Chapter: EpilogSixteen years later.The morning is so bright, the sky blue is so beautiful with the clouds that decorate it. The white color like cotton gives a contrasting contrast to the sky blue color. Birds flew to and fro around the trees while making their melodious voices.Likewise with a girl with shoulder-length long hair, she is very busy tidying her school uniform in front of the mirror. She spun left and right, making sure that none of her clothes were wrinkled or wrinkled. "Tiara, let's hurry. We'll be late!" Another girl shouted from under the stairs. The girl who is two years older than the girl named Tiara."Yeah, I'm ready! I'll be down in a minute," she shouted. She once again confirmed that the first day of high school made her want to change her former childish image. Tiara then grabbed the bag that was on the bed. Running down, she looks in a hurry.In the kitchen, there is a man with glasses and smooth hair. "Good morning Dad!" She greeted as she g
Last Updated: 2021-12-23
Chapter: Separation.Rail rushed to Ardina's school farewell party. The time was too tight for him to relax. It flies at full power. Don't want to miss the farewell ceremony for the students who passed the exam.Then Ardina, she took one step forward. Now she was approaching the room to the hall of reincarnation. She was getting worried, there were only five students left. Just waiting for your turn. Her eyes always looked back, but Rail had not arrived. Not only Ardina, Rafael and Michael were also anxiously waiting for Rail to come.Rail's wings stopped flapping when his feet hit the ground. He rushed to find a place where the event was held. He ran, ignoring the people around him. He just wanted to focus on Ardina. Only Ardina.His breath was ragged, only one student remained. Ardina's turn would arrive. "Rail?" Call Michael, Rafael turned. But Rail didn't care, he didn't even hear the call."Ardina!" Rail shouted cal
Last Updated: 2021-12-22
Chapter: Farewell PartyIn the morning, the school is very busy and busy. Every corner of the school has been decorated with various kinds of beautiful knick-knacks. Then there is the big inscription that will welcome the King of the Hereafter and the release of the students who will go on to reincarnate. All students help decorate for their seniors' farewells which will release a period of learning and self-improvement so that the world no longer makes mistakes.Then the students who will carry out the release ceremony for reincarnation are busy making themselves up as a sign of their last day in heaven. Ardina and Olive also look busy. They put on their ties and school uniforms for the last time. Ardina and Olive's beautiful smiles were clearly visible in the mirror.Olive is stylish with a little make-up as the last day in the afterlife. She wanted to see the king of the afterlife who was said to be very handsome. And the rumors had already spread throughout the
Last Updated: 2021-12-21
Chapter: Rail's Declaration of LoveThe day went by very quickly, the joy that came and disappeared too quickly. The beautiful morning turned into a hot afternoon, then the dusk decorated the sky with a beautiful golden orange color. The sound of birds and the sound of the waves combine the rhythm in one beautiful melody.Rail and Ardina sat on the edge of the sand which was starting to turn yellow, soon it would be dark. The sun began to set slowly. Their gazes were still fixed on the setting sun, enjoying Ardina's last day as an inhabitant of heaven for a while before she finally got the chance to be reincarnated.Rail sighed, "we'll be apart in a minute!" Suddenly he said as if he would never see him again. Ardina looked up, then looked down. There was nothing she could do except that. Smiling bitterly. She couldn't speak about her feelings, if she had the courage to speak first, she might have felt relieved when it was time to leave."I hope we can mee
Last Updated: 2021-12-18
