Beranda / Romansa / Pelabuhan Akhir Sang Pewaris / 04 : A - Manhattan Square

Share

04 : A - Manhattan Square

Penulis: Eunmon
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-14 18:35:23

Manhattan Square, USA. | 13.11 PM.

Pusat belanja kota Manhattan begitu banyak akan pengungjungnya. Musik berkelas mengalun menemani pendatang, terasa begitu menenangkan. Di sebelah kanan ada sebuah lift yang akan membawa siapa pun ke lantai atas. Ada juga sebuah eskalator, atau bisa disebut dengan tangga bisa membawa naik atau pun turun.

Sedangkan tangga darurat, posisinya berada di pojok ruangan. Di sebelah barat ada sebuah jalan berputar mengelilingi gedung menuju parkiran yang berada di lantai atas. Jika ke sebuah pusat belanja besar seperti Manhattan Square, dengan membawa sebuah kendaraan roda empat maka parkirannya akan berada di atas.

Hari ini Kate tidak mengabari kepada Liam mengenai rutinitasnya. Lagi pula Liam pasti sibuk di kantor jadi tidak ada waktu untuk meladeni obrolan tidak bermutunya. Perkara kejadia kemarin saja jejaknya masih terekam jelas oleh ingatannya, Kate tidak mudah lupa begitu saja.

Apalagi baru dua hari berada di Manhattan, Kate harus terlibat dengan orang yang merepotkan di kota ini. Jika bukan karena ponsel laki-laki terbut seharga jutaan dolar, Kate tidak akan perlu menunggunya seperti sekarang ini.

Matanya menoleh ke sana ke mari, guna mencari orang yang sedang ditunggunya. Dia dapat melihat orang-orang memasuki ruangan dengan brand ternama di dunia. Sejenis, Christian Dior, Hermes, Gucci, Prada, Louis Vuitton dan masih banyak lagi. Sekiranya hanya itulah yang diketahui oleh Kate.

“Sudah menunggu lama?” Seorang laki-laki mengagetkan Kate begitu datang, membuat perempuan itu memutar bola matanya ketika sudah melihat wajah tampan dan angkuhnya.

Dia tidak pernah berkhayal akan bertemu laki-laki merepotkan seperti ini dalam hidupnya. Meski Liam kalah tampan, tapi Kate tetap teguh pada pendiriannya untuk berusaha agar tidak berpaling dari Liam. Perempuan itu lantas mengangkat pergelangan tangannya guna melihat jam kecil yang melingkar indah di pergelangannya. Pukul satu lebih dua puluh enam, nyatanya dia sudah menunggu selama lima belas menit.

“Anda terlambat, Pak.” Kate menatap Sean yang juga tengah menatapnya, dan buru-buru mengalihkan pandangannya. Tidak ingin terjebak dalam mata biru itu.

“Hanya dua puluh enam menit saja. Itu tidak terlalu parah,” jawab Sean dengan cuek.

Laki-laki itu tetap memasang wajah stay coolnya, tetap terlihat berwibawa meski hatinya berbunga-bunga tetapi harus menahan kedutan bibirnya karena ingin sekali tersenyum. Mengabaikan dengusan Kate yang terdengar begitu ketara.

“Baiklah. Mari ikut saya … toko ponsel berada di lantai atas.” Kate kembali menatap Sean, lantas menggerakan kepalanya sebagai kode untuk naik ke lantas atas.

“Sebelum itu, lebih baik kau ikutlah denganku. Aku belum makan siang,” kata Sean dan hendak mengambil sebelah tangan Kate, namun sebelum itu terjadi Kate sudah membuka suaranya.

“Saya tidak peduli dengan urusan perut anda, Pak. Saya ke sini menemui anda hanya untuk menyelesaikan tanggung jawab saya. Hanya itu, tidak dengan yang lain.” Kate berucap dengan nada suara yang terdengar begitu tegas. Membuar Sean berkedip karena terkejut dengan reaksi yang ditunjukan oleh Kate.

Sean berdeham pelan, matanya menatap Kate dengan tenang. Seolah tidak merasa terusik oleh perkataannya. “Sean Axel William, panggil aku Sean dan berhentilah memanggilku dengan sebutan Pak.” Sean mengenalkan dirinya, dan menekankan kata Pak dalam ucapan terakhirnya.

