Share

Bab 2

Selesai memberi penghormatan kepada Kakek Martin, Owen pun meninggalkan kuburan. Saat dia berjalan ke depan pintu gerbang, dia melihat seorang wanita cantik yang berpakaian seragam kerja sedang berdiri di depan sana. Owen spontan merasa penasaran. Kenapa ada orang yang tidak tidur di malam hari, malah pergi ke tempat seperti ini? Wanita itu bahkan menggunakan riasan yang tebal.

Si wanita cantik terlihat tidak senang. Dia pun bergumam, sepertinya dia berkata “dasar miskin” atau sejenisnya.

Dulu ketika Owen mendengar ucapan ini, dia pun tidak akan memasukkannya ke hati. Hanya saja, setelah dia diusir dari rumah hari ini, Owen jadi merasa sangat kesal. Dia ingin melampiaskan emosinya.

Oleh sebab itu, Owen berlari ke depan wanita cantik itu, lalu berkata, “Lho, cepat banget nongkrongnya? Berapa semalam? Hari ini suasana hatiku lagi bagus!”

Sebenarnya Owen tidak punya uang sama sekali. Owen bahkan sedikit gugup ketika mengatakan ucapan itu. Dia takut wanita itu memang bekerja sebagai kupu-kupu malam. Nantinya Owen malah tidak bisa membayarnya.

Untung saja, dia itu wanita baik-baik! Sebab, setelah mendengar ucapan Owen, raut wajah wanita cantik itu langsung muram, dan langsung memelototi Owen.

Owen diam-diam menghela napas lega.

Suasana hati Owen sangatlah buruk hari ini. Setelah dipelototi oleh wanita itu, Owen pun merasa semakin kesal, lalu menambahkan, “Kenapa pelototi aku? Aku tanya berapa hargamu? Kenapa? Bukannya kamu itu kupu-kupu malam? Kenapa malah malu? Asal kamu tahu, aku jago banget dalam masalah ranjang. Kamu akan puas, deh!”

Ucapan Owen langsung membangkitkan amarah si wanita cantik. Dia langsung bertanya, “Siapa namamu? Kamu kerja di perusahaan mana?”

Owen juga tidak bodoh! Mana mungkin dia memberi tahu identitas detail kepada wanita itu.

“Kamu!!!” Wajah si wanita sudah memerah lantaran merasa sangat emosi. Dia sudah kehabisan akal dalam menghadapi Owen. Jadi, si wanita terpaksa pergi.

Kali ini, amarah di hati Owen juga mulai berkurang. Saat dia membalikkan badan hendak berjalan pergi, Owen menyadari ada dua orang pemuda sedang menyelundup ke dalam kuburan. Tampak juga karung goni dan tali di tangan mereka. Sepertinya mereka akan melakukan penculikan.

Berhubung hari sudah sangat gelap, ditambah lagi dengan halangan dari pepohonan dan batu nisan, mereka pun tidak menyadari keberadaan Owen. Hanya saja, dapat dipastikan bahwa kedua orang itu memiliki niat buruk.

Owen mengerutkan keningnya. Dia menduga bahwa kedua orang itu sedang menargetkan wanita yang tadi. Jadi, Owen pun diam-diam mengikuti mereka.

Sesuai dugaannya, wanita yang menunggu di depan kuburan itu langsung diikat dari belakang, lalu dimasukkan ke dalam karung goni. Kemudian, mulutnya disumpal dengan kaos kaki bau milik salah satu lelaki.

Si wanita tidak berhenti meronta. Hanya saja, perlawanannya tidak berguna sama sekali.

Beberapa saat kemudian, salah satu lelaki yang berbadan kekar langsung menindih si wanita. Sementara, lelaki yang satu lagi memindahkan batu yang sangat besar, lalu mengikat karung goni yang berisi wanita itu dengan batu besar itu.

“Gedebum!” Kedua orang melempar batu ke dalam sungai.

Kedua mata Owen terbelalak!

Pembunuhan berencana!

Owen spontan ingin melarikan diri, tapi dia khawatir langkah kakinya akan mengeluarkan suara, dan akan menarik perhatian kedua lelaki. Oleh sebab itu, dia terus bersembunyi di belakang batu nisan. Setelah kedua lelaki itu pergi, Owen baru mencondongkan kepalanya dengan penuh waspada.

Owen berpikir sejenak, dan pada akhirnya Owen memilih untuk melompat ke dalam sungai. Dia memang penakut, tapi dia tidak tega membiarkan seorang wanita mati di hadapannya.