Chapter: The HolidayRail arrived at the dormitory where Ardina lived, he knocked on his room and waited for a while with his heart pounding. Rail doesn't know what he will say later to Ardina to express his feelings in his heart. His heart beats like a normal human when he falls in love. He inhaled, then exhaled slowly. He kept doing it over and over so that he calmed down and his brain didn't go blank when he faced Ardina.He didn't wait long, Ardina opened the door. "Rail?" He was quite surprised to see the angel of death in front of him with a red face like a shrimp. And, he looked much more handsome in a white striped shirt and skinny jeans. "You're here?" Rail didn't say anything but looked at Ardina who was getting more and more beautiful. Even more beautiful, I don't know, maybe this is because her last days in heaven and will return to earth with a new form, aka reincarnation.Rail's hand grabbed Ardina's hand, "let's get out of here!" Rail immediately pulled him and took Ardina a
Last Updated: 2021-12-17
Chapter: His FeltRail was silent, then pondered. It took quite a while, until Rafael and Michael got tired of his rambling attitude. Thinking too long. "Come on Michael, let's go. Just let him think it's a bitch in this place." Rafael pulled Michael's collar and left the cafeteria, which was already getting deserted."Aaah..." he seemed to know what he had to do. However, by the time he found a way, his two friends were gone. Rail looked around, looking for his two best friends. "Where are they?" Tanya Rail was starting to realize his two best friends had left him as he thought."Damn, it turns out they left me." he grumbled. Then leave the cafeteria.****Ardina was still hopeful. The graduation announcement hasn't come out yet. She had been waiting in the school yard for an hour. Everyone is worried and worried.Not long after, the principal and the teachers came out. One of the teachers carrie
Last Updated: 2021-12-16
Chapter: Keluarga Juan Yang Picik.Harry baru kembali dari gereja rumah sakit. Di tampak lesu dan tak semangat, pakaiannya masih banyak noda darah milik Pearl. Wajahnya terlihat kuyu dengan keringat yang masih membekas di kulit wajahnya yang putih. Dia menghela napas, duduk menyandar di kursi taman yang sepi dan tenang. "Kenapa tidak berhasil? Kenapa doaku tidak bisa membuat Pearl bangun kembali seperti laki-laki itu?" bisik batin Harry, dia benar-benar kehilangan sosok wanita yang dia cintai. "Maaf, dok!" Sebuah suara mengagetkannya. Harry mendongak. "Ya sus, ada apa?" tanya Harry. "Maaf dok, untuk jenazah Nyonya Pearl selanjutnya mau diapain ya?" Harry menghela napas sekali lagi, lalu kepalanya menunduk kembali. "Coba kau tanyakan pada Dokter Juan, saya tidak ada hak untuk menentukan jenazah Pearl selanjutnya!" jawab Harry pupus harapan. Sebab, dia memang tidak punya hak apapun atas jenazah Pearl yang masih berada di ruang operasi. Walau sebenarnya dia amat ingin mengurus jenazah Pearl dan bisa melihat wajah per
Last Updated: 2024-10-05
Chapter: Tuntutan Sabrina.Ponsel Juan berdering pada waktu yang kurang tepat. Kepalanya pusing, dan hatinya dongkol gara-gara surat wasiat Pearl yang membuat dia sedikit gila. Semua di luar prediksi, harta yang diberikan Pearl hanya setengah dari seluruh harta milik perempuan itu. "Halo Bu!" kata Juan agak malas menjawab panggilan telepon Ibunya. "Juan, gimana? Apa kamu sudah mendapatkan harta milik perempuan itu?" tanya Sabrina. "Aaah ... rasanya Ibu gak sabar buat berbelanja, beli baju, perhiasan, sepatu baru dan tas-tas mahal!" katanya bersemangat. Juan menarik napas, lalu menghembuskan napas panjangnya. "Sudah, Bu! Besok pengacara itu akan mengirimkan salinan dari akta kepemilikan harta milik perempuan sialan itu!" ujar Juan. "Benarkah itu, Juan?" "Benar, Bu," jawab Juan lemas. Dia tau ibunya akan kecewa, harta warisan yang dia dapat hanya setengahnya saja. "Kamu dapat semua harta warisan perempuan bodoh itu kan, Juan?" tanya Sabrina sekali lagi. Dia amat penasaran dengan harta itu. Bayang
Last Updated: 2024-08-27