Tanpa menunggu respon Kate, dengan cepat Sean menarik Kate untuk ikut bersamanya ke sebuah restaurant yang menyediakan makanan Prancis. Kate yang akan mengomel dia urungkan karena menyadari kalau sebagian dari orang-orang menatap ke arah mereka. Terpaksa mengikuti langkah Sean yang menarik tangannya.

Mereka berhenti di sebuah restaurant dengan nuansa Eropa yang begitu kental. Sean mengajaknya duduk di kursi yang berada di tengah-tengah membuatnya bisa melihat ke lantai atas dengan pemandangan para pengunjung.

Lalu seorang waiters laki-laki membawa buku menu yang dipegangnya. Menghampiri mereka berdua dengan sapaan yang begitu hormat menyapa Sean dan Kate. “Welcome back Mr. William and…” Laki-laki itu menatap sekilas ke arah wajah Kate yang tidak dikenalinya.

Sean menyahut, “Katherine Margaretha.”

Waiters itu kembali melanjutkan perkataannya, “Miss. Margaretha. Silakan.” Setelahnya waiters itu tersenyum ramah sembari menyodorkan sebuah buku menu yang sedari tadi dipegangnya.

Sean menyebutkan Boeuf Bourguignon, potongan daging sapi dengan sayuran yang dipadukan dengan saus anggur merah, sebagai menu makan siangnya dan menambah satu botol wine yang menjadi pelengkapnya. Dia menoleh kepada Kate yang terlihat cuek dengan sekitarnya, Sean memesankan Croque monsieur adalah sandwich atau roti lapis yang berasal dari Prancis dan disebut sebagai makanan ringan.

Dengan milkshake rasa coklat, serta menambahkan air putih. Dia tidak tahu apa ini akan sesuai selera Kate atau tidak. Namun, Sean selalu memerhatikan bagaimana Ibunya memesan makanan yang tidak jauh berbeda seperti ini. Dan Sean juga memesan untuk membawakan dua gelas untuk wine.

“Ini terlalu membuang waktu, Pak. William.” Terdengar dengusan Kate setelah mengatakannya.

Sean tersenyum kecil, dia mendadak tertarik dengan perempuan asing di sebelahnya ini. “Tidak sama sekali, Katherine. Kau cukup duduk dan menemaniku makan, mudah bukan?”

Bagi Sean, respon Kate itu terlalu seadanya. Tidak seperti perempuan lainnya yang selalu banyak basa-basi jika sudah bersamanya. Yang ini lain lagi, dia terlihat malas bahkan terkesan tidak peduli.

“Baiklah terserah anda saja, Pak.” Kate kembali mendengus malas, mengabaikan Sean yang mulai menyantap makanannya. Setelah seorang pelayan restaurant mengantarkan pesanannya.

Sean tertawa kecil menyodorkan milkshake yang sudah dipesannya ke hadapan Kate. “Aku tahu kau pasti haus, minumlah selama menungguku selesai makan.”

Kate menoleh, menatap laki-laki itu dengan pandangan menyelidik. Kate tidak akan pernah bosan untuk berpikir kalau laki-laki bernama Sean ini sangatlah tampan. Wajahnya perpaduan Barat dan Eropa, entahlah dia hanya menebak.

“Aku memang tampan, Katherine. Kau tidak harus meneliti wajahku sedetail itu,” ujar Sean. Laki-laki itu meletakkan sendok dan garpunya lantas mengambil selembar tisu.

Perempuan itu mengalihkan tatapannya ke arah lain, malas jika harus menanggapi ujaran Sean yang terlalu narsis. Meskipun itu adalah sebuah kebenaran.

“Kau tunggu sebentar di sini, Kate. Aku harus menyelesaikan pembayarannya.” Sean bangkit dari duduknya untuk menghadap kasir.

Kate tidak menyahut, dia memerhatikan sekelilingnya. Sehingga matanya tidak sengaja menangkap keberadaan sosok manusia yang sangat familiar di matanya. Dilihat dari bentuk tubuh memang terlihat seperti Liam. Siaga satu, lantas Kate mengambil sebuah buku menu guna menutupi setengah wajahnya saat laki-laki yang dia curigai sebagai Liam itu berdiri untuk merogoh sesuatu dari kantong celana bahannya.

