Share

Bab 2. Keluarkan Desahanmu!

Seorang wanita paruh baya dengan rambut kemerahan duduk di atas sofa berlapis sutra. Matanya berbinar penuh kepuasan saat ponselnya di meja samping berdering. Dia mengangkatnya dengan tenang, menempelkan ponsel itu ke telinganya.

“Ya, halo?” suaranya lembut, tapi penuh intrik.

“Nyonya Brittany, saya hanya ingin memberi tahu bahwa gadis yang Anda jual kepada Tuan X sudah masuk ke kamar. Anda akan menerima uang senilai sepuluh juta dolar besok pagi,” suara pria di ujung telepon terdengar dingin dan profesional.

Wanita paruh baya bernama Birttany tersenyum lebar, tatapannya menjadi semakin tajam. “Bagus sekali. Pastikan tidak ada yang mengganggu. Aku tidak ingin ada kesalahan dalam transaksi ini.”

“Tentu, Nyonya. Semuanya sudah diatur dengan sempurna,” jawab pria itu sebelum memutuskan panggilan.

Setelah panggilan itu terputus, Brittany meletakkan ponsel kembali ke atas meja. Wanita paruh baya itu tertawa senang. Suara tawanya menggema di seluruh ruangan, mengisi udara dengan aura menakutkan. Senyum liciknya menampakkan giginya yang putih, membuatnya terlihat semakin mengerikan.

“Besok pagi, sepuluh juta dolar akan menjadi milikku,” katanya sambil tersenyum puas. “Dan kau, Cordelia, akan menghilang dari kehidupan ini.”

Brittany tertawa sekali lagi, suaranya semakin keras dan menakutkan. Tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang. Dia telah mencapai puncak rencananya yang jahat, dan tidak ada yang bisa menghentikannya untuk meraih kemenangan yang selama ini dia dambakan.

Cordelia telah berhasil masuk dalam rencana permaianannya!

***

Ikatan matanya dilepas oleh pria tampan itu. Seketika mata Cordelia terpaku akan sosok pria bermata biru di hadapannya. Rasa takut tetap menyelimuti ditambah dengan ucapan pria tampan itu yang menginginkan tubuhnya. Cordelia bukan seorang pelacur. Dia tidak akan mungkin menyerahkan dirinya begitu saja pada pria yang bukan suaminya.

“Kau sudah tidak waras!” seru Cordelia memberanikan diri.

Pria tampan itu menyeringai. “Kau bisa bilang aku tidak waras, tapi apa pun perkataanmu tidak akan mengubah keinginanku.”

“Kau jangan macam-macam! Aku akan melaporkanmu pada pihak berwajib!” kata Cordelia cukup keras, dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya. Tatapannya sedikit melihat ke sekitar dirinya berada di sebuah kamar megah—yang entah kamar siapa ini. Namun tunggu! Cordelia merasa bahwa ini adalah kamar hotel. Mengetahui fakta itu membuatnya semakin takut!

Pria tampan itu tertawa. “Pihak berwajib? Katakan pihak berwajib mana yang mampu menangkapku, hm?”

Cordelia menelan salivanya susah payah. Dia terpaku akan pria tampan di depannya ini. Akan tetapi di sisi lain, dia sangat takut. Dia merasa bahwa pria yang ada di hadapannya bukan pria sembarangan.

“A-aku ingin pulang!” isak Cordelia sesenggukan.

Pria tampan itu hanya diam, menatapnya dengan tatapan dingin dan tak terbaca. Selama beberapa menit, tidak ada yang terjadi, hanya keheningan yang menambah ketakutan Cordelia.

“Malam ini kau milikku,” bisik pria tampan itu.

Cordelia menggelengkan kepalanya tegas. “Aku bukan milikmu!”

Pria itu menyeringai menanggapi ucapan Cordelia yang menolaknya. Semakin ditolak, semakin merasa tertantang dirinya. Hal yang menarik adalah gadis yang dia beli sangat polos dan naif.

Tiba-tiba tubuh Cordelia membeku di kala merasakan sesuatu yang aneh. Tubuhnya mendadak terasa panas. Kepalanya semakin pusing, dan jantungnya berdegup lebih kencang. Dia merasakan perubahan aneh dalam tubuhnya, seolah ada sesuatu yang tidak beres.

“Apa yang kau lakukan padaku? Kenapa tubuhku terasa panas?” tanya Cordelia dengan ketakutan yang semakin nyata.

“Ah, obatmu mulai bekerja. Well, aku hanya memasukan obat ke minumanmu untuk kita bersenang-senang malam ini. Aku ingin kita bermain liar,” jawab pria tampan itu dengan seringai di wajahnya.

Cordelia merasa panik. Tubuhnya semakin panas, dan dia merasakan dorongan aneh yang tak bisa dikendalikan “Tuan, tolong! Jangan lakukan ini padaku!” isaknya, mencoba melawan perasaan yang mulai menguasai dirinya.

Pria tampan itu memandang Cordelia dengan tatapan predator. “Kau tak bisa melawan. Semakin kau mencoba, semakin kuat efek obatnya.”

