Share

Bab 3

Aku menatap tumpukan informasi itu.

Memang ada beberapa hal yang harus kita buat perhitungan sejelas-jelasnya.

Gilbert dan aku bertemu secara kebetulan.

Pada saat itulah dia menyadari bahwa tujuan kami sama, jadi dia mengambil alih kendali setelahnya.

Sedangkan tugasku adalah membuat mangsa menggigit umpan.

Untungnya, kemampuanku yang tidak bisa merasakan sakit adalah nilai tambah yang besar. Kalau tidak, mana mungkin Bu Cindy mau melirikku?

Setibanya di apartemen Gilbert, dia memproyeksikan semua aset Keluarga Camari di dinding.

"Ini adalah mitra mereka, beberapa hari lagi akan ada pesta amal."

"Bu Cindy yang mengatur semua ini. Kamu tahu 'kan harus ngapain?"

Aku menatap Gilbert sambil tersenyum dan berkata dengan dingin.

"Kamu nggak perlu ngasih tahu aku harus apa, aku sudah tahu."

"Ingat, jangan sampai tertangkap dan jangan bertindak tanpa izinku."

"Kalau nggak, kamu tanggung sendiri akibatnya!"

Setelah aku selesai bicara, aku langsung naik ke lantai atas sambil membawa tumpukan informasi yang tadi diberikan Gilbert.

Meski semua ini hanya sebatas kerja sama, entah mengapa aku jadi sangat bersemangat.

Di kamar, setelah aku melihat foto gadis di halaman pertama profil, ujung hidungku terasa pedih.

Emosi bergejolak hebat dalam hatiku.

Apa ini yang namanya takdir?

Beberapa hari kemudian, aku menghadiri jamuan makan malam amal sambil merangkul lengan Gilbert.

Bu Cindy terlihat terkejut bukan main, aku tersenyum dan mengangguk kecil padanya.

Di matanya, Gilbert hanyalah seorang playboy.

Mana mungkin pria seperti itu tertarik padaku?

Namun, hanya sesaat saja Bu Cindy terlihat terkejut. Sedetik setelahnya, dia tersenyum sambil mengangkat gelas anggur dan bersulang untukku.

Tatapannya penuh peringatan.

Aku tahu maksudnya, sekarang aku adalah putri Keluarga Camari.

Cepat atau lambat aku akan kembali kepada mereka. Kalau sekarang aku tidak menurut pada perintahnya, waktu pulang nanti aku akan disambut dengan siksaan yang tiada habisnya.

Setelah pesta dimulai, aku mencari kesempatan untuk duduk di sebelah Bu Cindy.

Aku bersandar manja di bahunya, meski tatapanku tidak terlihat senang.

"Bu, belakangan ini aku dengar gosip lho. Ibu ada dengar juga nggak ya?"

Bu Cindy terlihat bingung, aku pun menjelaskan.

"Mereka bilang entah aku itu gadis ke berapa yang kalian akui jadi putri Keluarga Camari, terus kenapa aku nggak pernah melihat mereka?"

Ucapanku ini sontak membuat tangan Pak Willy yang memegang gelas anggur pun gemetar sesaat.

Anggur itu pun tumpah ke lantai.

Wajah Bu Cindy tiba-tiba menjadi suram dan dia langsung memegang erat pergelangan tanganku.

Kemudian dia berkata dengan tegas, "Jangan tanya pertanyaan yang nggak boleh kamu tanyakan kalau kamu masih mau jadi putri keluarga ini."

"Janice, harusnya kamu sadar diri. Tanpa kami, kamu masih akan jadi gadis yang disiksa dan terkurung di toilet."

"Sebaiknya kamu tutup mulut, kalau nggak, biar aku yang jahit!"

Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat dan tidak menyahut.

Aku melamun menatap panggung dan saat inilah Bu Cindy naik ke atas panggung untuk memberikan pidato sebagai penanggung jawab acara.

Namun saat dia hendak mulai berpidato, layar di belakangnya tiba-tiba menyala.

Muncullah sebuah video.

Video itu dimainkan dan terdengar suara seorang gadis.

"Ayah dan Ibuku sayang, masih ingat aku nggak? Aku putri kalian, Melisha."

"Aku putri yang pertama kali kalian akui ke publik."

"Sudah lama ya kita nggak ketemu, kalian kangen aku nggak?"

Saat ini wajah Bu Cindy tampak sangat menakutkan, dia langsung menoleh ke petugas yang bertanggung jawab atas proyektor.

"Heh! Apa-apaan kalian! Cepat matikan!"

Suara tajam Bu Cindy menjadi bergetar.

Pak Willy yang duduk di sebelahku juga ikut gemetaran. Dia menundukkan kepala dalam-dalam dan tidak berani melihat ke panggung.

Semua tamu mulai bergunjing sambil menatap Bu Cindy yang terlihat panik.

Bahkan pembawa acara yang selama ini bisa dengan lancar membawakan acara, saat ini hanya bisa menganga tak percaya sambil menatap layar proyektor.

Semua orang tahu tentang eksistensi Melisha Bilski yang tiba-tiba menghilang dari publik tanpa alasan yang tidak diketahui.

Bu Cindy mengaku, mereka mengirim Melisha ke luar negeri.

Namun ucapan Melisha yang ditampilkan di layar tadi sudah cukup untuk membuktikan adanya makna tersembunyi lain dalam kasus ini.

Aku menatap Bu Cindy yang marah, aku memiringkan kepalaku sambil tersenyum.

"Bu, jadi ini kakakku? Dia cantik banget."

"Terus, kakakku ada di mana?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status