Ziva berjalan menuju kampus dengan langkah ringan. Namun, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya, dan beberapa pria bertopeng keluar, menyekapnya dan memaksanya masuk ke dalam mobil. Ziva berusaha melawan, namun kekuatan mereka terlalu besar. Mereka menutup mulutnya dengan kain, membuatnya tidak bisa berteriak.Ziva terbangun di sebuah ruangan kosong dengan tangan terikat di belakang kursi. Ruangan itu dingin dan gelap, hanya diterangi oleh cahaya lampu yang redup dari langit-langit. Pintu terbuka, dan Madam Maroon masuk dengan langkah elegan, diikuti oleh anak buahnya."Oh, kamu yang namanya Ziva, perempuan yang berani tidur dengan anak miliarder itu?" suara Madam Maroon terdengar penuh penghinaan.Ziva menatapnya dengan tatapan marah. "Siapa kamu?"Madam Maroon tersenyum sinis. "Aku adalah ibu Raka. Aku tidak akan membiarkan anakku terjebak oleh perempuan murahan sepertimu."Madam Maroon mengeluarkan pisau kecil dari sakunya, mendekati Ziva dengan perlahan. "Kamu tahu, Ziva, Ec
Di kantor besar dan megah, Rob Echo duduk di ruang meetingnya yang luas, siap untuk bertemu dengan klien baru. Pintu terbuka, dan Rob terkejut melihat siapa yang masuk—Nanda, calon menantunya. Dengan pakaian bisnis yang elegan, Nanda terlihat percaya diri dan berwibawa. Rob baru saja menyadari bahwa Nanda adalah CEO dari perusahaan besar yang baru saja bekerja sama dengannya."Pak Echo, senang bisa bekerja sama dengan Anda," sapa Nanda sambil mengulurkan tangan."Senang bertemu denganmu juga, Nanda. Saya baru tahu bahwa calon menantu saya adalah seorang CEO yang luar biasa," jawab Rob dengan senyum lebar.Pertemuan berlangsung lancar, dan mereka membicarakan berbagai peluang bisnis yang bisa mereka kembangkan bersama. Rob semakin yakin bahwa menjodohkan Raka dengan Nanda adalah keputusan yang tepat. Setelah pertemuan selesai, suasana menjadi lebih pribadi."Raka adalah anak yang baik dan pintar," kata Rob dengan bangga. "Dia memiliki masa depan yang cerah, dan saya yakin kalian berdua
Raka dan Nanda berjalan di dalam mall yang mewah, dikelilingi oleh etalase toko-toko mahal. Nanda tampak bersemangat, sesekali menarik perhatian Raka ke sebuah toko atau item tertentu."Raka, lihat gaun ini. Menurutmu bagaimana?" tanya Nanda sambil memegang sebuah gaun elegan.Raka hanya melirik sekilas dari ponselnya, "Iya, bagus," jawabnya tanpa antusias.Nanda mencoba untuk tetap positif. "Aku dengar ada restoran baru di sini. Mungkin kita bisa makan siang di sana?"Raka mengangguk sambil mengetik pesan di ponselnya, "Terserah kamu."Nanda menghela napas, merasa frustasi tapi berusaha tetap tersenyum. Mereka melanjutkan belanja, dengan Raka yang terus fokus pada ponselnya.Di rumah Raka, Nanda pamit pulang. "Terima kasih sudah menemaniku, Raka. Sampai jumpa," katanya dengan senyum."Ya, sampai jumpa," jawab Raka singkat.Begitu Nanda pergi, Madam Maroon langsung mendekati Raka dengan wajah marah. "Aku tahu dari anak buahku, kamu hanya fokus pada ponselmu tadi. Apa-apaan ini, Raka?"
