Raka dan Nanda berjalan di dalam mall yang mewah, dikelilingi oleh etalase toko-toko mahal. Nanda tampak bersemangat, sesekali menarik perhatian Raka ke sebuah toko atau item tertentu."Raka, lihat gaun ini. Menurutmu bagaimana?" tanya Nanda sambil memegang sebuah gaun elegan.Raka hanya melirik sekilas dari ponselnya, "Iya, bagus," jawabnya tanpa antusias.Nanda mencoba untuk tetap positif. "Aku dengar ada restoran baru di sini. Mungkin kita bisa makan siang di sana?"Raka mengangguk sambil mengetik pesan di ponselnya, "Terserah kamu."Nanda menghela napas, merasa frustasi tapi berusaha tetap tersenyum. Mereka melanjutkan belanja, dengan Raka yang terus fokus pada ponselnya.Di rumah Raka, Nanda pamit pulang. "Terima kasih sudah menemaniku, Raka. Sampai jumpa," katanya dengan senyum."Ya, sampai jumpa," jawab Raka singkat.Begitu Nanda pergi, Madam Maroon langsung mendekati Raka dengan wajah marah. "Aku tahu dari anak buahku, kamu hanya fokus pada ponselmu tadi. Apa-apaan ini, Raka?"
Setelah pulang meninggalkan Nanda di pesta, Raka segera berganti pakaian dan menuju toko Ziva. Mereka sudah berjanji untuk belanja bulanan kebutuhan kue dan roti. Ziva menyambutnya dengan senyum hangat ketika Raka tiba.Mereka berdua menuju toko perlengkapan kue dan roti, memilih berbagai bahan seperti tepung, gula, mentega, dan cokelat. Raka membantu Ziva mendorong troli dan sesekali mencandainya tentang pilihan bahan yang diambil."Jadi, kita akan mencoba resep baru hari ini?" tanya Raka dengan antusias.Ziva tersenyum, "Iya, aku punya ide untuk kue cokelat dengan isian stroberi. Kamu siap membantu?""Tentu saja, aku selalu siap!" jawab Raka dengan semangat.Setelah belanja, mereka kembali ke toko. Ziva berterima kasih pada Raka atas bantuannya. "Terima kasih sudah menemani belanja, Raka. Kamu selalu bisa diandalkan.""Sama-sama, Ziva. Aku senang bisa membantu," jawab Raka dengan tulus.Malam hari, mereka berdua mulai membuat adonan kue di dapur. Raka membantu Ziva mencetak adonan d
Madam Maroon berdiri dengan anggun di ruang tamu, menyerahkan tiket jalan-jalan ke Kapadokia kepada Raka dan Nanda. "Ini hadiah untuk kalian. Pergilah ke Kapadokia, nikmati waktumu di sana," katanya dengan senyum penuh makna. Raka terpaksa menerima tiket tersebut, sementara Nanda bersorak gembira, memeluk Madam Maroon dan berterima kasih.Raka kemudian menemui Ziva di toko sebelum keberangkatan. "Aku harus pergi keluar negeri untuk seminggu, ada tugas dari ayah," bohong Raka. Ia berjanji akan mengirim kabar. Ziva berpura-pura mengerti, meski hatinya penuh kecurigaan.Di bandara, Nanda tampak sangat bersemangat. "Aku tak sabar untuk melihat balon udara di Kapadokia! Ini akan menjadi liburan yang indah, Raka!" katanya, menggenggam tangan Raka dengan erat. Namun, Raka hanya memberikan senyum tipis, pikirannya tetap melayang ke Ziva.Ziva, dengan tekad kuat, membeli tiket ekonomi di penerbangan yang sama. Dia mengikuti dari kejauhan, memastikan tidak ada yang mengenalinya.Di pesawat, Nan
**Di Pesawat:**Ziva duduk di kursinya di kelas ekonomi, matanya sembab dan perasaan campur aduk memenuhi hatinya. Air mata terus mengalir di pipinya meski ia mencoba menahannya. "Kenapa hatiku jadi seperti ini?" pikirnya. Ia mencoba meyakinkan diri bahwa perasaannya pada Raka hanyalah pura-pura, namun kenyataannya, perasaan itu ternyata lebih dalam dari yang ia kira.Pesawat mulai lepas landas, meninggalkan Kapadokia dan semua kenangan pahit yang baru saja dialami Ziva. Ia menatap keluar jendela, melihat pemandangan yang semakin kecil di bawahnya, dan menangis lebih keras. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa menahan perasaannya, meski awalnya ia hanya berniat memanfaatkan Raka.