Chapter: Pembagian Harta Warisan Pearl."S-saya ... tidak berani merubah surat itu, Tuan. Saya tidak merubahnya, Tuan Juan!" Buk. Satu pukulan keras menghantam pipi Anderson. Pengacara itu jatuh terjungkal. Juan tidak peduli ocehannya dan keadaan Anderson, dia menarik kerah kemeja orang kepercayaan keluarga Pearl itu. "Cepat katakan di mana surat wasiat yang asli itu? Cepat katakan sebelum saya menghajarmu sampai mampus, Anderson!" ancam Juan berteriak. "S-saya tidak berbohong pada Anda, Tuan! Saya tidak merubah apapun isi dari surat wasiat itu!" tegas Anderson merasa dirinya terpojok. Juan mendorong keras tubuh Anderson dan beradu keras dengan tembok. "Itu surat wasiat asli dari nyonya Pearl berikan pada saya, apa Anda paham perkataan saya ini?" Lalu mencekiknya, "Kau pikir saya anak kecil yang bisa dibohongi dengan kata-kata seperti ini, Anderson! Cepat berikan sebelum kesabaran saya habis, pengacara bodoh!" Sambil mengancam pengacara itu. Anderson terkekeh, "Itu salah Anda sendiri, Tuan Juan. Kenapa Anda terlalu ser
Last Updated: 2024-08-13
Chapter: Surat Wasiat Pearl.Di tempat lain, Peige dan Sabrina tertawa gembira, sesaat tadi ketika Harry berlari ke rumah sakit, Sabrina melihat laki-laki itu membawa Pearl yang penuh darah. Wanita tua itu mengikuti, penasaran dengan apa yang terjadi. Dia memperhatikan apa yang Harry lakukan pada Pearl di ruang UGD. Berusaha membuat perempuan itu bernapas kembali dengan sekuat tenaga, bibirnya menyungging, sama seperti saat ini. "Kau tau Peige, laki-laki itu menangis. Menangisi perempuan bodoh yang sekarat itu," kata Sabrina tertawa. "Padahal perempuan kampungan itu sudah mati dengan kepala dan tubuh berlumur darah!" lanjutnya, tawanya lebih kencang. Dia senang sekarang sudah tidak ada hambatan lagi untuk menjadikan Andrea menantu keluarganya, dan kekayaannya akan semakin bertambah bila pernikahan itu benar-benar terjadi. "Aah ... sukurlah. Aku sangat senang dia mampus dengan keadaan menyedihkan, Bu!" kata Peige bernapas lega. "Iya, Ibu juga bersukur dia mampus dan keluarga kita tidak lagi menjadi orang miski
Last Updated: 2024-08-12
Chapter: Aku Laki-Laki Jantan.Pearl menjadi pucat. Ucapan laki-laki itu seolah tau tentang rahasia Pearl. Pasangan setengan tua pun terdiam memandang laki-laki muda itu mengoceh seenaknya saja pada Demian. "Hei ... apa yang sudah kamu katakan pada kakak sepupumu, huh?" Wanita tua itu mengetuk kepalanya dengan garpu. "Seenaknya saja kau bilang kakak sepupumu seorang wanita! Apa kau buta, huh? Di mana matamu kau taruh, bajingan kecil!" lanjutnya kesal, mulutnya tidak berhenti mengunyah daging steak buatannya sendiri. "Aduh, Ibu, kepalaku bisa pecah dan susah mikir kalau Ibu pukul terus-menerus seperti ini!" protes laki-laki muda itu kesakitan, dia mengelus-elus kepala yang terasa sakit itu. "Salah sendiri, kenapa punya mulut tidak dijaga!" sergah wanita tua itu. Laki-laki tua hanya tersenyum mendengar pertengkarang itu. Pearl hanya bingung melihat keluarga Demian bertengkar saat makan bersama. "Aduuh ... Ibu, kenapa cerewet banget sih!" ujarnya melirik pada Demian. "Hei ... kak, apa kau mau diam saja seperti pat
Last Updated: 2024-08-10
Chapter: Ucapan Adik Sepupu Demian.Pearl langsung mandi, dia membiarkan air mengguyur tubuhnya. Sedikit demi sedikit air membasahi rambut dan tubuh yang sudah bau amis darah itu. Setelah itu, dia membasuh tubuhnya dengan sabun. Dia menghela napas ketika matanya memandang kejantanan Demian mengeras. "Aduuh, sial! Apa aku harus melakukan ini semua?" pikir Pearl, walau ini sudah kedua kalinya dia melihat kepunyaan laki-laki, tetap saja dia jijik melihatnya. Pelan-pelan dia mulai menuruni tangannya. Hendak menyentuh, "Aaah ... ini sangat memalukan. Kenapa aku harus masuk ke tubuh laki-laki?" keluhnya menarik tangan. Kemudian dia menutup mata sambil berekspresi jijik kala telapak tangannya mulai menyentuhnya. "Aaaah ... apa tidak ada tubuh wanita lain agar bisa aku rasuki?" pikirnya kesal, pikirannya mulai teringat kala Juan menyentubuhinya. Dia kian bertambah jijik, namun tangan itu asik menyabuni. Napasnya terengah-engah, menderu. "Ini benar-benar gila? Besar!" Perempuan yang berinkarnasi di tubuh Demian bergegas menyel
Last Updated: 2024-08-08
SSST ... JANGAN BERISIK!
