Share

chapter 62

Penulis: Irma W
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Gery masih melongo tidak paham dengan perkataan Amora. Amora yang masih terisak kini duduk di sofa sambil membuang muka.

“Kau cemburu?” kata Gery sambil memiringkan badan.

Amora masih sesenggukan dan tidak menoleh.

“Benarkan?” Gery mendekat lalu berjongkok.

Tiba-tiba saja Amora berdiri membuat Gery terjengkang ke belakang. Gery yang kaget membulatkan bola mata lebar-lebar dan melongo.

“Aku tidak cemburu.” Amora melompati kaki Gery dan berjalan menjauh. Menghadap ke arah lain, Amora melipat kedua tangan di depan dada.

“Kalau begitu, kenapa kau marah?” tanya Gery sambil bangun dari posisinya yang terjengkang. “Jelaskan saja supaya aku paham.”

Amora mengusap wajahnya hingga air mata tak tersisa lagi. Amora kemudian berbalik sambil menghentakkan kakinya. Amora yang tidak pernah berani bicara dan selalu menunduk saat di hadapan sang suami, kini mendadak ingin merengek manja.

“Bilang saja kalau kau masih peduli dengan Belva!” salak Amora. “Kau memperdulikan dia sampai lupa kalau ada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 63

    Setelah mengantar Amora ke kamar, Gery kembali lagi untuk mengambil makan malam. Awalnya Gery tidak ingin membahas masalah tadi malam ini, tapi karena berhubung berpapasan dengan Belva, akhirnya Gery buka suara.“Apa yang kau lakukan pada Amora?” tanya Gery.Belva pura-pura tidak mengerti. Ia tetap berjalan menuju ruang makan untuk bergabung dengan yang lain. Niatnya supaya Gery berhenti mengejar atau menanyai macam-macam.“Jawab aku!” Gery menarik lengan Belva tepat sesampainya di ruang makan.Mereka yang sudah duduk dan ada yang mulai menikmati makanan pun jadi terkejut.“Ada apa lagi, Ger?” tanya Wenda.Seperti bukan seorang suami, Theo justru duduk dengan santai dan sempat melirik malas. Theo semakin muak melihat tingkah Belva yang kian berlebihan.“Jawab!” Gery meninggikan suaranya. Belva sempat berjinjit dan menjadi gugup sendiri.Melihat ke sekitar, semua mata sudah memandang dengan tatapan aneh. Mereka seolah sedang menunggu Belva menjawab apa yang diharapkan oleh Gery

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 64

    Setelah bertemu dengan Amora dan Gery yang membuatnya jengkel, Belva kembali masuk ke dalam kamar lagi. Selesai menutup pintu dengan cukup keras, Belva sempat menghentakkan satu kakinya. Wajahnya merengut dan nampak menahan amarah.“Kenapa masuk lagi?” tanya Theo. “Tidak jadi pergi? Cih!”Amarah Belva kian memuncak, tapi hanya bisa memendamnya untuk saat ini. Ya, sejujurnya tadi ada sedikit perdebatan antara Theo dan Belva setelah meninggalkan kamar ayah dan ibu. Bukannya menyelesaikan masalah, keduanya justru adu mulut di dalam kamar hingga membuat Belva memilih angkat kaki. Namun, tak disangka bertemu dengan Gery dan Amora yang umbar kemesraan, Belva memutuskan kembali masuk ke kamar.Masih dalam posisi berdiri tidak jauh dari pintu, Belva mengatupkan bibir sebelum menarik napas panjang. Belva lantas berjalan mendekat dan menatap Theo.“Aku tahu kita tidak saling mencintai, dan oke aku akui salah karena telah membuat sandiwara pernikahan ini. Tapi ... kau juga bersalah. Kau juga

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 65

    Merasa takut kalau Andy akan membuat Amora tidak nyaman, Lela yang semula ada di ruangan tengah ikut keluar. Lela menarik lengan Amora dan mendampinginya.“Kau sedang apa disini?” Lela bertanya. “Apa kau tidak bosan mengganggu Amora terus?”Andy berdiri santai tidak mengindahkan pertanyaan Lela. Andy hanya fokus menatap Amora.“Aku datang karena peduli pada Amora,” kata Andy.“Peduli?” sahut Amora. “Kau tidak perlu memperdulikan aku lagi,” sambungnya lagi.“Ayolah Amora,” desah Andy. “Jangan berbohong padaku dan dirimu sendiri. Aku tahu bagaimana pernikahanmu dengan pria itu. Tidak ada rasa saling cinta bukan?”Amora menguatkan rahang serasa ingin sekali melayangkan satu pukulan keras ke wajah Andy. Pria itu sungguh tidak pernah mengerti meski sudah beberapa kali dijelaskan.“Dengar ya Andy. Sudah seringkali kukatakan, jangan ikut campur rumah tanggaku. Dan mengenai aku bahagia atau tidak, kau juga tidak berhak ikut campur.”Tidak ada yang tahu kalau obrolan mereka yang suaran