Cordelia meronta-ronta, tapi tubuhnya semakin lemas dan tak berdaya. Dia merasa terperangkap dalam tubuhnya sendiri, tanpa bisa melarikan diri. “Tolong! Lakukan sesuatu! Aku tidak suka dengan efek ini,” suaranya berubah menjadi bisikan putus asa.

Pria tampan itu tertawa kecil, suaranya penuh dengan kemenangan. “Kau butuh bantuanku, hm?”

Cordelia megangguk lemah, dan putus asa. “Ya! Lakukan sesuatu. Ini panas sekali. Aku tidak sanggup menahan ini.”

Cordelia merasa harapan terakhirnya menghilang. Tidak ada yang bisa menolongnya dari mimpi buruk ini. Dia terperangkap dalam permainan kejam yang tidak pernah dia bayangkan akan terjadi padanya. Sementara pria tampan itu menikmati setiap detik penderitaan Cordelia.

Cordelia terbaring di ranjang, tangisannya semakin keras saat merasakan pria tampan itu mulai menjamah tubuhnya. Meski tangannnya masih terikat, tubuhnya merespons sentuhan pria itu dengan cara yang aneh dan tidak dapat dia kendalikan. Setiap kali pria itu menyentuhnya, Cordelia merasa kebingungan karena di satu sisi dia merasakan ketakutan yang mendalam, tapi di sisi lain tubuhnya merasakan sensasi yang tidak dia mengerti.

“Tolong, hentikan,” isak Cordelia, air mata mengalir deras di wajahnya. “Jangan lakukan ini...”

“Kau sendiri yang meminta bantuanku. Maka aku akan membantumu.” Pria itu menangkup wajah Cordelia, mencium bibirnya dengan intens. Lidahnya menyusup masuk ke mulut Cordelia dan mulai memperdalam ciuman mereka. Di sela-sela ciuman, Cordelia tidak bisa menahan gairah yang perlahan menyelimutinya. Tubuhnya seperti disengat listrik, ada rasa geli aneh di tubuhnya.

“Akh—” desahan lolos dari mulut Cordelia.

Pria tampan itu mengulurkan tangan dan meraba paha Cordelia, mengelusnya perlahan sampai ke paha bagian dalam. “Katakan padaku, bagaimana rasanya, hm?”

“Ah … ah … h-hentikan, Tuan. Aku mohon!” pinta Cordelia dengan erangan merdu.

“Kau sangat munafik. Bibirmu menolakku, tapi tidak dengan tubuhmu.”  Pria tampan itu terus menggerakkan tangannya di sekujur tubuh Cordelia. Dia menyentuh leher Cordelia, kemudian turun ke sepasang payudara sintal milik Cordelia. Saat jemarinya menyentuh ujung payudara yang menonjol di balik gaun, seketika tubuh gadis itu melengkung dan menjerit.

“Aku tahu kamu menyukainya.” Pria tampan itu tersenyum sinis.

Cordelia menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak menyukainya.”

Sentuhan pria itu membuat Cordelia merinding, tapi ada juga perasaan hangat yang merayap di kulitnya. Tubuhnya terasa semakin panas, dan napasnya semakin cepat. Namun tentu Cordelia tak akan mengakui hal tersebut.

“Ah, benarkah? Respon tubuhmu tidak sesuai dengan ucapanmu,” bisik pria tampan itu serak.

Cordelia menggelengkan kepalanya, berusaha melawan perasaan yang semakin kuat. “Tidak! Tolong! Aku tidak ingin seperti ini! Lepaskan aku!”

Pria itu mengabaikan ucapan Cordelia. Dia mulai memasukkan tangannya ke dalam rok Cordelia. Dia tersenyum saat merasakan kelembapan di sana. “See? Kau sudah sangat basah.”

Cordelia terisak keras, mencoba memalingkan wajahnya. Perasaan malu dan penghinaan menguasainya, tapi tubuhnya tetap merespon dengan cara yang tidak bisa dia kendalikan. “Tolong! Aku mohon! Hentikan!”

Pria tampan itu menatap Cordelia dengan tatapan dingin dan tak berperasaan. “Tidak ada gunanya melawan. Malam ini kau adalah milikku. Aku bisa melakukan apa pun padamu! Jangan coba untuk melawan!”

Cordelia merasa putus asa, tidak tahu bagaimana cara melarikan diri dari mimpi buruk ini. Setiap sentuhan pria itu semakin memperkuat perasaan yang bercampur aduk di dalam dirinya. Dia merasa terperangkap dalam tubuhnya sendiri, tanpa bisa melarikan diri atau melawan.

Pria tampan itu menikmati penderitaan dan kebingungan Cordelia, merasa di atas angin dengan kekuasaan yang dia miliki atas gadis itu. Baginya, Cordelia adalah mainan yang mampu memuaskan hasratnya. Melihat gadis itu meronta dan memohon dengan ekspresi sedih, menimbulkan kepuasan dalam dirinya.

“Daripada kau melawan, lebih baik keluarkan desahanmu lagi. Aku menyukai desahan merdumu,” bisik pria itu seraya mencubit puting payudara Cordelia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status