Beranda / Romansa / Pelabuhan Akhir Sang Pewaris / 02 : A - Dia Katherine Margaretha

Share

02 : A - Dia Katherine Margaretha

Mansion Amberlane, Madrid, Spain. | 20.27 AM.

“Aku tidak ingin dijodohkan dengan Jason.” Setelah berucap dengan nada yang mantap disertai dengan tekanan, suasana ruang makan kembali sunyi bahkan terasa semakin mencekam.

Suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring menjadi pemecah sunyi saat satu keluarga berkumpul untuk melakukan rutinitas mereka setiap malam. Perempuan paruh baya itu tampak meletakkan sendok beserta garpunya sehingga menimbulkan dentingan sedikit keras. Membuat laki-laki paruh baya di sebelahnya menggelengkan kepanya dengan pelan.

Gustavo mengangkat sebelah tangannya karena tahu tabiat sang istri jika anaknya selalu menolak keinginan perempuan itu. “Selesaikan dulu makanmu, baru kita berbicara di ruang keluarga. Tidak ada bantahan.”

Dia Katherine Margaretha Amberlane, perempuan yang bisa dikatakan nyaris sempurna. Mulai dari fisik, otak, serta kemampuannya. Dia seorang seniman yang berhasil mengobral lukisannya satu tahun sekali dengan harga yang fantastis. Sifat keras kepala yang melekat dalam diri Katherine selalu membuat sang Ibu meledak-ledak karena tidak menuruti keingingannya. Permintaan yang sangat konyol, dengan menjodohkannya dengan seorang pengusaha di Spanyol. Jaman sudah modern tapi masih saja ada orang tua yang menjodohkan anaknya.

Lauren mendengus dan segera menyelesaikan makan malamnya. Agar bisa menuntut penjelasan dari anak perempuannya. Menurut Lauren, Katherine Margaretha itu terlalu keras kepala serta terlalu buta dalam memandang hal yang luar biasa. Maka dari itu Lauren harus mengeluarkan segala sesuatu yang bersarang dalam benaknya. Biarlah jika setelah ini Kate tidak pulang lagi ke Madrid, karna kebiasaan sang anak adalah menjelajahi dunia dan meneliti semua isinya.

Kate akan pergi dari rumah jika Lauren terus mendesaknya untuk menikah dengan Jason Maxwel. Sampai kapan pun dia tidak pernah menyukai Jason walaupun laki-laki itu sangat tampan. Karna baginya Liam adalah segalanya.

Setelah lima belas menit semuanya sudah berkumpul di ruangan keluarga, bahkan Gustavo sudah merebahkan punggungnya pada sandaran sofa karena sudah menyiapkan diri mendengarkan ultimatum yang keluar dari mulut istri tercintanya. Bahkan Kate pun yang telinganya sudah terlatih sejak remaja untuk mendengar segala ucapan Lauren, kini menatap sang Ibu dengan malas.

“Mommy tidak akan pernah setuju jika kau bersama Liam Xaviendra. Sampai kapan pun, kau harusnya tahu dan mengerti akan hal itu,” tekan Lauren tidak basa-basi, perempuan itu langsung mengutarakan semuanya.

Kate menatap sang Ibu dengan wajah yang terlihat bingung. “Kenapa Mom? Hanya karena Ibunya Liam mantan kekasih Daddy, Mommy melarangku untuk berpacaran dengannya?”

“Sekali Mommy bilang tidak ya tidak, dan tidak hanya berlaku untuk saat itu. Tapi bersifat berkepanjangan, ini bukan perihal Ibunya Liam adalah mantan kekasih Daddymu, tapi ini untuk masa depanmu anak pintar. Dari yang Mommy lihat, Liam kurang baik untukmu. Bisakah kau mengerti itu?” tanya Lauren, kali ini suara perempuan itu terdengar begitu lembut tidak seperti sebelumnya.

Katherine selalu dipanggil anak pintar oleh Lauren karena kepintarannya. Seperti kepintaran kedua orang tuanya menurun semua kepada Kate. Bahkan Kate menyelesaikan study S1 dan S2 hanya dalam kurun waktu lima tahun.

“Mommy tahu kan, kalau Kate tidak suka diatur? Kenapa Mommy memaksa Kate untuk menikah dengan Kak Jason?” tanya Samuel menatap Ibunya dengan pandangan yang meneduhkan. Laki-laki remaja itu menggandeng sebelah tangan Kate sehingga perempuan itu menatap sang adik.

