Share

93, Rencana Lain Untuk Manggala

APA yang harus aku lakukan?

Yang ingin dia lakukan sekarang hanya memeluk Manggala. Tapi apa yang harus dia lakukan dia tidak tahu. Akhirnya Nayara mengikuti instingnya. Perlahan dia mendekati Manggala, berdiri tepat di hadapannya, mengganggu fokus Manggala. Dia mengambil tangan yang mengepal kaku, mengelus buku jarinya, lalu menarik tangan itu ke arah sofa lalu membantunya duduk. Manggala harus relaks. Pun ketika duduk dia masih sekaku papan.

“Manggala…” Nayara mengelus bahunya. Tapi Manggala masih diam. Ini menakutkan. Bukan Manggala yang menakutinya tapi kediamannya yang membuat Nayara gentar.

“Manggala…” Tangannya naik mengelus rambutnya. Merapikan anak rambutnya. Mengelus rahangnya yang menegang kaku. Tubuhnya semakin merapat. Dia hanya duduk di ujung sofa demi bisa melihat wajah Manggala.

“Manggala…” Tangan Nayara semakin berani. Dia harus meneguhkan hatinya untuk seberani ini menghadapi Manggala yang mungkin tidak sad

Sandra Setiawan

Cerita ini punya beberapa klimaks. Ngerasa nggak? Nayara sudah ngelamar, Manggala oke mereka nikah secepatnya. Manggala sudah cerita gimana dia kemarin. Sudah antiklimaks di sana. Tapi hidup nggak seperti dongeng-dongeng Kakek Hans Christian Anderson. Ketika orang sudah nikah justru masalahnya makin variatif. Tapi kata saya solusinya sih simpel. Jujur dan terbuka. So, here you are. Nanjak lagi yuks. Tapi untuk nurunin tensi, mereka kan sudah akur tuh, scene-scene sweet-nya makin jleb aja loh.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status