“Nona Lucy, maaf sekali! Berdasarkan undang-undang pernikahan, ada masa mediasi 30 hari setelah mengajukan perceraian. Apalagi suamimu tidak punya kartu identitas, kami tidak bisa langsung menjalankan prosedur perceraian kalian ….”Seorang petugas wanita berbicara dengan sangat sopan, lalu mengembalikan berkas kepada Lucy.“Apa-apaan? Mau cerai saja perlu masa mediasi? Suruh atasan kamu ke sini! Aku nggak percaya mau cerai saja sesusah ini!” Fredi berkata dengan menggebrak meja.“Tuan, peraturannya memang seperti ini ….” Raut wajah si petugas wanita memang terlihat tidak bagus, tapi dia tetap bersikap sopan.“Jangan bicara panjang lebar sama aku! Aku suruh kamu panggil atasanmu kemari! Kamu budek, ya!” jerit Fredi dengan emosi.Kericuhan di Kantor Catatan Sipil menarik perhatian semua orang. Sepertinya ini adalah pertama kalinya ada orang yang berbuat keonaran di Kantor Catatan Sipil.Saat ini, petinggi Kantor Catatan Sipil juga dihebohkan oleh masalah ini. Seorang lelaki paruh baya be
“Nona Theresa, apa Nona datang untuk cari aku?” Fredi langsung berjalan menghampiri Theresa, dan berbicara dengan nada yang sangat lembut.Theresa malah tidak melirik Fredi sekilas pun, tatapannya langsung tertuju pada diri Owen. Saat ini, dapat terlihat sedikit senyuman di wajah dingin Theresa.Semalam Theresa sudah mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari jasad Owen, tapi mereka tidak dapat menemukannya. Jadi, dia yakin Owen pasti masih belum mati!Si Berengsek itu sudah mengambil keuntungan darinya. Bagaimana mungkin dia boleh mati dengan segampang itu?Pagi harinya, Theresa yang keras kepala itu menggunakan semua relasi dari Keluarga Lestari untuk menyelidiki latar belakang dari Owen. Dia juga sudah mendengar kabar bahwa hari ini Owen berencana bercerai dengan Lucy.Itulah sebabnya Theresa bisa berada di Kantor Catatan Sipil saat ini. Theresa sendiri juga tidak yakin apakah dia bisa bertemu dengan Owen atau tidak. Hanya saja, Theresa ingin menguji keberuntungannya.Siapa sang
Plak!Suara nyaring terdengar. Theresa menampar wajah Lucy dengan kuat.“Dasar wanita jalan! Berani-beraninya kamu pukul aku! Aku habisi kamu ….” Lucy memegang pipinya, lalu berjalan ke sisi Theresa.Siapa sangka respons Theresa sangat cepat, dia langsung menampar Lucy lagi. Mana mungkin Lucy bisa menerima penghinaan ini. Dia langsung menangis di hadapan Fredi. “Sayang, wanita jalang itu pukul aku! Cepat balas dia!”“Balas kepalamu!” Fredi sungguh marah. Saking marahnya, dia langsung menampar Lucy.Lucy ditampar hingga terbengong. Kemudian, dia menatap suaminya dengan kebingungan. “Sayang, aku suruh kamu pukul dia, kenapa kamu malah pukul aku?”“Aku nggak salah pukul! Apa kamu tahu siapa dia? Dia itu Theresa, anak dari Keluarga Lestari! Kamu ingin celakai Keluarga Leonard, ya?” jerit Fredi.Kali ini, Lucy langsung terbengong. Akhirnya dia sadar kalau dia sudah melakukan kesalahan fatal.Keluarga Leonard memang adalah keluarga cukup berkuasa di Jenggala. Hanya saja, Keluarga Leonard bu
Semakin dipikir-pikir, Lucy semakin emosi.Saat ini, Fredi berdiri dengan wajah babak belur. Penampilannya kelihatan sangat menyedihkan.“Nggak mungkin! Theresa itu nona muda dari Keluarga Lestari! Statusnya sangat agung. Bahkan, anak dari keluarga kaya juga bukanlah seleranya! Sekarang kenapa dia bisa jadian sama pecundang itu?! Apa mungkin mereka berdua kebetulan saling kenal saja?” gumam Fredi sambil merintih kesakitan.Theresa adalah cewek idamannya, sedangkan Owen hanyalah seorang lelaki yang tidak memiliki apa-apa. Meski Fredi dipukul sampai mati, dia juga tidak percaya kalau Owen memiliki hubungan istimewa dengan Theresa!“Benar juga! Kecuali … Theresa sudah buta, makanya dia baru bisa suka sama dia! Nggak mungkin, meski Theresa benar-benar buta, dia juga nggak mungkin suka sama cowok seperti Owen!” Lucy juga tidak bisa menerima kenyataan itu.“Aku nggak peduli dengan hubungan mereka! Intinya, Owen sudah mencelakaiku! Aku nggak mungkin akan lepasin dia!” ucap Fredi dengan emosi.
