Share

Pelayan Hasrat CEO Kejam
Pelayan Hasrat CEO Kejam
Penulis: Putri Handayani

Bab 1. Tugas Istri

Ctas!

Naura yang baru masuk ke kamar mewah di mansion "suami misterius"-nya itu terkesima.

Lampu di sana mendadak padam, hingga ruangan menjadi gelap total.

Ada apa ini? Apakah rumah semewah ini bisa padam listrik?

"Apakah kamu suka kamar ini?"

Deg!

Belum sempat memproses semuanya, Naura mendapati suara bariton tengah berbisik di telinganya.

Tubuh gadis itu meremang. Tersadar bahwa itu adalah suara pria yang mendatanginya adalah pria yang tadi pagi mengambil akad atas dirinya!

Ya, Naura memang tak mengetahui hal apapun, selain suara dan perawakan pria itu yang kekar, tinggi, dan berkulit putih.

Semua terjadi karena pernikahan mereka begitu mendadak. Ayahnya tak mampu melunasi utang pada pria berstatus suaminya itu. Sang ibu berusaha membujuk agar pernikahan ini tak terjadi, tetapi ia pun tak kuasa melawan sang kepala keluarga.

Karena adat, Naura juga tidak duduk bersebelahan dengan calon suaminya mengucap ijab kabul, sehingga kesempatan Naura melihat wajahnya pun hilang.

Parahnya, pria itu pun langsung pergi karena ada urusan mendadak setelah akad.

Hanya saja, kenapa pria ini harus mematikan lampu saat ingin menemuinya? Bukanlah mereka sudah menjadi suami istri?

"Naura?"

"Iya, Tuan," jawab gadis itu dengan nada gugup--tersadar dari lamunan.

"Kamu tahukan kenapa aku menikahimu?" tanya pria itu lagi.

"Iya tahu Tuan," jawab Naura terbata-bata.

Pria itu pun langsung mendekatkan dirinya dan berbicara pelan di telinga Naura.

"Kalau begitu kamu juga tahukan tugas seorang istri?"

Seketika tubuh Naura langsung gemetar.

Ia tidak berani menjawab perkataan suaminya itu.

Mulutnya seakan tertutup rapat-rapat. Di dalam hatinya bertanya-tanya, bagaimana bisa ia melayani pria yang tidak pernah ia lihat wajahnya bahkan dia tidak tahu nama suaminya?

"Kenapa diam?" tanya pria itu lagi dengan nada keras membuat Naura kaget seketika.

Namun, bibirnya seolah kelu.

Hanya saja, Naura tak menyadari bahwa tindakannya justru membuat sang suami emosi. "Kenapa kamu tidak menjawab, apa kamu bisu?"

Kali ini, Naura menarik napas.

Diberanikannya diri untuk bicara. "Maaf, Tuan," ucap Naura merasa tak berani memanggil suaminya itu tanpa sebutan hormat, "Aku tahu tugas seorang istri, tapi aku mohon Tuan tolong jangan lakukan itu. Terkait utang orang tuaku, bisakah Tuan memberikan waktu agar aku dapat membayarnya?"

Seketika ruangan itu terasa hening.

Hening yang berat, hingga membuat Naura merasa semakin gemetar.

Namun, tawa dari pria itu mengejutkannya. "Hahaha...."

"Kamu mau membayarnya? Kamu pikir hutang ayahmu sedikit?" ucap pria tersebut. Meski gelap, entah mengapa Naura merasa ia tersenyum miring.

"Dengan cara apa kamu membayarnya?"

Jarak pria itu dan Naura menipis.

Bibir Naura bahkan bersentuhan dengan bibir pria itu. Dan aroma wood dan musk yang membuat tubuhnya panas dingin, tercium kencang.

Tapi, wajah suaminya itu juga tak terlihat!

"Aku akan menyicilnya Tuan, semua gajiku akan aku berikan kepada Tuan aku bekerja di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota ini tuan," ucap Naura, kembali.

Kali ini, dengan nada sedikit berani.

Entah dari mana dia dapatkan keberanian itu, ia pun tak tahu. Yang jelas, dia merasa itu lebih baik dibanding harus melayani pria tak dikenalnya itu, sekarang juga.

"Baiklah aku akan memberikanmu waktu, jika kamu tidak mampu membayarnya dengan waktu yang sudah saya berikan, kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan?" ucap pria tersebut kembali membisikan di telinga Naura.

Naura mengangguk.

Namun...

"Emmph!"

Naura tak menyangka jika suaminya itu langsung mencium bibir Naura.

"Tuan!" Seketika Naura langsung mendorong suaminya itu begitu sangat kuat. "Tolong, jangan lakukan itu. Bukannya Tuan tadi sudah menyetujuinya tidak akan melakukan apa pun kepada saya?"

"Hahahaha! Baiklah, kau selamat hari ini 'istriku'," ucapnya penuh penekanan pada kata istri.

Tanpa basa-basi, pria itu pun pergi meninggalkan Naura yang masih berdiri, membeku.

Dan ajaibnya, lampu kamar pun kembali menyala.

"Hah..."

Naura langsung menarik nafas panjang dan langsung duduk di lantai.

Air matanya menetes. Dia sama sekali tidak menyangka dia akan menikah dengan pria yang tidak dicintai.

Mengapa nasibnya begini?

Cukup lama, Naura dalam posisi tersebut.

Ia bahkan tak menyadari bahwa seseorang telah mengetuk pintu kamarnya dan masuk ke dalam kamar.

"Permisi nyonya, saya adalah pelayanan di rumah ini," ucap seorang wanita paruh baya, "panggil saja saya Bi Inah. Tuan menyuruh saya memanggil nyonya untuk makan, semua makan sudah saya siapkan."

Makan?

Seketika, Naura teringat bahwa dirinya belum makan sejak pagi.

Pantas saja, dia merasa sangat lemas.

Buru-buru, Naura mengusap air matanya.

"Baik Bi," ucapnya.

Bi Inah tampak mengangguk. Tak lama, mereka berdua pun berjalan menuju meja makan sesampainya Naura langsung kaget melihat begitu banyak makanan di meja.

"Silakan duduk, Nyonya," ucap Bi Inah.

"Iya Bi, terimakasih," sahut Naura dan langsung duduk di kursi.

Hanya saja, Naura begitu heran melihat banyak makanan yang belum pernah ia lihat sebelumnya!

Sebagai pelayan restoran mewah, Naura sadar makanan ini sangat mahal. Tapi, ini bahkan tak ada di menu restoran, tempatnya bekarja!

Naura jadi ragu menyentuhnya. Bagaimana jika utangnya bertambah? Padahal, utang ayahnya saja, ia masih tak tahu cara melunasinya.....

Komen (8)
goodnovel comment avatar
Amriadi Adi
bab awal yg seru
goodnovel comment avatar
Anhaandyka Anhaandyka
ceritanyaa, sangat bagusa
goodnovel comment avatar
Indah putri Putri Indah
mereke menika karena terpaksa ya thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status