Share

01 : B - Galeri Seni

Penulis: Eunmon
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-04 09:03:26

Collage Art Gallery, Manhattan, USA. | 13.19 PM.

Suara alunan musik klasik kini mulai terdengar di penghujung ruangan. Orang-orang yang mendapat undangan untuk melihat pameran ini pada mengantri melewati pintu masuk yang sudah disediakan. Galeri Seni ini begitu luas, ada beberapa patung dan banyak karya lukisan yang terlihat indah saat dipandang berjejer di antara dinding.

Semenjak kuliah di London Sean tidak pernah bosan melihat pameran seperti ini. Apa lagi Sean selalu penasaran siapa orang yang membuat lukisannya. Sebuah lukisan yang elegan dengan aksen Eropa yang kental, lukisan yang sangat jarang sekali diperjual belikan.

Dan Julian memberitahunya kalau pemilik galeri seninya adalah anak dari Paman Rodrigo. Sahabat dekat Ayahnya, tetapi yang diketahui oleh Sean, Paman Rodrigo hanya memiliki seorang anak laki-laki bernama James yang berprofesi sebagai seorang Dokter. Semakin membuat Sean bingung siapa pelukis itu, dan seperti apa sosoknya, mungkin saja bukan anaknya Paman Rodrigo.

“Ayo, kita harus menemui Paman Rodrigo lebih dulu.” Ajakan Julian membuat Sean dengan cepat mengangguk, lantas berjalan beriringan bersama Julian.

Sambil berjalan, pandangan Sean tidak hanya fokus ke depan melainkan memerhatikan sekelilingnya. Sean tidak bisa berhenti kagum pada lukisan-lukisannya, dan sebuah patung sepasang laki-laki dan perempuan sukses menyita perhatiannya. Patung itu berdiri dengan sempurna membelakangi satu sama lain dengan tangan yang saling menggenggam dari belakang. Ini adalah salah satu mahakarya yang luar biasa.

Julian pun ikut berhenti melangkah, menikmati pandangannya dengan leluasa. Bahkan Julian tidak bisa berkata-kata, matanya benar-benar terfokus pada patung ini.

“Sean, Julian. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk hadir, patung yang kalian lihat itu adalah projek terakhir yang dikerjakan oleh keponakanku selama satu tahun terakhir ini.” Suara Rodrigo mengintrupsi keduanya dan segera berbalik badan lantas menyalami Rodrigo dengan sopan.

“Ini benar-benar menakjubkan.” Setelah itu Sean kembali menatap patung tersebut. Pancaran mata laki-laki itu menunjungan kalau dia teramat menyukainya.

“Wah . . . benarkah Paman? Apakah kita bisa bertemu dengannya kali ini? Sungguh, aku penasaran,” kata Julian dengan semangat. Laki-laki itu menatap Rodrigo dengan senyum yang mengembang.

Rodrigo mengangguk dan balas tersenyum dengan wajah yang sedikit muram. “Dia tidak bisa datang, karena masih ada kepentingan di Madrid. Entahlah aku tidak habis pikir dengan anak itu, padahal ini adalah acara pameran semua maha karyannya.” ucapnya.

Baik Sean atau pun Julian mendesah dengan kecewa. Padahal ini momen ini adalah salah satu alasan Sean membatalkan pertemuannya dengan orang penting, karena ingin bertemu dengan orang yang lebih penting. Tapi sangat disayangkan orang tersebut tidak bisa datang.

“Dilain kesempatan, Paman akan memperkenalkan kalian dengannya.” Rodrigo tersenyum sambil menepuk bahu Sean dan Julian secara bergantian.

Julian tertawa pelan menanggapinya. Julian memang tidak seperti Sean yang begitu menyukai seni, dia lebih suka hal yang menyangkan dan lebih menarik perhatiannya. “Baiklah, semoga lain kali aku bisa bertemu dengannya.”

“Paman ke sana dulu ya, selamat bersenang-senang. Dan sekali lagi aku ucapkan terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk hadir.” Rodrigo tersenyum dan berjalan meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri istri laki-laki paruh baya tersebut.

