Hari pernikahan Raka dan Nanda tiba. Sebuah pesta pernikahan megah diadakan di sebuah gedung besar, dipenuhi dengan tamu undangan, dekorasi bunga yang indah, dan lampu-lampu yang gemerlapan. Raka berdiri di depan altar bersama Nanda, yang tampak anggun dalam gaun pengantin putihnya. Penatua mulai memimpin upacara pernikahan, dan suasana menjadi khidmat.Namun, tiba-tiba, pintu gedung terbuka dengan keras. Semua mata tertuju pada Ziva yang masuk dengan langkah tergesa-gesa, bersimbah darah dan memegang pistol. Bajunya koyak, dan wajahnya penuh luka."Kamu pilih dia atau aku?" teriak Ziva sambil menangis, matanya penuh dengan kemarahan dan kesedihan yang mendalam.Semua orang panik. Tamu-tamu berteriak dan berusaha menjauh. Nanda berdiri kaku di tempatnya, sementara Raka terlihat shock, air matanya mulai mengalir."Ziva, tolong hentikan! Apa yang kamu lakukan?" teriak Raka dengan suara yang serak dan putus asa.Ziva mengangkat pistolnya, mengarahkannya ke kepalanya sendiri. "Kalau kamu
### Malam Hari di Acara PerusahaanMalam itu, Raka dan Nanda dipaksa hadir di sebuah acara undangan dari perusahaan ayah Raka. Acara ini dihadiri oleh banyak rekan kerja dan mitra bisnis penting. Nanda terlihat anggun dengan gaun malamnya, sementara Raka mengenakan setelan jas yang rapi. Mereka berdua berjalan memasuki ruangan, disambut dengan senyuman dan sapaan dari berbagai tamu.Ayah Raka memperkenalkan mereka kepada para tamu, termasuk Ayah Leon, seorang mitra bisnis penting. "Ini anak saya, Raka, dan tunangannya, Nanda," kata Ayah Raka dengan bangga.Ayah Leon menjabat tangan Raka dan Nanda, "Senang bertemu dengan kalian. Kalian pasangan yang sangat serasi."Raka tersenyum tipis, namun di dalam hatinya ia merasa tidak nyaman. Sepanjang malam, ia mencari-cari kesalahan Nanda, meskipun Nanda berusaha sebaik mungkin untuk tampil sempurna.### Mencari Kesalahan NandaSaat mereka duduk di meja makan, Nanda mencoba berbicara dengan salah satu tamu tentang topik yang dibahas dalam pert
Madam Maroon dan orangtua Nanda tiba di rumah Raka dengan ekspresi penuh kemarahan. Suasana tegang terasa sejak awal, dengan pandangan tajam dan nada bicara yang tegas."Raka seakan tidak suka dengan Nanda! Apa maksud semua ini?" seru ayah Nanda dengan marah.Rob, ayah Raka, berusaha menenangkan. "Kami minta maaf. Raka masih muda dan butuh waktu untuk menyesuaikan diri."Namun, Madam Maroon memotong dengan suara tajam, "Ini sudah keterlaluan! Kami tidak akan menerima perlakuan seperti ini terhadap putri kami."Perdebatan terus berlanjut, dengan suara yang semakin keras. Orangtua Nanda tidak bisa menahan amarah mereka, dan Madam Maroon juga tidak tinggal diam. Rob mencoba menjelaskan, tetapi suasana semakin memanas."Raka harus mengerti tanggung jawabnya. Kita sudah berkomitmen pada perjodohan ini!" tegas ibu Nanda."Jika Raka terus menunjukkan sikap seperti ini, pernikahan ini tidak akan pernah berhasil!" tambah ayah Nanda.Tiba-tiba, Nanda masuk ke ruangan dengan wajah penuh kekhawat
Hari yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Pernikahan Raka dan Nanda digelar dengan megah di sebuah vila mewah yang didekorasi dengan tema mafia klasik. Lampu-lampu kristal menggantung di langit-langit, memberikan nuansa glamor. Para tamu undangan yang terdiri dari pengusaha kaya, politisi, dan teman-teman mafia Rob dan Madam Maroon, memenuhi tempat acara dengan pakaian mewah mereka.Tamu-tamu tiba dengan mobil-mobil mewah, menyusuri karpet merah menuju aula utama. Di pintu masuk, terdapat patung-patung marmer dengan tema Italia kuno, serta penjaga-penjaga berseragam hitam lengkap dengan dasi. Musik jazz mengalun lembut di latar belakang, menciptakan suasana elegan dan klasik.Di tengah aula, terdapat panggung besar yang dihiasi dengan bunga-bunga putih dan emas. Di sisi panggung, sebuah meja panjang telah disiapkan untuk Raka, Nanda, dan keluarga mereka. Para pelayan berseragam hitam-putih sibuk menghidangkan makanan dan minuman mewah kepada para tamu.Di salah satu sudut ruangan, Rob