Setelah pulang meninggalkan Nanda di pesta, Raka segera berganti pakaian dan menuju toko Ziva. Mereka sudah berjanji untuk belanja bulanan kebutuhan kue dan roti. Ziva menyambutnya dengan senyum hangat ketika Raka tiba.Mereka berdua menuju toko perlengkapan kue dan roti, memilih berbagai bahan seperti tepung, gula, mentega, dan cokelat. Raka membantu Ziva mendorong troli dan sesekali mencandainya tentang pilihan bahan yang diambil."Jadi, kita akan mencoba resep baru hari ini?" tanya Raka dengan antusias.Ziva tersenyum, "Iya, aku punya ide untuk kue cokelat dengan isian stroberi. Kamu siap membantu?""Tentu saja, aku selalu siap!" jawab Raka dengan semangat.Setelah belanja, mereka kembali ke toko. Ziva berterima kasih pada Raka atas bantuannya. "Terima kasih sudah menemani belanja, Raka. Kamu selalu bisa diandalkan.""Sama-sama, Ziva. Aku senang bisa membantu," jawab Raka dengan tulus.Malam hari, mereka berdua mulai membuat adonan kue di dapur. Raka membantu Ziva mencetak adonan d
Madam Maroon berdiri dengan anggun di ruang tamu, menyerahkan tiket jalan-jalan ke Kapadokia kepada Raka dan Nanda. "Ini hadiah untuk kalian. Pergilah ke Kapadokia, nikmati waktumu di sana," katanya dengan senyum penuh makna. Raka terpaksa menerima tiket tersebut, sementara Nanda bersorak gembira, memeluk Madam Maroon dan berterima kasih.Raka kemudian menemui Ziva di toko sebelum keberangkatan. "Aku harus pergi keluar negeri untuk seminggu, ada tugas dari ayah," bohong Raka. Ia berjanji akan mengirim kabar. Ziva berpura-pura mengerti, meski hatinya penuh kecurigaan.Di bandara, Nanda tampak sangat bersemangat. "Aku tak sabar untuk melihat balon udara di Kapadokia! Ini akan menjadi liburan yang indah, Raka!" katanya, menggenggam tangan Raka dengan erat. Namun, Raka hanya memberikan senyum tipis, pikirannya tetap melayang ke Ziva.Ziva, dengan tekad kuat, membeli tiket ekonomi di penerbangan yang sama. Dia mengikuti dari kejauhan, memastikan tidak ada yang mengenalinya.Di pesawat, Nan
**Di Pesawat:**Ziva duduk di kursinya di kelas ekonomi, matanya sembab dan perasaan campur aduk memenuhi hatinya. Air mata terus mengalir di pipinya meski ia mencoba menahannya. "Kenapa hatiku jadi seperti ini?" pikirnya. Ia mencoba meyakinkan diri bahwa perasaannya pada Raka hanyalah pura-pura, namun kenyataannya, perasaan itu ternyata lebih dalam dari yang ia kira.Pesawat mulai lepas landas, meninggalkan Kapadokia dan semua kenangan pahit yang baru saja dialami Ziva. Ia menatap keluar jendela, melihat pemandangan yang semakin kecil di bawahnya, dan menangis lebih keras. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa menahan perasaannya, meski awalnya ia hanya berniat memanfaatkan Raka.**Di Hotel:**Sementara itu, di kamar hotel mewah yang diterangi oleh cahaya lilin lembut, Nanda berdiri di depan cermin, mengenakan gaun tidur seksi yang sengaja ia pilih untuk malam ini. Ia bertekad untuk membuat malam ini menjadi malam yang tak terlupakan bagi Raka.Raka duduk di tepi te
Hari pernikahan Raka dan Nanda tiba. Sebuah pesta pernikahan megah diadakan di sebuah gedung besar, dipenuhi dengan tamu undangan, dekorasi bunga yang indah, dan lampu-lampu yang gemerlapan. Raka berdiri di depan altar bersama Nanda, yang tampak anggun dalam gaun pengantin putihnya. Penatua mulai memimpin upacara pernikahan, dan suasana menjadi khidmat.Namun, tiba-tiba, pintu gedung terbuka dengan keras. Semua mata tertuju pada Ziva yang masuk dengan langkah tergesa-gesa, bersimbah darah dan memegang pistol. Bajunya koyak, dan wajahnya penuh luka."Kamu pilih dia atau aku?" teriak Ziva sambil menangis, matanya penuh dengan kemarahan dan kesedihan yang mendalam.Semua orang panik. Tamu-tamu berteriak dan berusaha menjauh. Nanda berdiri kaku di tempatnya, sementara Raka terlihat shock, air matanya mulai mengalir."Ziva, tolong hentikan! Apa yang kamu lakukan?" teriak Raka dengan suara yang serak dan putus asa.Ziva mengangkat pistolnya, mengarahkannya ke kepalanya sendiri. "Kalau kamu
### Malam Hari di Acara PerusahaanMalam itu, Raka dan Nanda dipaksa hadir di sebuah acara undangan dari perusahaan ayah Raka. Acara ini dihadiri oleh banyak rekan kerja dan mitra bisnis penting. Nanda terlihat anggun dengan gaun malamnya, sementara Raka mengenakan setelan jas yang rapi. Mereka berdua berjalan memasuki ruangan, disambut dengan senyuman dan sapaan dari berbagai tamu.Ayah Raka memperkenalkan mereka kepada para tamu, termasuk Ayah Leon, seorang mitra bisnis penting. "Ini anak saya, Raka, dan tunangannya, Nanda," kata Ayah Raka dengan bangga.Ayah Leon menjabat tangan Raka dan Nanda, "Senang bertemu dengan kalian. Kalian pasangan yang sangat serasi."Raka tersenyum tipis, namun di dalam hatinya ia merasa tidak nyaman. Sepanjang malam, ia mencari-cari kesalahan Nanda, meskipun Nanda berusaha sebaik mungkin untuk tampil sempurna.### Mencari Kesalahan NandaSaat mereka duduk di meja makan, Nanda mencoba berbicara dengan salah satu tamu tentang topik yang dibahas dalam pert