Berada di dalam Galeri Seni ini tidak dingin atau panas. Suhu pendingin ruangan diatur dengan apik sehingga menciptakan sebuah kenyamanan bagi pendatang. Julian melipat tangannya di depan dada, mata laki-laki itu melirik ke sana ke mari dan perlahan berjalan meninggalkan Sean.

Sosok di balik pembuat patung ini adalah orang yang sama. Orang yang selalu menghantui Sean dengan rasa penasaran akan sosoknya. Sebenarnya mudah sekali bagi Sean untuk melacaknya, tapi dia menghargai privasi seseorang, jadi dia hanya bisa menunggu orang itu muncul ke depan publik dengan sendirinya.

Namun sayang sekali, kali ini dia tidak bisa bertemu dengan orang tersebut. Keponakan Paman Rodrigo terlihat begitu sibuk dengan dunianya yang lain. Membuat Sean mendesah dengan sedikit rasa kecewa yang hinggap dalam dadanya.

Sean kembali melangkahkan kakinya untuk berjalan ke arah lain, ruangan yang berisi hal menakjubkan ini tidak dapat Sean hindarkan begitu saja. Meski tidak dapat bertemu dengan senimannya, setidaknya dia bisa menikmati hasil karyanya. Sean mencari-cari keberadaan Julian yang entah di mana keberadaannya, sepupunya yang satu itu mudah sekali menghilang sehingga tertelan oleh keramaian.

Setelah merasa lelah berkeliling, Sean memilih duduk di sebuah sofa panjang yang disediakan dalam ruangan sembari menunggu Julian untuk menghampirinya.

Sean Axel : Aku akan menunggumu jika kau ingin kembali bersamaku.

“Sean, itu kau?”

Suara seorang perempuan itu membuat Sean mengangkat wajahnya dengan malas. Dia sudah sangat mengenal suara itu sejak dulu kala. Zara Mellano, teman sekolahnya semasa junior high school. Seorang model papan atas yang sedari dulu mengejarnya.

Zara berdeham pelan menyadari Sean lagi-lagi mengacuhkannya. Dia kembali berujar, “Sedari dulu kau memang sangat menyukai hal yang berbau seni. Tidak heran jika aku bertemu denganmu di tempat ini.” Zara tertawa kecil setelah menyelesaikan perkataannya.

“Lantas, kau sendiri sedang apa di tempat ini?” tanya Sean dengan suara yang terkesan begitu datar. Dia hanya berbasa-basi, dan tidak akan peduli dengan apa jawaban Zara mengenai pertanyaannya.

Zara kembali tertawa dan mengambil tempat duduk di samping Sean. Perempuan dengan balutan dress berwarna peach itu menyandarkan tubuh rampingnya, lantas menahan kepalanya untuk menghadap samping sembari menatap Sean.

“Aku menemani temanku. Dia hanya teman Sean, not others.” Sebelah mata Zara mengedip disertai dengan seringaian lebarnya.

Laki-laki itu mengalihkan tatapannya dengan begitu malas. “Aku tidak peduli, Ra.”

“Aku tahu, tapi kapan kau akan peduli mengenai perasaanku padamu Sean? Sampai kapan, kau mau aku tetap mengejarmu seperti ini?” tanya Zara, perempuan itu menatap Sean yang tatapan yang pilu.

Sean tertawa meremehkan, matanya beralih untuk menatap Zara dingin seakan tatapan itu dapat menembus ke dalam diri seorang Zara Mellano. “Perasaan yang kau miliki itu bercabang, Zara. Aku jelas-jelas tahu kau bukan perempuan yang tidak bisa hanya dengan bertahan pada satu laki-laki.” Sean membantah ujaran Zara dengan telak. Sehingga membuat perempuan itu diam dan menunduk.

Zara dapat merasakan kalau aura dalam diri Sean terasa begitu dingin. Tapi dia harus mengatakannya lagi, meski dianggap angin lalu oleh Sean. “Tapi sampai kapan Sean? Apa kau tidak merasa lelah, karena aku selalu melibatkanmu dalam majalah entertaiment?”