Tak lama kemudian, Owen berhasil menyelamatkan wanita itu dari dalam sungai. Tanpa menghiraukan basah kuyup di seluruh tubuhnya, Owen segera melepaskan karung goni itu. Dia tidak menyadari ada pisau si pembunuh yang jatuh di sekitar mereka.

Di sisi lain ….

Kedua pemuda berjalan ke jalan di samping area kuburan. Tampak ada mobil SUV mewah sedang berhenti di pinggir jalan.

Saat mereka berdua hendak memasuki mobil untuk meninggalkan lokasi. Tiba-tiba Basri teringat sesuatu.

“Celaka, pisauku hilang. Mungkin jatuh di dekat sungai. Ada bekas sidik jari di pisau itu. Cepat pungut ….”

Mereka berdua lekas kembali ke sisi sungai.

Setelah karung goni dibuka, tampak wanita di dalamnya sudah basah kuyup. Dia sedang mengenakan kemeja kerja berwarna putih dipadukan dengan rok mini. Saat ini, berhubung si wanita sudah basah, seluruh pakaiannya pun menempel di tubuhnya. Jadi, terlihat jelas lekuk tubuh indah si wanita.

Apalagi bagian atas tubuhnya. Saking basahnya, Owen bahkan bisa melihat pakaian dalam berwarna hitam dan berenda di balik kemeja putihnya.

Cantik sekali!

Owen refleks menelan air liurnya. Awalnya dia merasa Lucy tergolong sangat cantik. Tak disangka, masih ada wanita yang lebih cantik lagi.

Si wanita sudah tenggelam dalam waktu yang cukup lama. Jadi, wajahnya tampak pucat, dan dia bahkan tidak bernapas lagi.

Owen terpaksa menekan-nekan dada montok si wanita sambil memberi napas buatan untuknya. Dia tidak menyangka dada wanita itu sangat empuk, bibirnya juga terasa lembut dan juga sedikit manis.

Tak lama kemudian, si wanita cantik sudah berhasil menyadarkan diri.

“Uhuk, uhuk ….”

Si wanita terus terbatuk-batuk. Tubuhnya terlihat sedikit gemetar. Saat ini, si wanita dapat merasakan sisa kehangatan di bibirnya. Begitu mengangkat kepalanya, dia menyadari Owen sedang meraba-raba kakinya.

Emosi si wanita seketika membara. Dia langsung menendang Owen ke dalam sungai, lalu memakinya, “Kamu lagi ngapain? Dasar berengsek! Sialan!”

Owen yang ditendang ke dalam sungai itu merasa kaget. Dia kembali naik ke tepi sungai dengan tidak berdaya. Mungkin ini yang dinamakan air susu dibalas dengan air tuba.

“Ternyata memang nggak ada cewek baik di dunia ini! Padahal aku sudah berbaik hati selamatin kamu. Aku bahkan beri kamu napas buatan. Kamu malah nggak berterima kasih, malah tendang aku ke dalam sungai? Hehe, sepertinya kamu nggak sekolah, ya. Hari ini aku akan gantiin ayahmu untuk beri pelajaran sama kamu!”

Selesai berbicara, Owen langsung berjalan ke hadapan si wanita. Si wanita spontan merasa panik hingga sekujur tubuhnya gemetar, dan begitu pula dengan suaranya. “Kamu … kamu jangan sembarangan, ya!”

Tempat ini sangat terpencil. Jika si wanita diapa-apain lelaki itu, dan dilempar ke dalam sungai, orang lain juga tidak akan menyadarinya.

Siapa sangka Owen hanya merampas kunci mobil dan ponsel yang sudah tidak bisa diaktifkan lantaran sudah kemasukan air itu, dan membantingnya ke lantai. Tak hanya sampai di sana saja, setelah semuanya sudah hancur, Owen pun membuangnya ke dalam sungai!

“Bukannya kamu sangat hebat?” Owen berbicara dengan marah, “Bukannya kamu nggak tahu berterima kasih? Sekarang aku sudah hancurin ponselmu. Aku ingin lihat gimana caranya kamu panggil taksi di tempat terpencil seperti ini? Tenang saja, kamu nggak bakal sendirian, kamu bakal ditemani oleh hantu. Hehe, kamu nggak bakal kesepian.”

Selesai berbicara, Owen langsung melangkah pergi.

Sementara itu, si wanita terkejut hingga sekujur tubuhnya gemetar! Dia pun berteriak dengan menangis, “Jangan … jangan pergi! Aku mohon sama kamu!”
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
he he itulah kelebihan manudia.
goodnovel comment avatar
Dheny Chandra
plagiat mirip sama novel sebelah
goodnovel comment avatar
Baed Giver
tolong bahasanya diperbaiki, gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, jangan menggunakan bahasa gaul
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status