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 66

    Sampai di rumah, Andy sudah ditunggu oleh Putri. Putri sedari tadi mondar-mandir di teras rumah karena merasa cemas pada sang suami. Pasalnya tadi Andy pergi buru-buru sampai lupa berpamitan.Ayah, ibu tidak di rumah, jadi Putri tidak terlalu memusingkan bagaimana ada kemungkinan pertanyaan dari mereka tentang kegelisahannya.“Apa kau menemui Belva lagi?” tanya Putri saat Andy sampai di teras usai memarkir mobilnya lebih dulu.Andy tidak menjawab melainkan menghela napas berat lalu nyelonong begitu saja masuk ke dalam rumah. Di belakang, Putri langsung menyusul.“Benarkan?” Putri meraih lengan Andy. “Jawab, Andy!”Andy mendesah lagi lalu berbalik dan menatap Putri. “Ya. Aku memang bertemu dengan Belva.”Andy berbalik lagi dan berjalan meninggalkan Putri. Penasaran, Putri pun ikut masuk ke dalam kamar.“Tunggu, Andy!” panggil Putri. Putri menutup pintu lalu mendekati Andy yang tengah melepas pakaiannya.“Kau tidak perlu berpikir yang macam-macam,” kata Andy sembari melempar kao

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 67

    Sore harinya Gery menjemput Amora di tempat loundry, sesuai dengan janjinya. Sampai di sana, Gery hanya melihat ada Amora yang sedang berdiri sendiri. Lela tidak ada, mungkin sudah pulang lebih dulu. Karena merasa khawatir dengan suasana yang sudah mulai remang-remang, Gery sampai turun dari mobil begitu cepat.“Kenapa sendirian? Di mana temanmu? Kenapa tidak menemanimu dulu?”Amora garuk-garuk kepala sambil nyengir saat Gery memberondong pertanyaan.“Kenapa malah nyengir begitu?” sergah Gery.“Tidak, tidak apa-apa,” jawab Amora. “Ya sudah ayo pulang.” Amora meraih dan menggandeng lengan Gery hingga sampai di depan mobil.Saat mobil melaju, tidak ada percakapan di dalamnya. Bukan karena tidak mau saling mengobrol, tapi nampaknya Amora begitu sangat kelelahan. Dia langsung tertidur saat beberapa menit mobil melaju.Sesampainya di rumah, Gery lebih dulu turun dari mobil. Gery berjalan memutar dan sampai di depan pintu sebelah kiri. Di kursinya, Amora masih terlelap dengan kepala b

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 68

    Sampai pagi kembali datang lagi, Gery belum juga membicarakan tentang surat perjanjian yang sebelumnya sudah dibicarakan dengan Andy. Harusnya Gery berani, tapi entah kenapa masih ada sedikit keraguan.Rasa cinta yang telah tumbuh begitu dalam, membuat Gery takut akan kehilangan. Gery tidak mau sampai Amora pergi setelah perjanjian itu terhapuskan.“Kenapa melamun lagi?” tanya Amora.Gery tersenyum lalu memangku Amora. “Tidak, aku hanya sedang memandangimu.”Amora mengerutkan dahi. Amora memang melihat pandangan Gery ke arahnya saat sedang bercermin, tapi pikiran kosong tidak bisa dielakkan.“Kau mandi dulu, aku tunggu di bawah.” Amora bangkit dari pangkuan Gery. “Aku siapkan sarapan untukmu.”Pergi keluar dari kamar, Amora beranjak menuruni anak tangga. Di rumah ini tidak ada lagi yang mengganggu karena sosok Belva tidak ada. Sampai di lantai dasar, samar-samar Amora mulai mendengar ada percakapan.Langkah semakin dekat, Amora bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang mereka

