Mansion Amberlane, Madrid, Spain. | 20.27 AM.
“Aku tidak ingin dijodohkan dengan Jason.” Setelah berucap dengan nada yang mantap disertai dengan tekanan, suasana ruang makan kembali sunyi bahkan terasa semakin mencekam.Suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring menjadi pemecah sunyi saat satu keluarga berkumpul untuk melakukan rutinitas mereka setiap malam. Perempuan paruh baya itu tampak meletakkan sendok beserta garpunya sehingga menimbulkan dentingan sedikit keras. Membuat laki-laki paruh baya di sebelahnya menggelengkan kepanya dengan pelan.Gustavo mengangkat sebelah tangannya karena tahu tabiat sang istri jika anaknya selalu menolak keinginan perempuan itu. “Selesaikan dulu makanmu, baru kita berbicara di ruang keluarga. Tidak ada bantahan.”Dia Katherine Margaretha Amberlane, perempuan yang bisa dikatakan nyaris sempurna. Mulai dari fisik, otak, serta kemampuannya. Dia seorang seniman yang berhasil mengobral lukisannya satu tahun sekali dengan harga yang fantastis. Sifat keras kepala yang melekat dalam diri Katherine selalu membuat sang Ibu meledak-ledak karena tidak menuruti keingingannya. Permintaan yang sangat konyol, dengan menjodohkannya dengan seorang pengusaha di Spanyol. Jaman sudah modern tapi masih saja ada orang tua yang menjodohkan anaknya.Lauren mendengus dan segera menyelesaikan makan malamnya. Agar bisa menuntut penjelasan dari anak perempuannya. Menurut Lauren, Katherine Margaretha itu terlalu keras kepala serta terlalu buta dalam memandang hal yang luar biasa. Maka dari itu Lauren harus mengeluarkan segala sesuatu yang bersarang dalam benaknya. Biarlah jika setelah ini Kate tidak pulang lagi ke Madrid, karna kebiasaan sang anak adalah menjelajahi dunia dan meneliti semua isinya.Kate akan pergi dari rumah jika Lauren terus mendesaknya untuk menikah dengan Jason Maxwel. Sampai kapan pun dia tidak pernah menyukai Jason walaupun laki-laki itu sangat tampan. Karna baginya Liam adalah segalanya.Setelah lima belas menit semuanya sudah berkumpul di ruangan keluarga, bahkan Gustavo sudah merebahkan punggungnya pada sandaran sofa karena sudah menyiapkan diri mendengarkan ultimatum yang keluar dari mulut istri tercintanya. Bahkan Kate pun yang telinganya sudah terlatih sejak remaja untuk mendengar segala ucapan Lauren, kini menatap sang Ibu dengan malas.“Mommy tidak akan pernah setuju jika kau bersama Liam Xaviendra. Sampai kapan pun, kau harusnya tahu dan mengerti akan hal itu,” tekan Lauren tidak basa-basi, perempuan itu langsung mengutarakan semuanya.Kate menatap sang Ibu dengan wajah yang terlihat bingung. “Kenapa Mom? Hanya karena Ibunya Liam mantan kekasih Daddy, Mommy melarangku untuk berpacaran dengannya?”“Sekali Mommy bilang tidak ya tidak, dan tidak hanya berlaku untuk saat itu. Tapi bersifat berkepanjangan, ini bukan perihal Ibunya Liam adalah mantan kekasih Daddymu, tapi ini untuk masa depanmu anak pintar. Dari yang Mommy lihat, Liam kurang baik untukmu. Bisakah kau mengerti itu?” tanya Lauren, kali ini suara perempuan itu terdengar begitu lembut tidak seperti sebelumnya.Katherine selalu dipanggil anak pintar oleh Lauren karena kepintarannya. Seperti kepintaran kedua orang tuanya menurun semua kepada Kate. Bahkan Kate menyelesaikan study S1 dan S2 hanya dalam kurun waktu lima tahun.“Mommy tahu kan, kalau Kate tidak suka diatur? Kenapa Mommy memaksa Kate untuk menikah dengan Kak Jason?” tanya Samuel menatap Ibunya dengan pandangan yang meneduhkan. Laki-laki remaja itu menggandeng sebelah tangan Kate sehingga perempuan itu menatap sang adik.Samuel Gilbert Amberlane adalah anak terakhir dari pasangan Gustavo dan Lauren. Laki-laki yang memiliki pembawaan menenangkan, selalu menjadi penengah ketika orang di sekitarnya beradu argumen. Samuel sangat menyayangi Kate sehingga selalu melakukan pembelaan untuk sang Kakak.Kate memiliki dua saudara kandung. Keduanya laki-laki, yang pertana Bryan Morgan Amberlane, dan yang terakhir adalah Samuel. Bryan sudah hidup terpisah di Kanada, mengurus salah satu cabang perusahaan Amberlane. Sedangkan Samuel masih remaja high school yang sebentar lagi akan masuk dunia perkuliahan.