Itu benar Liam. lalu siapa perempuan yang duduk di sampingnya? Kate menggeleng dengan gerakan pelan, tidak mungkin Liam bertemu dengan perempuan lain di belakangnya.

“Ayo, setelah ini aku ada rapat dengan klien.” Suara Sean berhasil menyadarkan Kate kembali ke dunianya.

Kate menarik sebelah tangan Sean untuk mengikuti langkahnya. Berjalan dengan tenang seperti seorang pasangan karena takut Liam akan melihat keberadaan Kate di tempat ini.

Bab terkait

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   04 : B - Bye, Sugar

    Manhattan Square, USA. | 13.31 PM.Bertemu dengan klien di Manhattan Square adalah opsi yang menarik sekali bagi Liam. Selain berbicang mengenai bisnis dia juga membicarakan kepentingan lainnya, seperti kesenangan yang lainnya misalnya. Kate tidak harus tahu apa saja aktifitasnya selain berkutat dengan berkas dan laptop.Liam tersenyum sambil memerhatikan perempuan yang sedang menyantap makanan yang sudah Liam pesankan. Meski dia tidak secantik kekasihnya, tapi dia juga cukup membuat Liam senang. Apakah Liam mencintainya? Oh tentu saja bisa jadi seperti itu prosesnya. Secara hubungan gelap mereka sudah terjalin selama dua tahun lamanya. “Bertemu denganmu di sebuah tempat makan akan selalu berakhir seperti ini, lebih baik kita bertemu di pantehousemu saja, Li. Kau bisa merusak bentuk tubuhku jika seperti ini ceritanya.” Perempuan cantik itu mendumel setelah menyelesaikan makannya.Liam tertawa kecil. “Apa salahnya memanjakan perut ratamu itu? Lagi pula kau perlu makan,” cibir Liam. La

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   05 : A - Membantah

    William’s Group, Manhattan, USA. | 10.46 AM.Setelah selesai dengan rapatnya, laki-laki bertubuh atletis itu kembali ke ruangannya. Di jalan sempat berbincang singkat mengenai masalah proyek baru yang akan digarapnya. Proyek itu terletak di Amerika Serikat, akan ditinjau langsung oleh Luke setiap dua minggu sekali. Mungkin Sean akan sesekali ke sana jika tidak sibuk. Karena sejak dulu Sean bukanlah laki-laki yang santai, dia selalu memilih sibuk bekerja dan bekerja meski belum memiliki istri yang harus diberi nafkah. Dia juga memikirkan keluarganya, terutama adik perempuannya yang masih berkuliah di London.Di waktu senggang ini tidak Sean gunakan untuk bersantai, dia kembali menyalakan komputernya dan mulai meninjau beberapa soft copy berkas-berkas yang sudah dikirimkan oleh sekretarisnya, Mia.Sampai saat ini dia tidak bisa melupakan hal yang terjadi saat di Manhattan Square. Katherine Margaretha, perempuan itu sukses mengalihkan semua pemikirannya tentang pekerjaan menjadi memikir

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   05 : B - Yang Disembunyikan Maria

    Manhattan, USA. | 08.02 AM. Lamborghini Veneno Roadster hitam metalik melaju di jalanan kota Manhattan yang ramai dengan kecepatan pelan, dan berhenti total saat lampu merah. Orang-orang hilir mudik melakukan perjalanan mereka sehingga di jam segini kota metropolitan ini begitu macet yang bisa dibilang cukup berkepanjangan. Kerumunan orang-orang pejalan kaki yang menyebrangi zebra cross ketika lampu merah menyala. Polisi yang patroli di jalanan memantau penyebrang dari jarak 2 meter. Mobil mulai melaju dengan begitu perlahan bersamaan dengan suara klakson yang begitu begitu nyaring. Kate lagi-lagi membunyikan klaksonnya saat mobil di hadapannya tak kunjung melaju. Ini salah satu hal yang membuat Kate begitu malas karena kemacetan kota ini lebih parah daripada di Madrid. “Oh Tuhan, mau sampai kapan aku terjebak kemacetan seperti ini.” Perempuan itu menghela napas setelah melihat jam. Lantas dengan cepat menginjak pedal gasnya ketika lampu sudah berubah hijau. Salah satu keburukan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   06 : A - Yakin