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 69

    Sudah hampir tiga hari Belva tidak kembali ke rumah sang suami. Belva mulai sedikit frustasi karena tak kunjung bisa menemukan cara memisahkan Gery dan Amora. Kesialan Belva bertambah tatkala secara tidak sengaja berjumpa dengan mantan kekasih yang sempat menjalin hubungan sekitar dua bulan saja.Setelah berpisah dari pertemuan beberapa hari yang lalu, pria itu selalu mencoba menghubungi Belva beberapa kali. Karena menang sudah tidak ingin berhubungan, satu panggilan pun tak pernah Belva angkat.“Apa lagi sih!” dengus Belva ketika ponselnya berdering untuk yang ke lima belas kali.Sembari berdecak sebal, Belva menatap layar ponsel yang masih berdering—membuat tangannya ikut bergetar. Terpampang di sana, bukan nomor Nando, melainkan nomor sang suami. Wajah yang semula datar, perlahan menjadi biasa saja.Menggigit bibirnya, Belva belum juga menjawab panggilan tersebut. Entah kenapa ada rasa gugup dan bingung sendiri. Sudah beberapa hari tidak berjumpa, mungkin ada rasa rindu. Namun,

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 70

    Amora tengah berjalan sendirian di trotoar. Amora hendak kembali ke tempat laundry usai membeli nasi bungkus untuk dimakan bersama dengan Lela.“Kemari kau!” tiba-tiba ada seseorang yang menarik lengan Amora.Amora yang terkejut hampir saja hilang kendali dan jatuh.“Belva?” pekik Amora kemudian.“Kita harus bicara!” Belva menarik lengan Amora dan mengajaknya ke tempat yang sedikit menjauh dari jalanan.“Ada apa sih?” salak Amora. “Kenapa menarikku ke sini?”“Diamlah!” hardik Belva.Amora sempat menaikkan kedua alisnya karena kaget dengan ucapan Belva yang meninggi.“Urusan kita belum selesai. Aku masih tidak terima kau mendapatkan Gery,” ujar Belva sambil menuding.Amora mendesah berat dan mengatupkan kedua matanya untuk sesaat. “Sebenarnya apa yang kau mau dariku?” tanya Amora kemudian.Belva mendecih sambil membuang muka. Kemudian Belva kembali terfokus. “Aku masih belum terima kekalahan. Kau tahu aku orangnya selalu menang bukan?”Amora akui perkataan Belva memang benar

Bab terbaru

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 88 (Tamat)

    Setelah kejadian sudah berlalu, kini Gery dan Amora memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Mereka berdua berlibur ke bali dengan tujuan menenangkan pikiran dan memadu kasih. Keduanya sadar betul, kalau dalam rumah tangga terkadang memang selalu memiliki masalah. Entah itu masalah yang ringan maupun berat sekalipun. Dan kini semua sudah usai. Nomor satu adalah saling percaya. "Kau suka?" tanya Gery pada Amora yang sedang begitu lahap memakan makanan laut. Dengan mulut penuh, Amora mengangguk. "Ini sangat enak." Gery tertawa kecil. Di sebuah restoran yang tidak jauh dari pantai, memang sangat cocok untuk menenangkan pikiran. Deburan ombak dan angin sepoi-sepoi yang terdengar, membuat suasana di sore hari begitu romantis. Selesai menyantap makanan, keduanya memutuskan untuk menuju bibir pantai. Berjalan menyusuri pasir yang basah, keduanya kini saling merangkul menunggu sang surya membenamkan diri untuk istirahat. "Aku senang karena semua sudah isai," kata Amora. Dua tanganny

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 87

    Amora ingin marah dan pergi saja saat melihat adegan di dalam ponsel. Dadanya terasa terbakar dan ingin menangis. Namun, saat menoleh kearah Lina, Amora terpaksa tetap diam karena Lina menggenggam erat tangannya. Lina ingin Amora ada di sini sampai urusannya selesai.“Kau pikir dengan foto itu bisa membuktikan kalau Gery melakukan hal tak senonoh padamu?” cibir Lina. “Bagaimana mungkin ada orang yang mengambil gambar sedekat itu sementara kau dan Gery di sana? Ya, terkecuali kau sudah merencanakan dan menyuruh orang.”“Kau!” Belva melotot ke arah Belva.Menyadari Belva ketakutan, semakin membuat Lina ingin menyudutkannya. Wajah Belva yang mendadak gugup, juga membuat Wenda dan Abraham semakin yakin kalau Gery memang dijebak. Amora yang awalnya ingin sekali pergi, kini mulai penasaran dan ingin tahu kebenarannya.“Aku benar kan?” Lina tersenyum sambil mendengkus lirih.“Apanya yang benar!” salak Belva. “Apa kalian sedang mencoba mengeroyokku?” Belva bergantian menatap mereka semua