Sudahlah, Sean muak. Laki-laki itu memilih bangkit dari duduknya dan segera pergi dari tempat ini. Sesaat dia merasa menyesal telah menunggu Julian di sini, jika tahu akan ada Zara di tempat ini. Sean akan memilih menunggu Julian di parkiran saja. Banyak perkara yang sudah Zara ciptakan demi menjeratnya ke dalam dunia perempuan itu.

Bab terkait

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   02 : A - Dia Katherine Margaretha

    Mansion Amberlane, Madrid, Spain. | 20.27 AM. “Aku tidak ingin dijodohkan dengan Jason.” Setelah berucap dengan nada yang mantap disertai dengan tekanan, suasana ruang makan kembali sunyi bahkan terasa semakin mencekam. Suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring menjadi pemecah sunyi saat satu keluarga berkumpul untuk melakukan rutinitas mereka setiap malam. Perempuan paruh baya itu tampak meletakkan sendok beserta garpunya sehingga menimbulkan dentingan sedikit keras. Membuat laki-laki paruh baya di sebelahnya menggelengkan kepanya dengan pelan. Gustavo mengangkat sebelah tangannya karena tahu tabiat sang istri jika anaknya selalu menolak keinginan perempuan itu. “Selesaikan dulu makanmu, baru kita berbicara di ruang keluarga. Tidak ada bantahan.” Dia Katherine Margaretha Amberlane, perempuan yang bisa dikatakan nyaris sempurna. Mulai dari fisik, otak, serta kemampuannya. Dia seorang seniman yang berhasil mengobral lukisannya satu tahun sekali dengan harga yang fa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   02 : B - Jason Maxwel

    Mansion Amberlane, Madrid, Spain. | 21.09 AM.Jason Maxwel berdiri di sana, menatap keluarga yang balik menatapnya juga. Obrolan yang tidak sengaja dia dengar sedari dia sampai di tempat ini membuat laki-laki itu menyadari betapa kerasnya Katherine menolak perjodohan mereka. Perjodohan yang selalu dikatakan oleh Lauren dan Ibunya, kedua Ibu yang sudah sejak dulu mengharapkan Kate dengan Jason berjodoh. Sehingga suara Samuel mengintrupsi semuanya, membuat Jason terpaku begitu Kate menatapnya. Tatapan yang selalu mengunci mata Jason agar tetap menatap keindahan itu. Keindahan yang tidak dapat dia miliki tentunya.Sampai kapan pun dia akan tetap terpesona oleh sosok Kate. Sosok yang tidak pernah balik mencintainya, tapi Jason cukup sadar diri dengan tidak mengharapkan timbal balik dari apa yang dia rasakan terhadap Kate.“Sejak lima menit yang lalu. Aku takut mengganggu pembicaraan kalian.” Jason terkekeh ringan, lantas menepuk bahu anak remaja di hadapannya ini. Wajah Samuel tidak jauh

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   03 : A - Bersamamu Di Louister's

    St. Louister’s Cathedral, Manhattan, USA. | 08.19 AM.Meski saat weekday suasana Louister’s tidak pernah sepi akan pengunjung. Sebuah Gereja dengan nuansa klasik ini terlihat begitu terawat, dan bersih. Orang-orang tampak hilir mudik atau bisa juga disebut dengan keluar masuk. Gereja yang terletak di bagian barat kota Manhattan ini selalu menjadi tempat singgah yang nyaman dan menenangkan pikiran.Semilir angin terasa begitu menyejukkan ketika Sean sudah berada di luar Gereja. Pandangan matanya terlihat selalu tajam meski dalam situasi biasa saja. Jas berwarna biru gelap yang dia sampirkan di bahu kanannya kini hendak dia kenakan, dari tempat tinggalnya Sean tidak langsung berangkat ke kantor. Melainkan menghabiskan waktu dua jamnya untuk beribadah di sini. Burung-burung mulai berkicau sehingga menghasilkan suara indahnya. Taman yang berada di halaman belakang Louister’s terlihat begitu terawat dengan bunga-bunga yang bermekaran indah. Cahaya matahari pagi menyorot sehingga membuat b

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   03 : B - Janji Yang Kembali Terucap

