawab Harry pupus harapan. Sebab, dia memang tidak punya hak apapun atas jenazah Pearl yang masih berada di ruang operasi. Walau sebenarnya dia amat ingin mengurus jenazah Pearl dan bisa melihat wajah per

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Tuntutan Sabrina.

    Ponsel Juan berdering pada waktu yang kurang tepat. Kepalanya pusing, dan hatinya dongkol gara-gara surat wasiat Pearl yang membuat dia sedikit gila. Semua di luar prediksi, harta yang diberikan Pearl hanya setengah dari seluruh harta milik perempuan itu. "Halo Bu!" kata Juan agak malas menjawab panggilan telepon Ibunya. "Juan, gimana? Apa kamu sudah mendapatkan harta milik perempuan itu?" tanya Sabrina. "Aaah ... rasanya Ibu gak sabar buat berbelanja, beli baju, perhiasan, sepatu baru dan tas-tas mahal!" katanya bersemangat. Juan menarik napas, lalu menghembuskan napas panjangnya. "Sudah, Bu! Besok pengacara itu akan mengirimkan salinan dari akta kepemilikan harta milik perempuan sialan itu!" ujar Juan. "Benarkah itu, Juan?" "Benar, Bu," jawab Juan lemas. Dia tau ibunya akan kecewa, harta warisan yang dia dapat hanya setengahnya saja. "Kamu dapat semua harta warisan perempuan bodoh itu kan, Juan?" tanya Sabrina sekali lagi. Dia amat penasaran dengan harta itu. Bayang

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Pembagian Harta Warisan Pearl.

    "S-saya ... tidak berani merubah surat itu, Tuan. Saya tidak merubahnya, Tuan Juan!" Buk. Satu pukulan keras menghantam pipi Anderson. Pengacara itu jatuh terjungkal. Juan tidak peduli ocehannya dan keadaan Anderson, dia menarik kerah kemeja orang kepercayaan keluarga Pearl itu. "Cepat katakan di mana surat wasiat yang asli itu? Cepat katakan sebelum saya menghajarmu sampai mampus, Anderson!" ancam Juan berteriak. "S-saya tidak berbohong pada Anda, Tuan! Saya tidak merubah apapun isi dari surat wasiat itu!" tegas Anderson merasa dirinya terpojok. Juan mendorong keras tubuh Anderson dan beradu keras dengan tembok. "Itu surat wasiat asli dari nyonya Pearl berikan pada saya, apa Anda paham perkataan saya ini?" Lalu mencekiknya, "Kau pikir saya anak kecil yang bisa dibohongi dengan kata-kata seperti ini, Anderson! Cepat berikan sebelum kesabaran saya habis, pengacara bodoh!" Sambil mengancam pengacara itu. Anderson terkekeh, "Itu salah Anda sendiri, Tuan Juan. Kenapa Anda terlalu ser

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Surat Wasiat Pearl.

    Di tempat lain, Peige dan Sabrina tertawa gembira, sesaat tadi ketika Harry berlari ke rumah sakit, Sabrina melihat laki-laki itu membawa Pearl yang penuh darah. Wanita tua itu mengikuti, penasaran dengan apa yang terjadi. Dia memperhatikan apa yang Harry lakukan pada Pearl di ruang UGD. Berusaha membuat perempuan itu bernapas kembali dengan sekuat tenaga, bibirnya menyungging, sama seperti saat ini. "Kau tau Peige, laki-laki itu menangis. Menangisi perempuan bodoh yang sekarat itu," kata Sabrina tertawa. "Padahal perempuan kampungan itu sudah mati dengan kepala dan tubuh berlumur darah!" lanjutnya, tawanya lebih kencang. Dia senang sekarang sudah tidak ada hambatan lagi untuk menjadikan Andrea menantu keluarganya, dan kekayaannya akan semakin bertambah bila pernikahan itu benar-benar terjadi. "Aah ... sukurlah. Aku sangat senang dia mampus dengan keadaan menyedihkan, Bu!" kata Peige bernapas lega. "Iya, Ibu juga bersukur dia mampus dan keluarga kita tidak lagi menjadi orang miski

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Aku Laki-Laki Jantan.

    Pearl menjadi pucat. Ucapan laki-laki itu seolah tau tentang rahasia Pearl. Pasangan setengan tua pun terdiam memandang laki-laki muda itu mengoceh seenaknya saja pada Demian. "Hei ... apa yang sudah kamu katakan pada kakak sepupumu, huh?" Wanita tua itu mengetuk kepalanya dengan garpu. "Seenaknya saja kau bilang kakak sepupumu seorang wanita! Apa kau buta, huh? Di mana matamu kau taruh, bajingan kecil!" lanjutnya kesal, mulutnya tidak berhenti mengunyah daging steak buatannya sendiri. "Aduh, Ibu, kepalaku bisa pecah dan susah mikir kalau Ibu pukul terus-menerus seperti ini!" protes laki-laki muda itu kesakitan, dia mengelus-elus kepala yang terasa sakit itu. "Salah sendiri, kenapa punya mulut tidak dijaga!" sergah wanita tua itu. Laki-laki tua hanya tersenyum mendengar pertengkarang itu. Pearl hanya bingung melihat keluarga Demian bertengkar saat makan bersama. "Aduuh ... Ibu, kenapa cerewet banget sih!" ujarnya melirik pada Demian. "Hei ... kak, apa kau mau diam saja seperti pat

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Ucapan Adik Sepupu Demian.

