Share

Pembalasan Dendam sang Menantu Tertindas
Pembalasan Dendam sang Menantu Tertindas
Penulis: Jurang

Bab 1

Tahun ini, Owen Guswadi berumur 26 tahun. Dia adalah menantu pecundang yang sangat terkenal di Jenggala. Selama tiga tahun menikah, Owen hidup bagai budak Keluarga Bastian. Dia bahkan disuruh untuk mencuci kaki istrinya. Owen sudah terbiasa untuk hidup dengan diinjak-injak. Namun, kesabarannya sudah habis semalam!

Selama tiga tahun ini, semua gaji bulanan Owen akan diserahkan semuanya kepada sang istri, Lucy Bastian.

Selain mesti mencari nafkah, Owen juga perlu mencuci pakaian, mengepel lantai, memasak, dan lain sebagainya. Pokoknya Owen melakukan semua pekerjaan rumah tangga tanpa mengeluh sekali pun.

Awalnya Owen mengira kerja kerasnya akan meluluhkan hati istrinya. Hubungan mereka berdua pasti akan semakin membaik. Namun saat Owen pulang kerja hari ini, istrinya malah memberinya hadiah yang sangat spesial untuknya!

Lucy sudah mengandung!

Benar, istri yang tidak pernah disentuh Owen selama tiga tahun ini malah mengandung!

Owen akan menjadi ayah dari anak yang dikandungnya!

Betapa bahagianya kabar ini!

“Owen, aku suruh kamu cuci baju, tapi kamu cucinya nggak bersih. Aku suruh kamu ngepel, kamu ngepelnya juga nggak bersih! Kamu memang nggak berguna! Sebenarnya apa sih yang bisa kamu lakukan?! Apa gunanya keluarga kami menghidupi kamu? Bukannya lebih baik kami pelihara anjing saja?!”

Terdengar suara ketus dari seorang wanita. Wanita itu tak lain adalah ibu mertuanya Owen, Sarah Tanadi. Dia sedang menunjuk Owen sambil memarahinya.

Owen mengangkat kepalanya. Kedua matanya sudah terlihat merah lantaran dia sungguh marah saat ini.

“Ibu!” Owen berusaha menahan amarahnya.

“Jangan panggil aku Ibu! Pecundang sepertimu nggak pantas punya ibu sepertiku!” Sarah sangat merendahkan menantunya.

Owen pun terdiam, dan tidak berani membantah.

Tiga tahun silam, penyakit Kakek Bastian, Martin Bastian, tiba-tiba kambuh. Kebetulan Owen menyadarinya. Dia menggendong Kakek Martin berlari sekitar 2-3 kilometer, lalu berhasil mengantar Kakek Martin ke rumah sakit. Berkat Owen, nyawa Kakek Martin baru berhasil diselamatkan!

Sejak masalah itu, mungkin Kakek Martin ingin membalas budi kepada Owen. Jadi, dia tidak menghiraukan tentangan semua anggota keluarga, bersikeras menikahkan cucunya, Lucy, dengan Owen.

Kemudian, Owen pun resmi menjadi menantu pecundang Keluarga Bastian.

Sudah tiga tahun!

Tiga tahun!

Owen masih belum berhasil meluluhkan hati istrinya dan ibu mertuanya! Mereka berdua masih bersikap kasar terhadapnya.

Owen adalah seorang anak yatim piatu. Dia pun tidak memiliki latar belakang. Itulah sebabnya Lucy dan keluarganya sangat meremehkannya.

Tidak peduli betapa bagusnya hasil kerja Owen, Lucy selalu mencari kesalahannya, memarahinya, dan bahkan memukulnya.

Satu-satunya orang di Keluarga Bastian yang bersikap baik terhadap Owen hanyalah Kakek Martin.

Dulu, selama ada Kakek Martin, ibu mertuanya juga tidak berani bersikap keterlaluan terhadapnya.

Namun sejak Kakek Martin meninggal pada satu bulan lalu, Sarah dan Lucy semakin menjadi-jadi. Mereka bahkan ingin mengusir Owen.

Mereka merasa keberadaan Owen terasa sangat mubazir. Kedudukannya bahkan lebih rendah daripada seekor anjing ….

Begitu pintu rumah dibuka, Lucy yang mengenakan pakaian seksi dengan stoking hitam berjalan masuk dengan terhuyung-huyung. Wajahnya terlihat sangat merona saat ini. Sepertinya tidak ada lelaki yang tidak terpesona dengan keindahannya.

Lucy!

Lucy sudah pulang!

Hati Owen semakin sakit ketika melihat Lucy. Padahal dia sudah berbadan dua, kenapa dia masih mengonsumsi alkohol!

Owen spontan ingin memapahnya, tapi Lucy malah langsung menepisnya.

“Jangan sentuh aku! Cepat kemas barang-barang kamu, dan keluar dari rumah ini! Besok kita urus perceraian kita!”