    Mandiley’s Restaurant, Manhattan, USA. | 09.07 AM.Alunan musik klasik menjadi teman dengar yang baik, seakan iramanya berjodoh dengan Mandiley’s yang bertema klasik tetapi juga terlihat begitu modern. Tentu saja karena pemiliknya tidak ingin ketinggalan jaman. Tidak hanya klasik, Mandiley’s juga terkesan seperti retro dengan kursi dan meja yang terbuat dari kayu kokoh yang diukir tanpa menghilangkan warna aslinya.Terlihat kuno tetapi begitu mewah. Membuat siapa pun tidak akan pernah bosan untuk mengunjungninya. Apa lagi Mandiley’s juga disediakan sebuah bar yang terletak di depan pintu masuk. Selain bar, ada juga sebuah private room yang sering digunakan orang yang bermain billiard atau sekedar bersantai. Dan di sampingnya ada ruang karaoke yang yang dikhususkan untuk lima orang.Sebelah selatan ada sebuah mini panggung yang dilengkapi dengan alat-alat musik. Itu adalah tempat untuk band yang manggung di Mandiley’s ketika petang. Karena waktu sore pengunjung akan semakin banyak.Kat

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-14
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   04 : A - Manhattan Square

    Manhattan Square, USA. | 13.11 PM.Pusat belanja kota Manhattan begitu banyak akan pengungjungnya. Musik berkelas mengalun menemani pendatang, terasa begitu menenangkan. Di sebelah kanan ada sebuah lift yang akan membawa siapa pun ke lantai atas. Ada juga sebuah eskalator, atau bisa disebut dengan tangga bisa membawa naik atau pun turun.Sedangkan tangga darurat, posisinya berada di pojok ruangan. Di sebelah barat ada sebuah jalan berputar mengelilingi gedung menuju parkiran yang berada di lantai atas. Jika ke sebuah pusat belanja besar seperti Manhattan Square, dengan membawa sebuah kendaraan roda empat maka parkirannya akan berada di atas. Hari ini Kate tidak mengabari kepada Liam mengenai rutinitasnya. Lagi pula Liam pasti sibuk di kantor jadi tidak ada waktu untuk meladeni obrolan tidak bermutunya. Perkara kejadia kemarin saja jejaknya masih terekam jelas oleh ingatannya, Kate tidak mudah lupa begitu saja.Apalagi baru dua hari berada di Manhattan, Kate harus terlibat dengan oran

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-14
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   04 : B - Bye, Sugar

    Manhattan Square, USA. | 13.31 PM.Bertemu dengan klien di Manhattan Square adalah opsi yang menarik sekali bagi Liam. Selain berbicang mengenai bisnis dia juga membicarakan kepentingan lainnya, seperti kesenangan yang lainnya misalnya. Kate tidak harus tahu apa saja aktifitasnya selain berkutat dengan berkas dan laptop.Liam tersenyum sambil memerhatikan perempuan yang sedang menyantap makanan yang sudah Liam pesankan. Meski dia tidak secantik kekasihnya, tapi dia juga cukup membuat Liam senang. Apakah Liam mencintainya? Oh tentu saja bisa jadi seperti itu prosesnya. Secara hubungan gelap mereka sudah terjalin selama dua tahun lamanya. “Bertemu denganmu di sebuah tempat makan akan selalu berakhir seperti ini, lebih baik kita bertemu di pantehousemu saja, Li. Kau bisa merusak bentuk tubuhku jika seperti ini ceritanya.” Perempuan cantik itu mendumel setelah menyelesaikan makannya.Liam tertawa kecil. “Apa salahnya memanjakan perut ratamu itu? Lagi pula kau perlu makan,” cibir Liam. La