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 86

    Amora hampir saja menjerit saat menyadari ada Gery di dalam mobil. Lina yang sudah mengira ini akan terjadi, segera menutup mulut Amora dengan telapak tangannya.“Tenang Amora,” pinta Lina.“Aku tidak bisa ikut,” kata Amora.Amora sudah hampir berbalik, tapi dengan cepat Lina menghalangi. “Kumohon Amora. Ikutlah dengan kami, kau harus tahu kebenarannya.”“Kau baik-baik saja Amora?” panggil Andy yang merasa curiga dengan keadaan di dalam mobil itu.Masih beruntung kaca mobil tidak terlalu terang di bagian luar, jadi posisi Gery di dalam mobil tidak terlalu terlihat jika kurang jeli.“Kumohon Amora.” Gery memohon sebelum Andy berjalan mendekat karena penasaran.“Aku baik-baik saja.” Amora menatap Andy. “Aku pergi dulu.”Andy yang memang merasa aneh, pada akhirnya berhenti dan membiarkan Amora masuk ke dalam mobil.Amora sudah duduk di jok belakang, sementara Gery menyetir. Beberapa kali Lina melirik kaca spion untuk melihat Amora yang duduk sambil bersandar dan membuang pandang

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 85

    Keesokan harinya, Gery sudah bangun lebih awal. Dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dan menjemput sang istri pulang. Melihat wajah Gery yang sumringah saat di ruang makan, tentu membuat Abraham dan Wenda terheran-heran.“Kau sepertinya sedang bahagia, Ger?” tanya Wenda.Belum sempat Gery menjawab, Belva datang. Dia menyapa kedua mertuanya dan juga Gery. Wenda dan Abraham tersenyum tipis, sementara Gery acuh.“Aku mendadak kenyang,” kata Gery tiba-tiba. Gery hanya meneguk air putih lalu berdiri.Belva sudah mulai merasa tidak nyaman melihat sikap Gery pagi ini. Ditambah tentang ancaman Lina tadi malam. Ini pasti ada sesuatu yang sudah Gery tahu.“Sarapan dulu, Ger,” pinta Wenda.Gery berhenti melangkah lalu menoleh. “Aku tidak suka berdekatan dengan seorang pembohong!” tegas Gery. “Dan untuk ayah, Ibu, jangan percaya dengan omongan wanita itu. Dia hanya menjebakku.”Degh! Kini Belva yakin kalau Gery sudah tahu tentang kejadian malam itu yang sebenarnya memang tidak terjad

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 84

    Lina sudah sampai di dalam kamar Gery. Ia masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Amora sampai jatuh sakit dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit.“Kau bertengkar dengan Amora?” tanya Lina.Gery melempar kemeja ke sembarang tempat lalu beralih memakai kaos oblong. “Tidak bertengkar, tapi ... ah, entahlah!” Gery nampak frustasi.Lina berdecak lalu mendorong Gery supaya segera duduk. “Tenangkan dirimu dulu. Bicaralah dengan tenang, mungkin aku bisa membantu.”Gery meraup wajah sambil mendesah. “Ini semua salahku. Mungkin ini karma karena aku dulu sudah membuat Amora menderita.”Lina tiba-tiba mendecih dan membuang muka. “Bukan dulu, tapi sekarang pun kau masih membuatnya menderita.”“Hey!” teriak Gery tiba-tiba. Lina sampai membelalak. “Kau datang mau memberiku solusi atau mau menyalahkanku.”“Ya, ya, maaf. Aku hanya kesal padamu,” sahut Lina.“Aku harus bagaimana sekarang?” Gery menengadah lalu tertunduk pasrah. “Aku tidak mau kehilangan Amora. Dan jug