    Mansion William’s, Manhattan, USA. | 19.23 PM.Malam menuju wekend ini digunakan oleh Sean untuk menemui Angeline Alfonso, sang ibu. Untuk membahas tentang Zara Mellano dan kesepakatan yang akan mereka lakukan. Sean tentu saja meminta imbalan untuk apa yang dia lakukan meski itu menyangkut keinginan sang Ibu. Sean meminta kalau ini adalah permintaan terakhir mengenai Zara. “Ini yang terakhir kalinya, ya Mom.” Sean berujar dengan sedikit tegas. Sean tidak mau membuat seorang Zara Mellano besar kepala karena hal ini, dia tidak mau membuat Zara memiliki peluang untuk kembali menjeratnya. Dia sudah muak dengan sosok Zara, sudah tidak ingin campur tangan dengan segala hal yang berhubungan dengan Zara.“Baiklah ... lagi pula Zara itu cantik, Sean. Kau terlihat seperti alergi saja dengan Zara,” dengus Angeline. Menatap Sean begitu malas. “Jika dia tidak cantik, dia tidak akan lulus tes modeling, Mom. Aku begitu muak dengan dia,” balas Sean pendek.Mark ikut menyahut, “Hanya karena d

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-25
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   06 : B - Mencoba Memulai

    William’s Group, Manhattan, USA. | 08.07 AM.Pukul delapan pagi Sean baru tiba di kantor karena terjebak macet saat di perjalanan menuju ke mari. Jalanan Manhattan yang ramai, untung saja macetnya tidak berkepanjangan. Di depan lobi kantor, Luke sudah menyambut kedatangannya seperti biasa. Ini adalah salah satu kebiasaan yang sudah terjadi sejak Sean pertama kali menjadi pengendali William Group setelah Mark memilih untuk berhenti. Tidak sepenuhnya berhenti total, hanya jika ada kepentingan yang begitu mendesak baru Mark akan hadir mendampingi Sean.“Selamat pagi, Pak.”“Ya, pagi, Luke.”“Biodata seseorang yang anda minta tadi malam sudah saya letakan di ruangan, Pak. Anda dapat memeriksa kelengkapannya setelah tiba di sana,” ujar Luke yang sudah berdiri menyambut Sean di depan lobi kantor. “Kerja bagus.” Sean membalas sembari tersenyum tipis. Sebentar lagi dia akan menghubungi Kate. Laki-laki bersetelan jas hitam itu melangkahkan tubuh tegapnya masuk ke dalam gedung William Group.

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-26
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   07 : A - Siapa Dia?

    St. Louister’s Cathedral, Manhattan, USA. | 09.16 AM.Suara pintu mobil yang ditutup dari luar terdengar begitu nyaring di parkiran yang letaknya berada di sebelah kiri Gereja. Barisan mobil mewah yang terparkir di sana membuat siapa pun bisa memastikan kalau pemiliknya bukanlah orang sembarangan. Apalagi mayoritas orang sini itu lebih dominan mengenakan mobil berbau sport untuk kegiatan sehari-hari mereka.Liam merangkul Kate untuk memasuki pintu utama menuju ke ruangan. Mereka mengambil tempat duduk di barisan ke sembilan dari depan. Pengunjung sudah begitu ramai. Baik Kate maupun Liam mereka tidak banyak mengobrol sampai ibadah mereka selesai. Satu jam setelahnya ketika pemimpin Gereja sudah mengintrupsi bisa bubar, orang-orang mulai meninggalkan tempat duduk mereka sekaligus meninggalkan Gereja.“Setelah ini kau akan ke mana, honey?” tanya Liam. Laki-laki itu duduk setelah membalikan kursinya agar bisa menatap Kate. Kate menyahut, “Aku akan ke tempat Paman Rodrigo, kau mau ikut

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-27
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   07 : B - Kencan Pertama