“Dengar Muel, kau pasti tahu kalau anak pintar ini sudah dewasa bukan lagi remaja sepertimu. Mommy selalu khawatir kalau dia menjelajahi dunia seperti kebiasaan gilanya itu sendirian. Kalau anak pintar ini menikah dengan Jason, Mommy tidak akan terlalu mencemaskan Kakakmu,” jelas Lauren. Mata perempuan itu menatap kedua anaknya bergantian.Samuel menggeleng tidak setuju. “Kate memiliki Liam Mom, dia laki-laki yang baik. Kita selalu bermain bersama ketika dia pulang ke Madrid, mereka saling mencintai. Kenapa Mommy menghalangi cinta mereka?”“Muel...” Lauren menggeram saat Samuel seakan-akan membela Liam.“Aku tidak mau, lagi pula Kak Bry tidak akan setuju kalau aku menikah dengan Jason, Mom.” Kate menatap Ibunya dengan permohonan. Mata hijau perempuan itu berkedip beberapa kali.Sulit sekali membujuk Kate yang keras kepala seperti ini. Jika dia terlalu menekan Kate yang ada Kate tidak mau pulang ke rumah seperti kejadian dua tahun yang lalu. Dia selalu mendesak Kate untuk menikah dengan Jason, alhasil Kate kabur dari rumah dan tinggal di bersama Bryan di Kanada. Karena Bryan adalah tempat pulang ke dua untuk Kate setelah rumahnya di Madrid.“Fine, Mommy tidak akan memaksamu lagi untuk menikah dengan Jason.” Lauren menjeda ucapannya, matanya memicing saat melihat Kate tersenyum. “But, kau harus mendapatkan pengganti Liam jika tidak ingin dengan Jason. Mommy tidak menerima bantahan atau pun penolakan.”Perkataan Lauren membuat atmosfer kian semakin dingin. Kate beberapa kali mengerjapkan matanya sambil melihat Lauren yang balas menatapnya menantang.“Honey, apa maksudmu? Kau mengatakan itu sama saja kau menekan Kate,” ucap Gustavo yang tiba-tiba membuka suara. Laki-laki paruh baya itu menegakkan punggungnya lantas menatap Lauren. “Aku tidak setuju dengan perkataanmu.” Gustavo menggeleng dengan raut wajah tidak terima.Kate menggeleng setelah mendengar perkataan Ibunya, perempuan itu menatap Lauren dengan tatapan tidak percaya. Selalu saja seperti ini, Lauren selalu menentang ketika Kate membawa laki-laki yang tidak memenuhi keriteria laki-laki sempurna untuk putrinya. Ketika Lauren terus mendesaknya untuk menikah dengan Jason semakin membuat Kate muak. Dan Gustavo adalah pihak ketiga yang selalu membelanya.“Mom, hubunganku dengan Liam sudah lama. Bahkan sebentar lagi akan menginjak lima tahun, Mommy tega sekali menyuruhku untuk mencari pengganti Liam,” ujar Kate dengan pelan. Dia menatap Lauren dengan pandangan yang mengiba.Lauren membungkukkan tubuhnya untuk mengambil kedua pergelangan tangan Kate dan menggenggamnya dalam satu genggaman. Perempuan paruh baya itu menatap Kate dengan lekat. “Tolong percaya kepada Mom untuk kali ini saja, suatu saat Liam akan menyakitimu.” balasnya.“Tidak Mom, Liam bukan laki-laki seperti itu.” Kate menggeleng dengan tidak setuju saat mendengar perkataan Lauren.“Jika kau memilih untuk tetap bersama Liam, itu artinya kau sudah siap terluka karenanya. Ingat perkataan Mom,” papar Lauren sambil melayangkan tatapan meyakinkan. “Sekali lagi Mommy ulangi, jika kau tidak ingin menikah dengan Jason. Carilah pengganti Liam.”