Dia seorang wanita bisu, hidupnya selalu tidak mujur. Sedari kecil, ia mendapat perlakuan kasar oleh kedua orang tuanya. Dipukuli, dihajar hingga tubuhnya lembam-lembam, dan itu terjadi hampir tiap hari. Sikapnya berubah, kepribadiannya pun berubah, keceriaannya hilang, senyum dan celotehnya pun tak ada lagi di bibir mungilnya.
Hingga suatu hari, nasib sial yang tidak pernah lepas darinya itu, datang kembali menimpanya lebih dari siksaan ibu kandung dan ayah tirinya. Malam setelah ia pulang bekerja, Ia harus merasakan betapa getir rasa sakit yang mendera tubuhnya, delapan orang pemuda memperkosanya, menyentubuhi secara paksa dan bergantian. Setelah ia disiksa dan dinikmati tubuhnya, para pelaku tidak hanya sampai di situ saja menyiksanya, salah satu di antara mereka memotong lidah wanita itu agar dia tidak bisa menceritakan kejahatan mereka.
Naluri pembunuhnya yang semula sedang tertidur, harus bangkit oleh delapan bajingan itu.
Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?
Read
Chapter: Akhir Dari Perjalanan Balas Dendam Dina"BUNUH DIA SEKARANG, BODOH!" bentaknya dengan nada tinggi. "Tidak! Aku tidak mau melakukannya lagi!" Dina menahan tangannya agar tidak mengacungkan pada Dandy. Pemuda itu bingung melihat Dina berbicara pada dirinya sendiri. "Ada apa dengan gadis ini?" pikir Dandy, dia hanya bisa mengamati. "Bodoh ... kenapa aku malah melihat gadis gila itu berbicara sendirian? Bukankah ini kesempatanku untuk kabur?" pikirnya melihat ke arah pintu penjara. Pemuda itu berjalan pelan sambil mengawasi terus ke arah Dina. "Berhenti!" teriak Dina pada Dandy pemuda itu tak berkutik. Diam mematung di tengah-tengah. Lalu .... Dor. Dor. Dua peluru melesat cepat dari moncong senjatanya. Peluru itu meleset ke arah sasaran, tangan kiri Dina menghalangi senjata itu membunuh pemuda gondrong yang mematung. Dandy sangat kaget. Dengar suara tembakan yang begitu keras di telinganya. Dia menoleh, peluruh itu hampir saja mengenai dirinya. "Gila! Untung saja peluru itu meleset. Kalau tidak, bisa mampus," bisik bati
Last Updated: 2023-09-26
Chapter: Bimbang Hati DinaTubuh Dina penuh luka, tanpa sadar di dalam mobil tahanan tersebut. Bensin keluar dari tangki, tak lama percikan api yang berasal dari kabel yang mengelupas mulai membakar sedikit demi sedikit bagian badan mobil tahanan yang terkena bensin. Sopir mobil tahanan pun tak sadarkan diri. Luka parah. Pecahan beling dari kaca depan memperparah wajah sopir itu. Apipun mulai membesar ... Doar. Ledakan kecil membuat kobaran semakin besar dan cepat menjalar. Warga yang melihat kejadian itu, bergegas menghampiri mobil itu. Jalanan menjadi sangat macet. Tak lama, Dina mengerjapkan netranya. Lambat laun terbuka pelan-pelan. Dia baru menyadari bahwa dirinya terhimpit besi, dan rasanya sangat sakit. Gadis itu mulai menyingkirkan besi itu, di kaki Dina luka itu membekas parah. Membiru. "Sial! Ada apa ini?" Sesaat di dalam tubuhnya tidak ada sosok hitam yang mempengaruhinya. Tubuhnya melemah tak bertenaga. "Semua badanku sakit semua," bisik batinnya lagi. Dia teringat, bahwa sosok hitam mengusain
Last Updated: 2023-09-22
Chapter: Membunuh Semua PenggangguDina melakukan pukulan cepat, pemuda itu tidak bisa menghindari pukulan gadis itu. Hidungnya pun meneteskan darah segar yang cukup banyak. Ketiga pemuda lain membiarkannya. "Aaargh ... Sialan!" Pemuda bernama Lalu, dia merebut senjata yang masih digenggam sipir penjara itu dan mengarahkan ke kepala sipir penjaga yang terkena pukulannya. Jari telunjuknya mulai menarik pelatuk senjata itu. "Jatuhkan senjatamu, perempuan iblis!" salah satu polisi muda bangun dari duduk dan menodongkan senjatanya di samping kepala Dina. "Jangan macam-macam, kami berempat tidak ada segan-segan membunuhmu!" katanya lagi, ikut menarik pelatuk agar Dina tidak gegabah mengambil tindakan itu. Dina melirik, tatapan serius polisi di sampingnya tidak sedang main-main dengan ancamannya pada dia. "CEPAT! JATUHKAN SENJATAMU BANGSAT!" teriak polisi itu hilang kesabarannya. Pelan-pelan gadis itu merunduk, meletakan senjata di lantai mobil tahanan. Sekali lagi, matanya melirik ke polisi muda yang tampaknta belum be