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   05 : A - Membantah

    William’s Group, Manhattan, USA. | 10.46 AM.Setelah selesai dengan rapatnya, laki-laki bertubuh atletis itu kembali ke ruangannya. Di jalan sempat berbincang singkat mengenai masalah proyek baru yang akan digarapnya. Proyek itu terletak di Amerika Serikat, akan ditinjau langsung oleh Luke setiap dua minggu sekali. Mungkin Sean akan sesekali ke sana jika tidak sibuk. Karena sejak dulu Sean bukanlah laki-laki yang santai, dia selalu memilih sibuk bekerja dan bekerja meski belum memiliki istri yang harus diberi nafkah. Dia juga memikirkan keluarganya, terutama adik perempuannya yang masih berkuliah di London.Di waktu senggang ini tidak Sean gunakan untuk bersantai, dia kembali menyalakan komputernya dan mulai meninjau beberapa soft copy berkas-berkas yang sudah dikirimkan oleh sekretarisnya, Mia.Sampai saat ini dia tidak bisa melupakan hal yang terjadi saat di Manhattan Square. Katherine Margaretha, perempuan itu sukses mengalihkan semua pemikirannya tentang pekerjaan menjadi memikir

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   05 : B - Yang Disembunyikan Maria

    Manhattan, USA. | 08.02 AM. Lamborghini Veneno Roadster hitam metalik melaju di jalanan kota Manhattan yang ramai dengan kecepatan pelan, dan berhenti total saat lampu merah. Orang-orang hilir mudik melakukan perjalanan mereka sehingga di jam segini kota metropolitan ini begitu macet yang bisa dibilang cukup berkepanjangan. Kerumunan orang-orang pejalan kaki yang menyebrangi zebra cross ketika lampu merah menyala. Polisi yang patroli di jalanan memantau penyebrang dari jarak 2 meter. Mobil mulai melaju dengan begitu perlahan bersamaan dengan suara klakson yang begitu begitu nyaring. Kate lagi-lagi membunyikan klaksonnya saat mobil di hadapannya tak kunjung melaju. Ini salah satu hal yang membuat Kate begitu malas karena kemacetan kota ini lebih parah daripada di Madrid. “Oh Tuhan, mau sampai kapan aku terjebak kemacetan seperti ini.” Perempuan itu menghela napas setelah melihat jam. Lantas dengan cepat menginjak pedal gasnya ketika lampu sudah berubah hijau. Salah satu keburukan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20

Bab terbaru

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   44 : A - Amberlane's Family

    Madrid, Spain | 09.16 AMDi hari weekend Sean masih berada di Madrid, tujuannya hari ini adalah mengunjungi orang tua Kate yang sudah dia janjikan kepada Kate. Sebelum pulang ke Manhattan Sean berencana untuk menemui orang tua Kate, bukan untuk melamar karena itu belum waktunya. Mungkin untuk sekadar mengopi sambil berbincang mengenai masa depan. Selama lima hari ini Sean menginap di hotel yang dekat dengan perusahaan Amberlane, saat jam kantor berakhir dia mengunjungi Kate untuk pergi ke berbagai tempat yang belum dia kunjungi di sini. “Aku baru tahu jika Sean menyukai hal berbau kebohongan semata, atau sebut saja settingan.” Kata-kata itu keluar dari mulut Ken saat ketiganya melakukan panggilan video untuk membahas pekerjaan yang diselangi dengan mengobrol singkat yang berujung panjang lebar. “Mungkin ini adalah cara Sean untuk berusaha mendapatkan pujaan hatinya yaitu dengan mempermainkan hati yang lain. Setelah berhasil, Zara didepak begitu saja seolah tidak pernah ada yang ter

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   43 : AB - Refuse

    Manhattan, USA | 08.46 AM“Mari kita akhiri semua kebohongan ini.” Suara bariton itu terdengar jelas di telinga Zara, membuat perempuan itu memandang laki-laki di depannya dengan tatapan penuh protes. “Apa maksudmu Sean?” tanya Zara bingung. Sean menyandarkan tubuhnya menatap Zara dengan tatapan datarnya. “Aku akan membersihkan namamu atas scandal itu. Aku tahu kau yang paling dirugikan atas scandal itu, sedangkan Liam tampak acuh terkesan tidak peduli karena dia hanya menganggapmu sebagai yang kedua, tidak lebih.” Zara diam, menunduk dengan jari-jari tangan saling bertautan. Ini adalah bumerang yang dia dapatkan karena di masa lalu yang terlalu keras menahan Liam agar tidak pergi darinya, dan sejak hubungan Liam berakhir dengan Katherine. Ke esokan harinya Zara yang ditinggalkan oleh Liam. Miris memang.Dua tahun setelahnya Zara mendapat laporan tentang hubungan gelapnya bersama Liam yang tentunya akan mengguncang kariernya sebagai model. Dari situ Zara meminta bantuan kepada Sean