“Kenapa?”

Saat ini kebetulan ibu mertuanya berjalan keluar. Ketika melihat Owen yang bertanya dengan suara ketus itu, dia langsung memarahi Owen, “Owen, kenapa kamu malah bengong? Cepat ambil air dan cuci kaki Lucy!”

Selesai berbicara, Sarah langsung berjalan ke sisi Lucy, dan berbicara dengan nada lembut, “Kenapa kamu minum sebanyak ini? Nggak bagus buat kandunganmu. Kamu sudah susah payah mengandung anak laki-laki dari Tuan Fredi. Jangan sampai terjadi apa-apa sama anak di dalam kandungan kamu.”

Padahal jenis kelamin anak masih belum jelas, Sarah malah yakin anak di dalam kandungan Lucy adalah anak laki-laki. Sebab, hanya dengan mengandung anak laki-laki, Lucy baru bisa menjadi istri resmi dari Tuan Fredi.

Hanya saja, berhubung jenis kelamin dari anak itu belum bisa dipastikan, Sarah baru mengizinkan Owen untuk tetap tinggal di rumah. Jika anak yang dilahirkan adalah anak perempuan, dia pun butuh bantuan Owen untuk membesarkannya. Selain itu, merekrut pengasuh bayi juga butuh uang, ‘kan?

“Nggak usah lagi! Owen, aku sudah cukup muak sama kamu! Aku sudah bersabar selama tiga tahun! Besok kita berdua urus perceraian kita!” Lucy melirik Owen dengan tatapan meremehkan.

Saat ini, hati Owen bagai ditusuk-tusuk saja. Owen tahu dirinya tidak pantas untuk bersama Lucy. Selama tiga tahun ini, dia juga sudah berusaha keras berharap bisa diterima oleh Lucy.

Namun, Owen sungguh tidak menyangka pengorbanannya yang sudah dilakukannya selama ini akan berakhir dengan perceraian!

“Emm, benar juga.” Akhirnya Sarah juga menyetujui keinginan Lucy. “Sekarang kamu sedang hamil anak Tuan Fredi. Nggak bagus kalau kalian masih tinggal bersama.”

“Ibu, aku sudah capek. Ibu papah aku ke kamar, ya! Aku sudah cukup muak untuk lihat orang bodoh itu!”

Lucy mengelus perutnya dengan gembira. Sebenarnya selain gembira, Lucy juga merasa khawatir. Dia khawatir setelah perutnya semakin membesar, apa akan ada wanita lain yang datang merebut Tuan Fredi darinya?

Sarah memapah Lucy ke kamar sambil menyindir Owen, “Kenapa masih belum pergi? Kamu ingin jadi ayah dari anak ini?”

Seketika rasa marah, kesal, benci, dan lain sebagainya meluap di hati Owen. Dia langsung diusir dari rumah. Semua barang dan bahkan kartu identitasnya juga dilempar ke dalam tong sampah. Saat ini, Owen sungguh merasa sedih.

Owen sudah tidak memiliki rumah lagi. Dia berjalan di sepanjang jalan, lalu entah bagaimana ceritanya dia pun berjalan ke sekitar kuburan.

Tak lama kemudian, Owen berdiri di depan batu nisan. Kedua matanya tampak merah, tapi tidak ada air mata yang menetes.

Saat ini Owen tidak tahu apakah dia seharusnya marah, kecewa atau putus asa.

Dia hanya menatap batu nisan tanpa bersuara. Batu nisan itu adalah milik Kakek Martin. Selama tiga tahun itu, Kakek Martin selalu membelanya. Jadi, dia ingin memberi penghormatan terakhir kepada Kakek Martin.

Owen memang ingin melakukan penghormatan. Hanya saja, dia tidak memiliki uang sama sekali. Dia pun tidak bisa membeli apa-apa untuk dipersembahkan kepada Kakek Martin.

“Kakek, terima kasih sudah menjagaku selama tiga tahun ini …. Besok aku akan bercerai dengan Lucy …. Aku sudah mengecewakanmu ….”

Pada malam yang gelap ini, kedua mata Owen tampak memerah. Dia bersujud beberapa kali di depan batu nisan Kakek Martin. Jujur saja, hati Owen merasa sangat sakit dan perih.

Setelah memberi penghormatan, Owen mengeluarkan sepotong giok dan menggenggamnya. Kemudian, dia duduk bersandar di belakang batu nisan.

Saat ini, giok kuno yang dipakai Owen seolah-olah bisa merasakan rasa sakit di hatinya. Tiba-tiba muncul secercah cahaya putih dari giok itu ….
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
cshays apa itu.
goodnovel comment avatar
Anakq Arya Pratama
Ceritanya ini rasa syg yg dibedakan
goodnovel comment avatar
Muhammad .Zanwar
aslii bagus bangett novel ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status