Share

Bab 4

Segera setelah aku selesai berbicara, tatapan kejam Bu Cindy tertuju padaku.

Dia mendelik padaku.

Bu Cindy mengatur kembali ekspresinya untuk menjelaskan perkara Melisha, lalu mulai berpidato dengan penuh semangat dan berapi-api.

Dengan begitu, perkara ini dianggap selesai.

Semua orang merasa saat ini Melisha sedang cari gara-gara.

Namun Gilbert yang duduk di sebelahku tidak berpikir demikian.

Saat melihat Gilbert yang hendak bangkit berdiri, aku pun langsung meraih pergelangan tangannya dan berkata dengan dingin.

"Belum waktunya, jangan gegabah."

"Kalau mau tahu faktanya, kamu harus belajar bersabar."

Setelah itu, aku tersenyum sambil menatap Bu Cindy yang berjalan menuruni panggung.

"Pak Gilbert, aduh maaf ya ada sedikit gangguan tadi. Apa malam ini Janice boleh menemaniku?"

Bu Cindy terlihat sangat lelah.

Pak Willy langsung berdiri dan memeluk pinggang Bu Cindy, kemudian dia menatapku dan mengernyit.

"Ngapain bengong? Mau menggoda istriku?"

Gilbert menatap Pak Willy dengan heran.

Aku tertegun sejenak, lalu menatap Gilbert yang memandangi punggung Pak Willy yang berjalan menjauh.

Ini pertama kalinya aku melihat Pak Willy bicara begitu dingin.

Nampaknya kejadian ini membuat mereka tidak bisa mempertahankan kepura-puraan mereka.

Begitu terpikir hal ini, aku tersenyum kecil sambil menatap kedua orang yang saling mendukung di hadapanku ini.

Begitu kami masuk ke gerbang vila, wajah Bu Cindy langsung menjadi suram.

Dia langsung meminta para pelayan untuk menggeledah tubuhku dan mengeluarkan semua alat elektronik.

Lalu semua itu dibuang ke tempat sampah di depan mataku.

Sebelum aku sempat menyahut, Bu Cindy mencibir.

"Janice, hebat juga kamu."

"Sekarang, ngomong jujur. Dapat apa kamu dari Gilbert sampai kamu berani mempermalukan aku seperti ini di depan umum begitu!"

Aku pura-pura terkejut.

Aku menangis dan menggeleng, "Bu, aku nggak tahu apa-apa soal ini."

"Dia yang ngasih tahu aku kalau aku putri kesepuluh yang kalian akui. Aku benar-benar ketakutan, makanya aku nanya pas di pesta tadi. Aku cuma takut nanti akan ada gadis lain yang diakui jadi putri kalian."

Suaraku mulai gemetar.

Pak Willy yang selama ini mengernyit, saat ini terlihat menyesal sudah mengangkat derajatku.

"Sudahlah, masalah ini kita anggap selesai."

"Kamu juga, kamu yang mengizinkan Janice menemani Gilbert itu, lihat nih akibatnya."

Ini pertama kalinya aku melihat Pak Willy menegur Bu Cindy.

Saat aku berniat menonton drama ini, tiba-tiba Bu Cindy menjambak rambutku dan mendorongku dengan kasar ke meja di sebelahku.

Sensasi perih di keningku membuatku sesak napas.

Tiba-tiba terdengar suara tajam Bu Cindy, "Dasar berengsek!"

"Sekarang juga aku kuliti kamu!"

"Ngapain kamu bengong aja? Kalau kita terus memanjakannya seperti ini, kita berdua yang mati!"

Rasa kebas di leherku memaksaku membuka mata dan melihat ke sekelilingku dengan jelas.

Saat Pak Willy dan Bu Cindy bertengkar, aku pingsan.

Dan saat aku tersadar ....

Lingkungan sekitarku yang tadinya adalah ruang tamu vila yang megah sekarang menjadi ruang bawah tanah yang lembap dan gelap.

Aku memicingkan mata dan melihat sekeliling, akhirnya tatapanku terfokus pada panggung yang berada dekat di depanku.

Sepertinya ada seseorang yang tergeletak di sana. Aku mengerjapkan mata, mencoba melihat dengan jelas.

Namun, kabut di sekitarku mengaburkan penglihatanku.

Tepat saat aku hendak bangun, sepasang sepatu hak tinggi berwarna hijau tiba-tiba muncul di hadapanku.

"Bagus juga, efek obatnya bisa hilang secepat ini."

"Dengan begitu, sebelum kamu mati, kamu bisa melihat karya agungku dengan mata kepalamu sendiri!"

Itu suara Bu Cindy.

Aku mengangkat kepalaku sedikit dan menyahut dengan dingin.

"Kamu benar-benar ingin mengulitiku?"

"Kalian itu orang terkaya yang tersohor di kota ini. Bisa-bisanya punya banyak begitu banyak obat terlarang di rumah. Ternyata, kalian juga menyimpan mayat?"

"Sepertinya sepuluh gadis pertama juga mati dikuliti olehmu, 'kan?"

Aku mengejek.

Bu Cindy tercengang, pastinya dia tidak menyangka aku akan berubah begitu cepat.

Lagipula di matanya, aku tetap seorang gadis yang bersujud mohon ampun sambil menarik celananya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status