“Amanda, ada apa? Apa yang terjadi?” tanya David.“Kak, kebetulan kamu ke sini. Ada dua pengemis lagi bikin masalah di hotel. Mereka sudah merusak citra hotel kami ….” Si supervisor housekeeping menunjuk ke sisi Theresa dan Owen dengan ekspresi meremehkan.David melihat ke arah yang ditunjuk adik sepupunya, dan dia pun melihat keberadaan Theresa. Dalam sekilas mata, David pun dikejutkan oleh paras cantik dan wibawa Theresa. Namun setelah dilihat-lihat, David mulai berkeringat dingin!Biasanya Theresa jarang muncul di tempat umum. Jadi, tidak banyak orang yang mengenalinya. Sebenarnya David juga tidak berkualifikasi untuk mengenal Theresa. Hanya saja, bisnis Keluarga Lestari sangat besar. Biasanya Keluarga Lestari akan mengatur tamu-tamu pentingnya untuk menginap di Hotel Mandapa. David pernah bertemu Theresa sekali. Jadi, David pun langsung mengenalinya. Saat ini, David terkejut hingga kedua kakinya terasa lemas. Saking lemasnya, dia pun hampir berlutut di lantai.Mana mungkin David
Setelah menebak-nebak selama beberapa saat, akhirnya Owen kembali tersadar dari lamunannya.Owen berjalan ke sisi Theresa, lalu menarik-narik lengannya dan berbisik, “The … Theresa, sudahlah, lagi pula aku juga sudah terbiasa ….”Hati Theresa terasa sakit. Dia bisa merasakan rasa pilu dan tidak berdaya dari ucapan Owen tadi. Selain itu, dia juga merasa merasakan rasa rendah diri Owen.“Nona Theresa, semua ini salah Amanda. Nanti saya pasti akan beri pelajaran kepadanya. Mohon maafkan dia, beri dia satu kesempatan untuk berubah,” ucap David dengan tulus.David berjanji mulai saat ini, dia tidak akan memanjakan Amanda lagi. Jika tidak, suatu hari nanti David pasti akan dicelakai oleh Amanda!“Berdirilah! Berhubung temanku sudah memaafkanmu, aku akan beri kamu satu kesempatan lagi. Aku harap kamu nggak ulangi kesalahanmu lagi!” kata Theresa dengan mendengus.Theresa bukanlah orang yang sudah menekan orang lain dengan identitasnya. Dia juga tidak suka mencari masalah dengan orang lain.“Te
"Oh ya, Owen. Semalam, aku melihat penjahatnya menusukmu dengan belati. Gimana cederamu? Kamu baik-baik saja, 'kan? Apa perlu aku antar ke rumah sakit untuk diperiksa?" tanya Theresa dengan wajah yang prihatin.Semalam, dia melihat dengan sangat jelas bagian dada Owen ditusuk oleh penjahat itu menggunakan belati.Namun, anehnya saat ini Owen tampak sangat bersemangat, seolah-olah tidak ada apa pun yang terjadi.Hal ini membuat Theresa merasa curiga, apa mungkin dia salah melihat saat itu?"Nggak apa-apa. Lukaku nggak terlalu parah."Owen tanpa sadar menyentuh bagian dadanya. Alhasil, dia tidak sengaja menyentuh bagian yang terluka. Dia yang merasa kesakitan pun mengernyitkan alisnya dan mengerang."Ada apa? Apa sakit sekali? Ayo, kita ke rumah sakit sekarang!" Theresa sontak berdiri dan raut wajahnya tampak gugup."Nggak sakit sekali, hanya sedikit saja. Sekarang, nggak ada rasa lagi. Ini nggak perlu ke rumah sakit." Owen mengelus bagian yang terluka itu beberapa kali lagi dan rasa sak
"Kalau aku nggak kemari, gimana aku bisa menangkapmu kamu yang lagi bermesraan sama seorang pria liar di sini?" bentak pria paruh baya itu dengan wajah yang suram."Pria liar apanya! Kenapa kamu bicara kasar sekali? Owen ini temanku, kami nggak ada apa-apa!" ujar Theresa dengan kesal."Kalian berdua sudah seperti itu, tapi masih bilang nggak ada apa-apa? Konyol sekali! Theresa, apa kamu nggak merasa malu siang bolong begini? Kenapa kalian nggak langsung ke halaman saja?" cibir wanita cantik itu."Apa urusannya denganmu? Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau. Bukan hakmu untuk mengaturku melakukan sesuatu!" Theresa menatap wanita itu dengan emosi, suasana di antara keduanya pun memanas."Lukas, lihat dia! Dia kurang ajar sekali, nggak tahu sopan santun!" Wanita cantik itu menggoyang lengan pria paruh baya itu dengan wajah yang berpura-pura manja."Theresa, ada apa dengan sikapmu itu? Setidaknya, Sherly adalah ibumu. Apa begini sikapmu berbicara dengannya?" tegur Lukas."Dia bukan ibu