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 83

    Dokter mengatakan kalau keadaan Amora sudah baik-baik saja. Janin dalam kandungannya pun juga baik-baik saja. Menurut pemeriksaan dokter, Amora mengalami syok hingga perutnya terasa kram.Usai mendengar penjelasan dokter, Gery merasakan sekujur tubuhnya seolah sudah dihantam badai. Rasa bersalah muncul dan membuat dirinya seolah merasa tiada artinya.Hanya karena merasa takut kehilangan, Gery sampai membuang rasa percaya pada sang istri. Ini sangat salah. Sungguh salah.“Apa yang kau pikirkan sampai berbuat buruk pada Amora?” tanya Abraham.Di ruangan di mana Amora tengah berbaring, Gery tengah diinterogasi oleh ayah dan ibunya.“Aku hanya takut kehilangan dia, Ayah.” Jawab Gery seadanya. “Aku sangat takut sampai tidak tahu harus berbuat apa.”“Apa dengan begitu kau bisa tidur dengan Belva seenaknya?” salak Wenda. “Kau bilang mencintai Amora, tapi kau main di belakang bersama Belva. Astaga, Gery! Ibu tidak habis pikir kenapa kau bisa melakukan hal keji seperti itu.”Beberapa ka

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 82

    Baru saja Belva duduk, Gery dan Amora datang. Wajah keduanya begitu sumringah, membuat Wenda dan Abraham saling pandang sesaat dan merasa penasaran.“Sepertinya kalian sedang bahagia sekali pagi ini?” tanya Wenda dengan nada menyindir. Wajahnya mengulum senyum menahan rasa penasaran. “Ibu jadi ingin tahu.”Gery dan Amora bergandengan tangan kemudian duduk berdampingan.“Apa ada sesuatu?” tanya Abraham.Wajah Gery dan Amora sungguh membuat Ayah dan Ibu penasaran.Tidak melepas genggaman tangan, Gery menatap Amora sesaat sebelum kemudian beralih menatap Ayah dan ibu.“Berhubung kalian semua sedang di sini, aku ingin mengatakan sesuatu.” Gery kembali menoleh ke arah Amora sambil tersenyum.Ayah dan ibu saling pandang dan semakin penasaran, sosok Belva yang sebenarnya sudah tahu memilih pura-pura mendengarkan saja.“Ada apa, Sih? Ibu jadi penasaran,” kata Wenda.“Amora hamil.”Dua kata saja berhasil membuat ayah dan ibu membelalakkan mata. Mereka berdua terdiam sesaat tanpa berk

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 81

    Satu bulan berlalu, kandungan dalam perut Belva mulai sedikit membuncit. Namun, tiada yang tahu kalau dia hamil karena memang sudah berniat disembunyikan selama dua bulan ini. Tepatnya tak lama setelah kepergian Theo.Belva tengah sibuk mempersiapkan sesuatu, di kamar lain juga tak berbeda. Amora tengah berganti pakaian sebelum kemudian menyiapkan pakaian untuk sang suami.Sambil menata pakaian, sesekali Amora menengok ke arah pintu kamar mandi. Amora sudah tidak sabar memberi kejutan yang selama ini ia simpan dengan rapi. Amora sudah berniat memberitahu, tapi lebih dulu menunggu kepastian dari dokter.Sambil tersenyum, Amora meletakkan testpack dan surat keterangan dari dokter di atas baju ganti Gery. Setelah itu, Amora mundur dan sibuk membereskan kamar yang berantakan karena pertempuran keringat semalam.Ceklek!Amora membulatkan mata sesaat ketika sedang menyapu sudut ruangan. Amora gemetaran dan gugup sendiri.“Tenang Amora, semua akan baik-baik saja.” Amora mengusap dada

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 80

    Amora tersadar saat gedoran pintu kian kencang. Amora juga dapat mendengar suara sang suami beberapa kali memanggilnya. Dalam situasi yang remang-remang seperti ini, Amora pikir panggilan itu hanya sebatas ilusi atau mimpi. Namun, begitu Amora sempoyongan berjalan dan membuka pintu, barulah Amora sadar kalau suaminya memang ada di sini.“Ka-kau?” mata sayu, Amora masih belum yakin kalau orang yang berdiri di hadapannya saat ini adalah Gery.Gery tidak langsung menyerobot melainkan lebih dulu menatap lekat-lekat wajah sang istri yang tersorot lampu penerangan di bagian teras.Matanya bengkak, wajahnya sayu. Benarkah begitu? Gery tengah membatin.“Kenapa kau di sini?” tanya Gery. “kenapa tidak pulang?”Amora mengucek matanya yang terasa berat untuk terbuka. Kemudian masuk kembali tanpa bicara apapun. Gery berdecak mengikuti di belakang.“Jawab!” pinta Gery.“Tunggulah sebentar, nyawaku belum terkumpul,” sahut Amora jengkel.Amora menuju ruang belakang sementara Gery menunggu di

DMCA.com Protection Status