“Kak Jason? Kau di sini?” Samuel berjalan menghampiri Jason Maxwel yang berdiri terpaku dekat pintu masuk ruang keluarga.Mansion Amberlane, Madrid, Spain. | 21.09 AM.Jason Maxwel berdiri di sana, menatap keluarga yang balik menatapnya juga. Obrolan yang tidak sengaja dia dengar sedari dia sampai di tempat ini membuat laki-laki itu menyadari betapa kerasnya Katherine menolak perjodohan mereka. Perjodohan yang selalu dikatakan oleh Lauren dan Ibunya, kedua Ibu yang sudah sejak dulu mengharapkan Kate dengan Jason berjodoh. Sehingga suara Samuel mengintrupsi semuanya, membuat Jason terpaku begitu Kate menatapnya. Tatapan yang selalu mengunci mata Jason agar tetap menatap keindahan itu. Keindahan yang tidak dapat dia miliki tentunya.Sampai kapan pun dia akan tetap terpesona oleh sosok Kate. Sosok yang tidak pernah balik mencintainya, tapi Jason cukup sadar diri dengan tidak mengharapkan timbal balik dari apa yang dia rasakan terhadap Kate.“Sejak lima menit yang lalu. Aku takut mengganggu pembicaraan kalian.” Jason terkekeh ringan, lantas menepuk bahu anak remaja di hadapannya ini. Wajah Samuel tidak jauh
St. Louister’s Cathedral, Manhattan, USA. | 08.19 AM.Meski saat weekday suasana Louister’s tidak pernah sepi akan pengunjung. Sebuah Gereja dengan nuansa klasik ini terlihat begitu terawat, dan bersih. Orang-orang tampak hilir mudik atau bisa juga disebut dengan keluar masuk. Gereja yang terletak di bagian barat kota Manhattan ini selalu menjadi tempat singgah yang nyaman dan menenangkan pikiran.Semilir angin terasa begitu menyejukkan ketika Sean sudah berada di luar Gereja. Pandangan matanya terlihat selalu tajam meski dalam situasi biasa saja. Jas berwarna biru gelap yang dia sampirkan di bahu kanannya kini hendak dia kenakan, dari tempat tinggalnya Sean tidak langsung berangkat ke kantor. Melainkan menghabiskan waktu dua jamnya untuk beribadah di sini. Burung-burung mulai berkicau sehingga menghasilkan suara indahnya. Taman yang berada di halaman belakang Louister’s terlihat begitu terawat dengan bunga-bunga yang bermekaran indah. Cahaya matahari pagi menyorot sehingga membuat b
Mandiley’s Restaurant, Manhattan, USA. | 09.07 AM.Alunan musik klasik menjadi teman dengar yang baik, seakan iramanya berjodoh dengan Mandiley’s yang bertema klasik tetapi juga terlihat begitu modern. Tentu saja karena pemiliknya tidak ingin ketinggalan jaman. Tidak hanya klasik, Mandiley’s juga terkesan seperti retro dengan kursi dan meja yang terbuat dari kayu kokoh yang diukir tanpa menghilangkan warna aslinya.Terlihat kuno tetapi begitu mewah. Membuat siapa pun tidak akan pernah bosan untuk mengunjungninya. Apa lagi Mandiley’s juga disediakan sebuah bar yang terletak di depan pintu masuk. Selain bar, ada juga sebuah private room yang sering digunakan orang yang bermain billiard atau sekedar bersantai. Dan di sampingnya ada ruang karaoke yang yang dikhususkan untuk lima orang.Sebelah selatan ada sebuah mini panggung yang dilengkapi dengan alat-alat musik. Itu adalah tempat untuk band yang manggung di Mandiley’s ketika petang. Karena waktu sore pengunjung akan semakin banyak.Kat
Manhattan Square, USA. | 13.11 PM.Pusat belanja kota Manhattan begitu banyak akan pengungjungnya. Musik berkelas mengalun menemani pendatang, terasa begitu menenangkan. Di sebelah kanan ada sebuah lift yang akan membawa siapa pun ke lantai atas. Ada juga sebuah eskalator, atau bisa disebut dengan tangga bisa membawa naik atau pun turun.Sedangkan tangga darurat, posisinya berada di pojok ruangan. Di sebelah barat ada sebuah jalan berputar mengelilingi gedung menuju parkiran yang berada di lantai atas. Jika ke sebuah pusat belanja besar seperti Manhattan Square, dengan membawa sebuah kendaraan roda empat maka parkirannya akan berada di atas. Hari ini Kate tidak mengabari kepada Liam mengenai rutinitasnya. Lagi pula Liam pasti sibuk di kantor jadi tidak ada waktu untuk meladeni obrolan tidak bermutunya. Perkara kejadia kemarin saja jejaknya masih terekam jelas oleh ingatannya, Kate tidak mudah lupa begitu saja.Apalagi baru dua hari berada di Manhattan, Kate harus terlibat dengan oran