**Di Hotel:**Sementara itu, di kamar hotel mewah yang diterangi oleh cahaya lilin lembut, Nanda berdiri di depan cermin, mengenakan gaun tidur seksi yang sengaja ia pilih untuk malam ini. Ia bertekad untuk membuat malam ini menjadi malam yang tak terlupakan bagi Raka.Raka duduk di tepi te
Hari pernikahan Raka dan Nanda tiba. Sebuah pesta pernikahan megah diadakan di sebuah gedung besar, dipenuhi dengan tamu undangan, dekorasi bunga yang indah, dan lampu-lampu yang gemerlapan. Raka berdiri di depan altar bersama Nanda, yang tampak anggun dalam gaun pengantin putihnya. Penatua mulai memimpin upacara pernikahan, dan suasana menjadi khidmat.Namun, tiba-tiba, pintu gedung terbuka dengan keras. Semua mata tertuju pada Ziva yang masuk dengan langkah tergesa-gesa, bersimbah darah dan memegang pistol. Bajunya koyak, dan wajahnya penuh luka."Kamu pilih dia atau aku?" teriak Ziva sambil menangis, matanya penuh dengan kemarahan dan kesedihan yang mendalam.Semua orang panik. Tamu-tamu berteriak dan berusaha menjauh. Nanda berdiri kaku di tempatnya, sementara Raka terlihat shock, air matanya mulai mengalir."Ziva, tolong hentikan! Apa yang kamu lakukan?" teriak Raka dengan suara yang serak dan putus asa.Ziva mengangkat pistolnya, mengarahkannya ke kepalanya sendiri. "Kalau kamu
### Malam Hari di Acara PerusahaanMalam itu, Raka dan Nanda dipaksa hadir di sebuah acara undangan dari perusahaan ayah Raka. Acara ini dihadiri oleh banyak rekan kerja dan mitra bisnis penting. Nanda terlihat anggun dengan gaun malamnya, sementara Raka mengenakan setelan jas yang rapi. Mereka berdua berjalan memasuki ruangan, disambut dengan senyuman dan sapaan dari berbagai tamu.Ayah Raka memperkenalkan mereka kepada para tamu, termasuk Ayah Leon, seorang mitra bisnis penting. "Ini anak saya, Raka, dan tunangannya, Nanda," kata Ayah Raka dengan bangga.Ayah Leon menjabat tangan Raka dan Nanda, "Senang bertemu dengan kalian. Kalian pasangan yang sangat serasi."Raka tersenyum tipis, namun di dalam hatinya ia merasa tidak nyaman. Sepanjang malam, ia mencari-cari kesalahan Nanda, meskipun Nanda berusaha sebaik mungkin untuk tampil sempurna.### Mencari Kesalahan NandaSaat mereka duduk di meja makan, Nanda mencoba berbicara dengan salah satu tamu tentang topik yang dibahas dalam pert
Madam Maroon dan orangtua Nanda tiba di rumah Raka dengan ekspresi penuh kemarahan. Suasana tegang terasa sejak awal, dengan pandangan tajam dan nada bicara yang tegas."Raka seakan tidak suka dengan Nanda! Apa maksud semua ini?" seru ayah Nanda dengan marah.Rob, ayah Raka, berusaha menenangkan. "Kami minta maaf. Raka masih muda dan butuh waktu untuk menyesuaikan diri."Namun, Madam Maroon memotong dengan suara tajam, "Ini sudah keterlaluan! Kami tidak akan menerima perlakuan seperti ini terhadap putri kami."Perdebatan terus berlanjut, dengan suara yang semakin keras. Orangtua Nanda tidak bisa menahan amarah mereka, dan Madam Maroon juga tidak tinggal diam. Rob mencoba menjelaskan, tetapi suasana semakin memanas."Raka harus mengerti tanggung jawabnya. Kita sudah berkomitmen pada perjodohan ini!" tegas ibu Nanda."Jika Raka terus menunjukkan sikap seperti ini, pernikahan ini tidak akan pernah berhasil!" tambah ayah Nanda.Tiba-tiba, Nanda masuk ke ruangan dengan wajah penuh kekhawat
Hari yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Pernikahan Raka dan Nanda digelar dengan megah di sebuah vila mewah yang didekorasi dengan tema mafia klasik. Lampu-lampu kristal menggantung di langit-langit, memberikan nuansa glamor. Para tamu undangan yang terdiri dari pengusaha kaya, politisi, dan teman-teman mafia Rob dan Madam Maroon, memenuhi tempat acara dengan pakaian mewah mereka.Tamu-tamu tiba dengan mobil-mobil mewah, menyusuri karpet merah menuju aula utama. Di pintu masuk, terdapat patung-patung marmer dengan tema Italia kuno, serta penjaga-penjaga berseragam hitam lengkap dengan dasi. Musik jazz mengalun lembut di latar belakang, menciptakan suasana elegan dan klasik.Di tengah aula, terdapat panggung besar yang dihiasi dengan bunga-bunga putih dan emas. Di sisi panggung, sebuah meja panjang telah disiapkan untuk Raka, Nanda, dan keluarga mereka. Para pelayan berseragam hitam-putih sibuk menghidangkan makanan dan minuman mewah kepada para tamu.Di salah satu sudut ruangan, Rob