    Pearl langsung mandi, dia membiarkan air mengguyur tubuhnya. Sedikit demi sedikit air membasahi rambut dan tubuh yang sudah bau amis darah itu. Setelah itu, dia membasuh tubuhnya dengan sabun. Dia menghela napas ketika matanya memandang kejantanan Demian mengeras. "Aduuh, sial! Apa aku harus melakukan ini semua?" pikir Pearl, walau ini sudah kedua kalinya dia melihat kepunyaan laki-laki, tetap saja dia jijik melihatnya. Pelan-pelan dia mulai menuruni tangannya. Hendak menyentuh, "Aaah ... ini sangat memalukan. Kenapa aku harus masuk ke tubuh laki-laki?" keluhnya menarik tangan. Kemudian dia menutup mata sambil berekspresi jijik kala telapak tangannya mulai menyentuhnya. "Aaaah ... apa tidak ada tubuh wanita lain agar bisa aku rasuki?" pikirnya kesal, pikirannya mulai teringat kala Juan menyentubuhinya. Dia kian bertambah jijik, namun tangan itu asik menyabuni. Napasnya terengah-engah, menderu. "Ini benar-benar gila? Besar!" Perempuan yang berinkarnasi di tubuh Demian bergegas menyel

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Keluarga Demian

    Dia menoleh cepat, lalu menyipitkan matanya. "Siapa mereka?" tanya batinnya, dia berusaha mengingat siapa perempuan dan laki-laki setengah tua yang muncul di ambang pintu. "Sial, tak ada informasi tentang kedua orang ini?" pikirnya lagi. "Sekarang aku harus apa? Aku juga tidak tau nama mereka berdua!" Kepala Pearl mulai pusing. Wanita itu menghampiri Pearl, "Demian, benarkah ini kamu?" Wanita itu seolah menahan rindu sekaligus tak percaya bahwa Demian masih hidup. "Bibi tidak menyangka kamu masih hidup. Padahal tadi Bibi dan Pamanmu baru saja mendapat kabar bahwa kamu telah meninggal akibat serangan dari orang tak dikenal," katanya lagi, menyeka airmata yang tiba-tiba saja menetes. "Jadi ... mereka berdua bibi dan paman laki-laki ini?" pikir Pearl. Dia memperhatikan wajah keduanya. Terlihat sedih dan bahagian bercampur jadi satu di raut wajah mereka. "Bibi takut saat pihak rumah sakit dan kepolisian mengabarkan bahwa kamu telah meninggal dunia!" katanya lagi, lalu Meraih tangan

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Kehidupan Pearl Yang Baru.

    "Sekarang, aku harus mencari tau identitas laki-laki bernama Demian ini," ujar Pearl alias Demian berjalan masuk ke dalam rumah sakit. "Selamat malam, Nona!" "Oh ... Selamat malam, ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya resepsionis bersikap ramah dengan sebuah senyuman. Namun matanya mengisyaratkan bahwa dia memandang jijik pada Demian. Mungkin, dia menganggap Demian sebagai gembel berpakaian jas berpura-pura menjadi seorang kaya raya. "Saya Demian, menurut dokter Harry saya dinyatakan meninggal, apakah barang-barang saya ada di sini?" Sebut Pearl. "Baik, tunggu sebentar. Akan saya carikan dulu datanya." Resepsionis itu mulai mencari di komputer. Mengetik nama Demian di pencarian. Dahinya mengkerut, dia melihat ke Demian sekali lagi. Memastikan bahwa dia adalah orang sama. "Demian Hogwart?" "Ah ... ya!" kata Pearl. "Dinyatakan meninggal pagi tadi jam 08.00? Di ruang operasi saat ditangani dokter Harry?" kata perempuan berambut hitam sebahu menyebutkan kronologinya. "Aah ... Anda

  • Pembalasan Istri yang Kau Khianati   Kamu? Sudah Meninggal kan?

    "Aku ... sepertinya mengenali kamu?" kata dokter Harry sangat yakin. Dia memperhatikan wajarnya, sepertinya dokter Harry curiga pada Pearl."A-apa?" Pearl cukup syok mendengarnya. Tubuhnya mendadak lemas bila dirinya ketauan oleh dokter harry. "Apa a-aku ketauan olehnya?" "Kau ... Demian 'kan?" tanya Harry. Pearl terdiam, dia tidak tau nama laki-laki yang tubuhnya dirasuki. "Demian? Siapa? Aku?" tanya Pearl bertanya-tanya, sebab, dia sama sekali tidak tau nama, rumah, orang-orang terdekat dan keluarga laki-laki yang kini menjadi tubuhnya. "Apa laki-laki ini teman dokter Harry?" sambungnya. Tiba-tiba Pearl membalikkan tubuh, lalu tertawa terbahak-bahak. Dia mengira dokter Harry adalah teman tubuh Pearl sekarang. "Hei ... brother! Apa kabar?" sapanya sok akrab sambil menepuk-nepuk pundak dokter Harry. Laki-laki itu mengernyitkan dahi, dia terlihat bingung dengan sikap Pearl yang sok akrab dan sok kenal dengannya. Waah ... hebat ya kamu sekarang? Jadi dokter ahli beda hebat di rumah

DMCA.com Protection Status