    Amoda Park, Manhattan, USA. | 10.26 AM.Suasana Amoda Park tidak begitu ramai akan pengunjung ketika menuju siang. Taman kota ini akan ramai jika sore menjelang malam, akan banyak acara di sini, semacam orkestra, permainan biola.Menyebrangi jalan kecil yang berada di pinggir taman adalah hal yang sedang Sean lakukan bersama Kate. Pemberhentiannya adalah di sebuah taman Amoda yang sering Sean datangi jika bersama Shanice. Matahari sudah mulai meninggi, siang ini dia mengajak Kate yang mukanya terlihat begitu masam namun tetap terlihat cantik di mata Sean. Langkahnya begitu ogah-ogahan saat mengikutinya. Dia mengajak Kate agar mengikutinya menuju kursi taman yang berada di ujung timur. Kursi itu teduh karena terhalang oleh pohon pinus yang begitu besar.“Duduklah Kate,” kata Sean setelahnya dia duduk bersampingan dengan Kate.“Apa maksudnya ini, Sean?” tanya Kate. Dia bingung dengan sikap Sean saat ini, mengajaknya ke taman yang baru dia kunjungi.Label dengan tanda Amoda Park terpampa

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-28
  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   08 : A - Los Angeles

    Airport Internasional, Manhattan, USA. | 18.17 PM.Penerbangan yang dilakukan oleh Sean dan Ken menuju Los Angeles menggunakan pesawat komersial, mereka sengaja tidak mengenakan jet pribadi karena ingin ikut mengantri bersama yang lain. Jika bukan Ken yang memaksa dia tidak akan mau harus mengantri panjang seperti ini.Orang-orang hilir mudik menyeret barang bawaan mereka. Banyak perempuan yang ingin menghampirinya untuk sekedar berfoto atau pun mengajak bersalaman. Para pengawal yang ikut bersamanya mencegat perempuan-perempuan itu yang berbondong-bondong ingin menghampiri Sean. Bayangkan saja, di penjuru New York siapa yang tidak mengetahui sepak terjang Sean Axel William dalam dunia bisnis. Bahkan ketika ada acara perusahaan yang akan mengundangnya, Sean tidak mengambil pasangan dari luar untuk mendampinginya. Melainkan mengajak Shanice atau memboyong Angeline yang sudah paruh baya pun tetap terlihat menawan. Katanya, keluarga perempuannya tidak kalah cantik. Jadi tidak perlu repo

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-29

Bab terbaru

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   44 : A - Amberlane's Family

    Madrid, Spain | 09.16 AMDi hari weekend Sean masih berada di Madrid, tujuannya hari ini adalah mengunjungi orang tua Kate yang sudah dia janjikan kepada Kate. Sebelum pulang ke Manhattan Sean berencana untuk menemui orang tua Kate, bukan untuk melamar karena itu belum waktunya. Mungkin untuk sekadar mengopi sambil berbincang mengenai masa depan. Selama lima hari ini Sean menginap di hotel yang dekat dengan perusahaan Amberlane, saat jam kantor berakhir dia mengunjungi Kate untuk pergi ke berbagai tempat yang belum dia kunjungi di sini. “Aku baru tahu jika Sean menyukai hal berbau kebohongan semata, atau sebut saja settingan.” Kata-kata itu keluar dari mulut Ken saat ketiganya melakukan panggilan video untuk membahas pekerjaan yang diselangi dengan mengobrol singkat yang berujung panjang lebar. “Mungkin ini adalah cara Sean untuk berusaha mendapatkan pujaan hatinya yaitu dengan mempermainkan hati yang lain. Setelah berhasil, Zara didepak begitu saja seolah tidak pernah ada yang ter

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   43 : AB - Refuse

    Manhattan, USA | 08.46 AM“Mari kita akhiri semua kebohongan ini.” Suara bariton itu terdengar jelas di telinga Zara, membuat perempuan itu memandang laki-laki di depannya dengan tatapan penuh protes. “Apa maksudmu Sean?” tanya Zara bingung. Sean menyandarkan tubuhnya menatap Zara dengan tatapan datarnya. “Aku akan membersihkan namamu atas scandal itu. Aku tahu kau yang paling dirugikan atas scandal itu, sedangkan Liam tampak acuh terkesan tidak peduli karena dia hanya menganggapmu sebagai yang kedua, tidak lebih.” Zara diam, menunduk dengan jari-jari tangan saling bertautan. Ini adalah bumerang yang dia dapatkan karena di masa lalu yang terlalu keras menahan Liam agar tidak pergi darinya, dan sejak hubungan Liam berakhir dengan Katherine. Ke esokan harinya Zara yang ditinggalkan oleh Liam. Miris memang.Dua tahun setelahnya Zara mendapat laporan tentang hubungan gelapnya bersama Liam yang tentunya akan mengguncang kariernya sebagai model. Dari situ Zara meminta bantuan kepada Sean