Last Updated: 2023-09-17
Chapter: Di Dalam Mobil TahananSatu pukulan keras melayang dengan cepat. Tetapi bukan dari arah Dina ke sosok hitam itu, melainkan tinju sipir penjara yang waspada akan gerak-gerik Dina hendak memukulnya. Pipi Dina memar, berwarna kebiruan. Dia tersungkur di lantai mobil tahanan. "Sialan! Berani-beraninya kamu mau mukul seorang sipir penjara!" katanya memaki. "Hajar terus, jangan diberi ampun, perempuan gila seperti dia jangan diberi ampun!" Salah satu polisi itu memprovokasinya. Sosok hitam menghampiri gadis malang yang saat ini masih tersungkur. "Lihat, mereka meremehkanmu. Andai saja kamu tidak menciptakanku, mungkin saja kamu mati dengan seluruh rasa penasaranmu itu, Dina!" kata Sosok hitam berbisik. "Kamu benar-benar menyedihkan!" Dina menggeram, bangun sambil mengepal tangannya. Menatap nanar ke arah dua sipir penjara yang kini bersikap arogan dan sok berkuasa. "Kau tidak akan bisa melawannya, hanya aku yang bisa membantunya, Dina! Apa kau mau aku bantu, gadis lemah?" tanya Sosok hitam yang sudah tak saba
Last Updated: 2023-09-12
Chapter: Ingatan Yang Hampir HilangDina terdiam, kemudian dia melepaskan jari jemarinya pelan-pelan setelah dia puas membunuh Roy dengan caranya sendiri. Sosok hitam keluar dari tubuhnya, keadaan Dina kembali tenang setelah membunuh keluarga Roy. Namun, dia terlihat bingung kala kondisinya kembali seperti semula. Netranya melihat keadaan dirinya sendiri, sambil melihat telapak tangannya. Hanya ada darah segar yang lambat laun berubah kering. "Ada apa denganku? Kenapa semua darah ada di tubuhku? Apa yang sudah aku lakukan?" bisik batinnya bingung. Dia merasa tidak melakukan apapun, hanya raganya saja yang bergerak mengikuti naluri yang dikendalikan oleh sosok hitam yang berdiri di sampingnya. Perkataan Aipda Buyung diabaikan, dia masih berkutat pada dirinya sendiri. "Ayo ikut kami, dan Anda berhak di dampingi pengacara!" kata Aipda Buyung mulai menyentuh tangan gadis itu. Dina menoleh, dia menatap Aipda Buyung dengan tatapan bingung. "Ada apa?" tanya Dina menepis tangan Aipda Buyung. "Anda kami tetapkan sebagai pemb
Last Updated: 2023-09-12
Chapter: Membunuh Roy.Dina gelagapan, walau dia berhasil menahan selang yang hampir menjerat lehernya, dia tetap kesulitan untuk membebaskan diri dari jeratan selang. "Aaah ... aku harus bisa membebaskan diri dari laki-laki bejat ini!" bisik batin Dina. Sayangnya tak ada hasil, namun gadis itu tidak kehabisan akal, dia membenturkan kepalanya ke dahi Roy sambil mendorong tubuhnya ke belakang. Debuk. "Aaargh" pekik Roy kesakitan. Dina terlalu keras membenturkannya hingga kepala Roy terasa pusing. Gadis itu melakukannya berulang-ulang kali. Roy tetap mempertahankan genggaman erat jari-jarinya pada rantai. Kakinya terus mundur ketika Dina membenturkan kepala dan mendorong tubuh Roy. Sayangnya, kaki pemuda itu tidak lagi bisa melangkah. Tubuhnya terhimpit tembok. Dia tidak bisa bergerak ke mana-mana lagi. Buuak. Gadis itu membenturkan kepalanya lagi, lagi dan lagi hingga kepala bagian belakang Roy harus beradu dengan tembok. Darah membekas di tembok, luka di kepala Roy sangat parah. Dina membebaskan diri
Last Updated: 2023-09-10