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   42 : AB - Deep Talk

    Katherine’s Penthouse, Manhattan, USA | 21.14 PM2 Minggu yang lalu...Suasana hening, dingin serta tidak ada yang memulai sebuah percakapan sampai roda kendaraan sampai tempat tujuan. Sean berdiri kaku di depan pintu masuk Penthouse Kate, menatap punggung perempuan itu dalam diam. Terlalu banyak kesalahpahaman yang terjadi antara mereka berdua, jika tidak segera diluruskan mereka tidak akan menemukan kata damai untuk hubungan keduanya. Laki-laki bernama Andreas memilih untuk pergi ke hotel, karena jelas Sean menolak tawaran Kate agar Andreas bermalam di tempat perempuan itu. Bagaimana mungkin ini akan terjadi disaat mereka hendak baikan dan meluruskan semuanya. Tentunya Sean butuh waktu untuk membahas ini. “Masuklah Sean,” ucap Kate sembari membuka pintu lebar-lebar. Sean mengangguk dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam, ruangan ini masih sama seperti dulu. Dia masih mengingat beberapa hal yang ada pada ruangan ini, di atas meja ada sebuah figura foto beris

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   for you information

    Hi para pembaca Pelabuhan Akhir Sang Pewaris. Bagaimana nih kabarnya? Oh iya, ada informasi nih untuk season pertama sudah tamat pada bab 41 B ya. Season II akan dimulai dari bab 42-tamat, perkiraan diusahakan untuk tamat bulan ini. Namun masih perkiraan, tapi akan diusahakan. Jangan lupa untuk teman-teman bantu share jika menyukai cerita ini. Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi saya selaku penulis cerita, jangan sungkan untuk meninggalkan komentar. Ayo keluarkan apa yang kalian rasakan selama membaca cerita ini, apakah ada sukanya atau pun sedihnya juga. Sampai bertemu lagi di season II dengan suasana yang berbeda. Stay safe and stay healthy.

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   41 : B - Test the Struggle

    Katherine’s Penthouse, Manhattan, USA | 17.43 PMTempat pertama yang didatangi oleh Sean adalah tempat tinggal Kate yang lama, karena dia bersangsi Kate tidak mungkin menyewa tempat baru. Apalagi tidak mungkin Kate menetap di Manhattan dan meninggalkan pekerjaan perempuan itu. Namun nihil, sudah hampir lima belas menit dia berdiri di depan pintu sembari membunyikan bel. Pintu sama sekali tidak terbuka, membuat Sean memutar otak dengan cepat. Kakinya tidak berhenti mondar-mandir sembari mengacak rambutnya. “Mencari Nona Katherine?” tanya seorang laki-laki paruh baya yang tidak Sean ketahui siapa dia. “Benar, apa anda melihatnya, sir?” tanya Sean berbalik menatap laki-laki di hadapannya. “Nona Katherine tadi menghubungi saya, beliau kembali ke Madrid. Oh iya saya petugas kebersihan yang disewa Nona Katherine,” jawab laki-laki itu sembari tersenyum kecil. “Thank you for information sir,” kata Sean tersenyum lalu berpamitan langsung berlari keluar menuju mob

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   41 : A - We're Over

    Manhattan, USA | 15.41 PMKate melirik sekeliling di mana para pelayan mengantarkan pesanan karena menjelang sore cofee shop ini cukup ramai. Cofee shop yang tidak jauh dari lokasi kantor William Group, sejak tiba di sini Kate dan Julian belum memulai percakapan.Usahanya untuk mendapatkan kesempatan kedua dari Sean tidak semudah perkiraannya. Sikap Sean yang semakin hari semakin dingin dan semakin sulit untuk dia raih. Pekerjaannya di Madrid masih berjalan lancar meski kerap kali dia tidak hadir, dan selalu melakukan meeting bersama karyawan secara daring. Dia akan tetap di Manhattan sampai tahu jika usahanya benar-benar tidak dihargai. Julian mengetikkan pesan kepada Sean bersama satu foto Katherine yang sedang melirik sekeliling. Kate terlihat menemukan hal yang menarik di sekitar mereka. Julian Antonio : Sean, apakah kau bisa menebak aku sedang apa bersama Katherine saat ini?“Kau tunggu saja beberapa menit, dan selagi menunggu pesanlah lebih dulu.” Ju