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   42 : AB - Deep Talk

    Katherine’s Penthouse, Manhattan, USA | 21.14 PM2 Minggu yang lalu...Suasana hening, dingin serta tidak ada yang memulai sebuah percakapan sampai roda kendaraan sampai tempat tujuan. Sean berdiri kaku di depan pintu masuk Penthouse Kate, menatap punggung perempuan itu dalam diam. Terlalu banyak kesalahpahaman yang terjadi antara mereka berdua, jika tidak segera diluruskan mereka tidak akan menemukan kata damai untuk hubungan keduanya. Laki-laki bernama Andreas memilih untuk pergi ke hotel, karena jelas Sean menolak tawaran Kate agar Andreas bermalam di tempat perempuan itu. Bagaimana mungkin ini akan terjadi disaat mereka hendak baikan dan meluruskan semuanya. Tentunya Sean butuh waktu untuk membahas ini. “Masuklah Sean,” ucap Kate sembari membuka pintu lebar-lebar. Sean mengangguk dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam, ruangan ini masih sama seperti dulu. Dia masih mengingat beberapa hal yang ada pada ruangan ini, di atas meja ada sebuah figura foto beris

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   for you information

    Hi para pembaca Pelabuhan Akhir Sang Pewaris. Bagaimana nih kabarnya? Oh iya, ada informasi nih untuk season pertama sudah tamat pada bab 41 B ya. Season II akan dimulai dari bab 42-tamat, perkiraan diusahakan untuk tamat bulan ini. Namun masih perkiraan, tapi akan diusahakan. Jangan lupa untuk teman-teman bantu share jika menyukai cerita ini. Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi saya selaku penulis cerita, jangan sungkan untuk meninggalkan komentar. Ayo keluarkan apa yang kalian rasakan selama membaca cerita ini, apakah ada sukanya atau pun sedihnya juga. Sampai bertemu lagi di season II dengan suasana yang berbeda. Stay safe and stay healthy.

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   41 : B - Test the Struggle

    Katherine’s Penthouse, Manhattan, USA | 17.43 PMTempat pertama yang didatangi oleh Sean adalah tempat tinggal Kate yang lama, karena dia bersangsi Kate tidak mungkin menyewa tempat baru. Apalagi tidak mungkin Kate menetap di Manhattan dan meninggalkan pekerjaan perempuan itu. Namun nihil, sudah hampir lima belas menit dia berdiri di depan pintu sembari membunyikan bel. Pintu sama sekali tidak terbuka, membuat Sean memutar otak dengan cepat. Kakinya tidak berhenti mondar-mandir sembari mengacak rambutnya. “Mencari Nona Katherine?” tanya seorang laki-laki paruh baya yang tidak Sean ketahui siapa dia. “Benar, apa anda melihatnya, sir?” tanya Sean berbalik menatap laki-laki di hadapannya. “Nona Katherine tadi menghubungi saya, beliau kembali ke Madrid. Oh iya saya petugas kebersihan yang disewa Nona Katherine,” jawab laki-laki itu sembari tersenyum kecil. “Thank you for information sir,” kata Sean tersenyum lalu berpamitan langsung berlari keluar menuju mob

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   41 : A - We're Over

    Manhattan, USA | 15.41 PMKate melirik sekeliling di mana para pelayan mengantarkan pesanan karena menjelang sore cofee shop ini cukup ramai. Cofee shop yang tidak jauh dari lokasi kantor William Group, sejak tiba di sini Kate dan Julian belum memulai percakapan.Usahanya untuk mendapatkan kesempatan kedua dari Sean tidak semudah perkiraannya. Sikap Sean yang semakin hari semakin dingin dan semakin sulit untuk dia raih. Pekerjaannya di Madrid masih berjalan lancar meski kerap kali dia tidak hadir, dan selalu melakukan meeting bersama karyawan secara daring. Dia akan tetap di Manhattan sampai tahu jika usahanya benar-benar tidak dihargai. Julian mengetikkan pesan kepada Sean bersama satu foto Katherine yang sedang melirik sekeliling. Kate terlihat menemukan hal yang menarik di sekitar mereka. Julian Antonio : Sean, apakah kau bisa menebak aku sedang apa bersama Katherine saat ini?“Kau tunggu saja beberapa menit, dan selagi menunggu pesanlah lebih dulu.” Ju