Leon menatap Ziva dengan senyum penuh arti. Ziva terkejut bukan main. Sudah berbulan-bulan mereka tidak bertemu, sejak Raka menjebak Leon di Inggris. Namun, Ziva berusaha menahan rasa terkejutnya dan dengan polos bertanya, "Ke mana saja kau selama ini, Leon?"Leon tersenyum lebar. "Aku ada proyek di Inggris. Tapi sekarang aku senang bisa kembali, terutama karena Raka akhirnya menikah. Mungkin ini akan mengurangi sainganku untuk mendekati gadis yang kuinginkan."Ziva merasa hatinya berdebar. Leon tidak tahu betapa rumitnya situasi ini. Sebelum sempat berbicara lebih lanjut, ayah Leon, Brok Bearpo, muncul. Brok adalah orang yang sangat diincar Ziva untuk bertemu. Sekarang, mereka bertatap muka.Brok Bearpo, dengan tongkat emasnya dan pengawal pribadi, berjalan mendekati mereka. Ziva merasa jantungnya berdegup kencang, tetapi berusaha bersikap biasa saja. Brok ramah pada Ziva, menyapanya dengan suara yang dalam dan penuh wibawa. "Senang bertemu denganmu, Ziva. Aku sering mendengar tentan
Esok harinya, Ziva sedang sibuk di toko ketika Leon tiba-tiba datang. Dengan senyum hangat, Leon menyapa, "Halo, Ziva. Lama tidak bertemu."Ziva berusaha menyembunyikan perasaannya yang campur aduk. "Leon, apa kabar? Senang melihatmu."Leon membantu Ziva mengatur beberapa barang di toko. Mereka berbicara tentang hal-hal ringan, dan Leon tak bisa menyembunyikan kerinduannya pada Ziva. "Aku sangat merindukanmu, Ziva. Ingat saat kita sering menghabiskan waktu bersama?"Ziva tersenyum, berusaha menjaga percakapan tetap ringan. "Aku juga, Leon. Banyak yang terjadi sejak kamu pergi."Setelah selesai di toko, Ziva dan Leon pergi ke taman kota. Mereka duduk di bangku taman yang teduh, dikelilingi oleh bunga-bunga yang indah. Leon mulai menceritakan pengalamannya di Inggris. "Aku bersenang-senang dengan pekerjaanku di sana. Banyak proyek besar dan pesta mewah. Tapi, aku selalu merasa ada yang kurang."Ziva mendengarkan dengan penuh perhatian. "Senang mendengarnya, Leon. Raka dan Nanda sudah la
Raka berjalan dengan langkah berat menuju bar, pikirannya kacau oleh kecemburuan dan frustrasi. Ia duduk di bangku bar, memesan minuman demi minuman, mencoba melupakan semua masalahnya. Cahaya redup dan musik keras bar itu tidak mampu menenangkan hatinya yang bergolak.Seorang gadis dengan gaun merah ketat mendekat, matanya penuh dengan niat. "Hai, tampan. Kelihatan kamu butuh teman," katanya dengan suara menggoda.Raka menoleh perlahan, tatapannya buram akibat alkohol. "Aku... aku gak butuh siapa-siapa," gumamnya, tapi gadis itu tidak menyerah."Ayolah, sedikit hiburan gak akan merugikanmu," katanya sambil menyentuh lengan Raka dengan lembut. Ia kemudian mulai menggeser tangannya ke arah resleting celana Raka, berusaha membuatnya terangsang.Namun, Raka yang sudah mabuk berat malah merespons dengan kemarahan. "Jangan sentuh aku!" teriaknya, lalu dengan refleks memukul gadis itu.Situasi langsung menjadi gaduh. Gadis itu terjatuh dan menjerit, menarik perhatian orang-orang di sekitar.
Sore itu, Ziva baru saja selesai membereskan tokonya ketika Leon datang menjemputnya. Leon tampak rapi dengan setelan jas, senyum lebar menghiasi wajahnya. "Ziva, aku mengajakmu makan malam di rumah. Ayah ingin bertemu denganmu," katanya dengan nada riang, namun ada sedikit kekhawatiran dalam tatapan matanya.Ziva terkejut dan seketika kalang kabut. Ia tahu siapa yang akan ia hadapi malam ini—Brok Bearpo, mafia terkuat yang pernah ia dengar. Namun, Ziva bersiap dengan tekad bulat. Jika ada sesuatu yang akan terjadi padanya, ia akan siap menghadapinya.Setelah berkemas dan mengenakan gaun yang elegan namun sederhana, Ziva pergi bersama Leon ke rumahnya. Rumah itu adalah sebuah mansion mewah dengan gerbang besar yang dijaga oleh beberapa pengawal. Di pintu, mereka disambut oleh Brok Bearpo dengan tongkat emasnya dan senyum tipis yang mengintimidasi."Selamat datang, Ziva," kata Brok dengan suara dalam dan tegas. "Masuklah, aku ingin kalian melihat-lihat rumah ini."Leon dan Ziva mengiku