Samuel Gilbert Amberlane adalah anak terakhir dari pasangan Gustavo dan Lauren. Laki-laki yang memiliki pembawaan menenangkan, selalu menjadi penengah ketika orang di sekitarnya beradu argumen. Samuel sangat menyayangi Kate sehingga selalu melakukan pembelaan untuk sang Kakak.

Kate memiliki dua saudara kandung. Keduanya laki-laki, yang pertana Bryan Morgan Amberlane, dan yang terakhir adalah Samuel. Bryan sudah hidup terpisah di Kanada, mengurus salah satu cabang perusahaan Amberlane. Sedangkan Samuel masih remaja high school yang sebentar lagi akan masuk dunia perkuliahan.

“Dengar Muel, kau pasti tahu kalau anak pintar ini sudah dewasa bukan lagi remaja sepertimu. Mommy selalu khawatir kalau dia menjelajahi dunia seperti kebiasaan gilanya itu sendirian. Kalau anak pintar ini menikah dengan Jason, Mommy tidak akan terlalu mencemaskan Kakakmu,” jelas Lauren. Mata perempuan itu menatap kedua anaknya bergantian.

Samuel menggeleng tidak setuju. “Kate memiliki Liam Mom, dia laki-laki yang baik. Kita selalu bermain bersama ketika dia pulang ke Madrid, mereka saling mencintai. Kenapa Mommy menghalangi cinta mereka?”

“Muel...” Lauren menggeram saat Samuel seakan-akan membela Liam.

“Aku tidak mau, lagi pula Kak Bry tidak akan setuju kalau aku menikah dengan Jason, Mom.” Kate menatap Ibunya dengan permohonan. Mata hijau perempuan itu berkedip beberapa kali.

Sulit sekali membujuk Kate yang keras kepala seperti ini. Jika dia terlalu menekan Kate yang ada Kate tidak mau pulang ke rumah seperti kejadian dua tahun yang lalu. Dia selalu mendesak Kate untuk menikah dengan Jason, alhasil Kate kabur dari rumah dan tinggal di bersama Bryan di Kanada. Karena Bryan adalah tempat pulang ke dua untuk Kate setelah rumahnya di Madrid.

“Fine, Mommy tidak akan memaksamu lagi untuk menikah dengan Jason.” Lauren menjeda ucapannya, matanya memicing saat melihat Kate tersenyum. “But, kau harus mendapatkan pengganti Liam jika tidak ingin dengan Jason. Mommy tidak menerima bantahan atau pun penolakan.”

Perkataan Lauren membuat atmosfer kian semakin dingin. Kate beberapa kali mengerjapkan matanya sambil melihat Lauren yang balas menatapnya menantang.

“Honey, apa maksudmu? Kau mengatakan itu sama saja kau menekan Kate,” ucap Gustavo yang tiba-tiba membuka suara. Laki-laki paruh baya itu menegakkan punggungnya lantas menatap Lauren. “Aku tidak setuju dengan perkataanmu.” Gustavo menggeleng dengan raut wajah tidak terima.

Kate menggeleng setelah mendengar perkataan Ibunya, perempuan itu menatap Lauren dengan tatapan tidak percaya. Selalu saja seperti ini, Lauren selalu menentang ketika Kate membawa laki-laki yang tidak memenuhi keriteria laki-laki sempurna untuk putrinya. Ketika Lauren terus mendesaknya untuk menikah dengan Jason semakin membuat Kate muak. Dan Gustavo adalah pihak ketiga yang selalu membelanya.

“Mom, hubunganku dengan Liam sudah lama. Bahkan sebentar lagi akan menginjak lima tahun, Mommy tega sekali menyuruhku untuk mencari pengganti Liam,” ujar Kate dengan pelan. Dia menatap Lauren dengan pandangan yang mengiba.

Lauren membungkukkan tubuhnya untuk mengambil kedua pergelangan tangan Kate dan menggenggamnya dalam satu genggaman. Perempuan paruh baya itu menatap Kate dengan lekat. “Tolong percaya kepada Mom untuk kali ini saja, suatu saat Liam akan menyakitimu.” balasnya.

“Tidak Mom, Liam bukan laki-laki seperti itu.” Kate menggeleng dengan tidak setuju saat mendengar perkataan Lauren.

“Jika kau memilih untuk tetap bersama Liam, itu artinya kau sudah siap terluka karenanya. Ingat perkataan Mom,” papar Lauren sambil melayangkan tatapan meyakinkan. “Sekali lagi Mommy ulangi, jika kau tidak ingin menikah dengan Jason. Carilah pengganti Liam.”

“Kak Jason? Kau di sini?” Samuel berjalan menghampiri Jason Maxwel yang berdiri terpaku dekat pintu masuk ruang keluarga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status