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   40 : AB - Timbal Balik

    Mansion William, Manhattan, USA | 21.27 PMDi mansion William baru saja ada tamu Angeline, berbagai macam makanan keluar semua membuat ruangan tamu sedikit berantakan. Para pelayan membersihkan ruangan sehingga banyak yang berjalan hilir mudik. Kadang Sean merasa sedikit heran, acara apakah yang Ibunya adakan di sini? Biasanya juga selalu di luar, jarang sekali membawa teman-teman sosialitanya ke rumah. Mungkin karena Mark sedang ada pekerjaan di luar, jadi Angeline mendapat izin untuk mengadakan acara di mansion.Saat Sean berjalan menuju ruangan keluarga dia melihat Ibunya sedang bersantai sembari memerhatikan tayangan televisi. Lalu mendongak menatapnya.“Oh c’mon, lihatlah William yang satu ini.” Angeline berdecak dengan tawanya saat melihat ekspresi senang yang ditampilkan oleh Sean. “Kau mengalami hal senang macam apa son?” tanya Angeline ingin tahu. Sean membuka jasnya dan ikut bergabung bersama Ibunya. Menahan kepala dengan sebelah tangannya dan menatap Angeline dari samping.

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   39 : AB - Don't want to back dawn

    Mandiley’s Restaurant, Manhattan, USA | 19.13 PMMalam ini Kate sudah duduk di restoran, tempat dulu dia sering menghabiskan waktu bersama Liam. Tapi kali ini dia meminta tolong kepada Ken agar menyuruh Sean datang ke tempat ini, dan Kate sudah lima belas menit menunggu namun Sean belum juga datang. “Kau datanglah lebih dulu, aku pastikan Sean pun akan menyusul.” Itu adalah perkataan Ken tadi siang. Kate menghembuskan napasnya pelan, tangannya mengaduk matcha tea pesanannya, dia mulai menimbang-nimbang tentang keberaniannya saat ini. Kabar berita mengenai hubungan Sean dan Zara cukup memukulnya untuk mundur dan menjauh dari radar Sean. Tapi Kate harus memastikan satu hal lebih dulu, akankah perasaan Sean masih sama kepadanya seperti tiga tahun yang lalu? Seketika logikanya berpikir dengan logis. Sean tidak akan memilih untuk bersama Zara kalau laki-laki itu masih mencintainya. Sudahlah, berperang dengan isi kepala tidak akan ada habisnya. Semakin diperdebatka

  • Pelabuhan Akhir Sang Pewaris   38 : B - Sean And Zara?

    SJK Pictures, Manhattan, USA | 13.09 PMSiang ini salah satu wartawan mewawancarai Sean dan Zara secara eksklusif mengenai berita yang beredar tiga hari yang lalu. Berita yang sempat menghebohkan dunia infotaiment adalah berita kebersamaan Sean dan Zara sebagai pasangan di acara pesta pernikahan Kenneth Alfonso. Bukankah sudah pernah Ken tebak sebelumnya? Namanya akan terseret dalam berita itu, dan sekarang Sean bersama Zara sedang mengonfirmasi berita tersebut. Nanti sore pasti akan masuk berita di televisi karena diterbitkan secara langsung oleh SJK Pictures. Yang otomatis akan mengalahkan berita pernikahannya. Sudahlah, Ken tidak begitu tertarik dengan popularitas. “Kau bukan aktor tapi popularitasmu luar biasa Sean,” cibir Ken. Sean mengibaskan telapak tangannya ke belakang dengan gerakan santai. “Pesona seorang William tidak pernah main-main Ken,” balas Sean beserta smirknya. Ken berdecih pelan. “Namun sayang tidak membuat perempuan yang itu tertarik pad

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status