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   40 : AB - Timbal Balik

    Mansion William, Manhattan, USA | 21.27 PMDi mansion William baru saja ada tamu Angeline, berbagai macam makanan keluar semua membuat ruangan tamu sedikit berantakan. Para pelayan membersihkan ruangan sehingga banyak yang berjalan hilir mudik. Kadang Sean merasa sedikit heran, acara apakah yang Ibunya adakan di sini? Biasanya juga selalu di luar, jarang sekali membawa teman-teman sosialitanya ke rumah. Mungkin karena Mark sedang ada pekerjaan di luar, jadi Angeline mendapat izin untuk mengadakan acara di mansion.Saat Sean berjalan menuju ruangan keluarga dia melihat Ibunya sedang bersantai sembari memerhatikan tayangan televisi. Lalu mendongak menatapnya.“Oh c’mon, lihatlah William yang satu ini.” Angeline berdecak dengan tawanya saat melihat ekspresi senang yang ditampilkan oleh Sean. “Kau mengalami hal senang macam apa son?” tanya Angeline ingin tahu. Sean membuka jasnya dan ikut bergabung bersama Ibunya. Menahan kepala dengan sebelah tangannya dan menatap Angeline dari samping.

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   39 : AB - Don't want to back dawn

    Mandiley’s Restaurant, Manhattan, USA | 19.13 PMMalam ini Kate sudah duduk di restoran, tempat dulu dia sering menghabiskan waktu bersama Liam. Tapi kali ini dia meminta tolong kepada Ken agar menyuruh Sean datang ke tempat ini, dan Kate sudah lima belas menit menunggu namun Sean belum juga datang. “Kau datanglah lebih dulu, aku pastikan Sean pun akan menyusul.” Itu adalah perkataan Ken tadi siang. Kate menghembuskan napasnya pelan, tangannya mengaduk matcha tea pesanannya, dia mulai menimbang-nimbang tentang keberaniannya saat ini. Kabar berita mengenai hubungan Sean dan Zara cukup memukulnya untuk mundur dan menjauh dari radar Sean. Tapi Kate harus memastikan satu hal lebih dulu, akankah perasaan Sean masih sama kepadanya seperti tiga tahun yang lalu? Seketika logikanya berpikir dengan logis. Sean tidak akan memilih untuk bersama Zara kalau laki-laki itu masih mencintainya. Sudahlah, berperang dengan isi kepala tidak akan ada habisnya. Semakin diperdebatka

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   38 : B - Sean And Zara?

    SJK Pictures, Manhattan, USA | 13.09 PMSiang ini salah satu wartawan mewawancarai Sean dan Zara secara eksklusif mengenai berita yang beredar tiga hari yang lalu. Berita yang sempat menghebohkan dunia infotaiment adalah berita kebersamaan Sean dan Zara sebagai pasangan di acara pesta pernikahan Kenneth Alfonso. Bukankah sudah pernah Ken tebak sebelumnya? Namanya akan terseret dalam berita itu, dan sekarang Sean bersama Zara sedang mengonfirmasi berita tersebut. Nanti sore pasti akan masuk berita di televisi karena diterbitkan secara langsung oleh SJK Pictures. Yang otomatis akan mengalahkan berita pernikahannya. Sudahlah, Ken tidak begitu tertarik dengan popularitas. “Kau bukan aktor tapi popularitasmu luar biasa Sean,” cibir Ken. Sean mengibaskan telapak tangannya ke belakang dengan gerakan santai. “Pesona seorang William tidak pernah main-main Ken,” balas Sean beserta smirknya. Ken berdecih pelan. “Namun sayang tidak membuat perempuan yang itu tertarik pad

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status