Share

98, Pamit

MASIH belum jam delapan ketika Nayara menemani Manggala mengecek satu per satu anak-anak [usaha]nya. Manggala memulai dari anak pertamanya. Aksara. Ruangan besar itu masih cukup ramai. Markas portal berita tempat yang paling jarang sepi. Mereka biasa bekerja sampai larut malam. Bahkan kabarnya sampai ada yang menginap. Deadline di sini memang gila-gilaan. Manggala masuk, membalas salam ala kadarnya lalu terdiam.

Manggala menyapu pandangannya ke seluruh penjuru.

“Aku mulai semuanya dari Aksara.” Manggala berjalan perlahan lebih masuk ke tengah ruang. “Aplikasi yang pertama aku buat memang Papyrus, tapi aku mulai dari Aksara.”

“Aku belum pede jalanin Papyrus. Aku bukan pembaca novel online. Gambaran aplikasi baca online masih buram. Aku mulai dari Aksara karena aku biasa baca berita online. Aku tahu aku mau portal berita yang seperti apa. Sambil jalanin Aksara aku riset platform baca online termasuk bikin survey seba

Sandra Setiawan

Part ini sedih. Saya beberapa kali melakukan ini ketika akan ninggalin suatu daerah. Waktu kuliah, boci terakhir di kos, saya rekam baik-baik suasana sekitar kos. Ada pohon bambu, kos-an teman, langitnya cerah, udaranya sepoi-sepoi. Nggak semua bisa direkam dengan teknologi. Yang direkam di memori kepala lebih nyata, tapi ya gitu, susah diibagi. Part ini nyes. Sedih karena Manggala harus ngelepas anak-anaknya, sedih karena Manggala begitu tabah. Ikhlas banget.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status