Manhattan Square, USA. | 13.31 PM.Bertemu dengan klien di Manhattan Square adalah opsi yang menarik sekali bagi Liam. Selain berbicang mengenai bisnis dia juga membicarakan kepentingan lainnya, seperti kesenangan yang lainnya misalnya. Kate tidak harus tahu apa saja aktifitasnya selain berkutat dengan berkas dan laptop.Liam tersenyum sambil memerhatikan perempuan yang sedang menyantap makanan yang sudah Liam pesankan. Meski dia tidak secantik kekasihnya, tapi dia juga cukup membuat Liam senang. Apakah Liam mencintainya? Oh tentu saja bisa jadi seperti itu prosesnya. Secara hubungan gelap mereka sudah terjalin selama dua tahun lamanya. “Bertemu denganmu di sebuah tempat makan akan selalu berakhir seperti ini, lebih baik kita bertemu di pantehousemu saja, Li. Kau bisa merusak bentuk tubuhku jika seperti ini ceritanya.” Perempuan cantik itu mendumel setelah menyelesaikan makannya.Liam tertawa kecil. “Apa salahnya memanjakan perut ratamu itu? Lagi pula kau perlu makan,” cibir Liam. La
William’s Group, Manhattan, USA. | 10.46 AM.Setelah selesai dengan rapatnya, laki-laki bertubuh atletis itu kembali ke ruangannya. Di jalan sempat berbincang singkat mengenai masalah proyek baru yang akan digarapnya. Proyek itu terletak di Amerika Serikat, akan ditinjau langsung oleh Luke setiap dua minggu sekali. Mungkin Sean akan sesekali ke sana jika tidak sibuk. Karena sejak dulu Sean bukanlah laki-laki yang santai, dia selalu memilih sibuk bekerja dan bekerja meski belum memiliki istri yang harus diberi nafkah. Dia juga memikirkan keluarganya, terutama adik perempuannya yang masih berkuliah di London.Di waktu senggang ini tidak Sean gunakan untuk bersantai, dia kembali menyalakan komputernya dan mulai meninjau beberapa soft copy berkas-berkas yang sudah dikirimkan oleh sekretarisnya, Mia.Sampai saat ini dia tidak bisa melupakan hal yang terjadi saat di Manhattan Square. Katherine Margaretha, perempuan itu sukses mengalihkan semua pemikirannya tentang pekerjaan menjadi memikir
Manhattan, USA. | 08.02 AM. Lamborghini Veneno Roadster hitam metalik melaju di jalanan kota Manhattan yang ramai dengan kecepatan pelan, dan berhenti total saat lampu merah. Orang-orang hilir mudik melakukan perjalanan mereka sehingga di jam segini kota metropolitan ini begitu macet yang bisa dibilang cukup berkepanjangan. Kerumunan orang-orang pejalan kaki yang menyebrangi zebra cross ketika lampu merah menyala. Polisi yang patroli di jalanan memantau penyebrang dari jarak 2 meter. Mobil mulai melaju dengan begitu perlahan bersamaan dengan suara klakson yang begitu begitu nyaring. Kate lagi-lagi membunyikan klaksonnya saat mobil di hadapannya tak kunjung melaju. Ini salah satu hal yang membuat Kate begitu malas karena kemacetan kota ini lebih parah daripada di Madrid. “Oh Tuhan, mau sampai kapan aku terjebak kemacetan seperti ini.” Perempuan itu menghela napas setelah melihat jam. Lantas dengan cepat menginjak pedal gasnya ketika lampu sudah berubah hijau. Salah satu keburukan
Mansion William’s, Manhattan, USA. | 19.23 PM.Malam menuju wekend ini digunakan oleh Sean untuk menemui Angeline Alfonso, sang ibu. Untuk membahas tentang Zara Mellano dan kesepakatan yang akan mereka lakukan. Sean tentu saja meminta imbalan untuk apa yang dia lakukan meski itu menyangkut keinginan sang Ibu. Sean meminta kalau ini adalah permintaan terakhir mengenai Zara. “Ini yang terakhir kalinya, ya Mom.” Sean berujar dengan sedikit tegas. Sean tidak mau membuat seorang Zara Mellano besar kepala karena hal ini, dia tidak mau membuat Zara memiliki peluang untuk kembali menjeratnya. Dia sudah muak dengan sosok Zara, sudah tidak ingin campur tangan dengan segala hal yang berhubungan dengan Zara.“Baiklah ... lagi pula Zara itu cantik, Sean. Kau terlihat seperti alergi saja dengan Zara,” dengus Angeline. Menatap Sean begitu malas. “Jika dia tidak cantik, dia tidak akan lulus tes modeling, Mom. Aku begitu muak dengan dia,” balas Sean pendek.Mark ikut menyahut, “Hanya karena d