“Akting kalian benar-benar meyakinkan,” kata Rosalyn sambil memandangi seluruh anggota keluarga berbagi cerita, tawa serta kasih sayang di depannya. Ia juga bersandar di bahu kokoh suami.“Ya berterima kasihlah pada anak-anak. Apalagi Brahma—"Mulut Dewa langsung terkatup rapat karena melihat lirikan tajam dari sang putra. Pria itu mengangguk paham bahwa anaknya ingin memberikan seseuatu yang istimewa.Rosalyn mensyukuri kehangatan ini, kedua mertuanya bercengkerama bersama Feli dan Tuan Jack. Kemudian, para ipar turut meramaikan dengan menari-nari, sedangkan pasangan pengantin baru bernyanyi di panggung kecil.Semua sangat sempurna, kehadiran Kevin dan Janeta menjadi pelengkap. Ini merupakan anugerah tak ternilai bagi Rosalyn.“Bagaimana caranya kamu membujuk Kak Kevin? Lalu bosnya bagaimana?” Pertanyaan Rosalyn membuat Dewa nyaris memuntahkan air minum dari rongga mulut.Bos Cwell Grup itu terbatuk-batuk sambil menepuk dada, lantas menyengir dan berkata, “Memangnya kamu lupa siapa s
Sepanjang perjalanan menuju Vila Caldwell, Rosalyn lebih banyak diam. Pandangannya lebih tertarik pada objek kendaraan di luar sana. Tadi, dia memutuskan pulang, enggan berdebat apa pun bersama Kevin dan Dewa. Apalagi Mathilda, percuma menanggapi ocehan ibu sambungnya yang tidak mau mengalah.“Sudah sampai di vila, Nyonya,” ucap seorang sopir. Ya, Rosalyn enggan mengemudi sendiri, ia merasa suasana hatinya sedang buruk.“Hu’um, terima kasih.” Wanita berambut panjang ini keluar dari mobil.Bertepatan dengan ia menutup pintu bagian belakang, mobil sport mewah milik Dewa memasuki halaman. Pria itu tergesa-gesa menghampiri Rosalyn. Dewa tidak mau ucapan Mathilda merusak rumah tangganya.“Aku bisa jelaskan semuanya, Sayang. Jangan marah lagi, ya.” Dewa meraih satu tangan Rosalyn lalu mengecupnya.Tidak ada penolakan atau tanggapan apa pun dari bibir tipis merah muda membuat Dewa cemas.“Ayo masuk dulu,” ajak pria itu.Rosalyn berjalan tepat di samping sang suami. Kemudian, keduanya masuk ru
“Aku kasihan melihat kondisi Kak Kevin saat ini. Dia berjuang merawat Janeta sendirian tanpa mau meminta tolong,” kata Rosalyn. Ia merebut paksa ponsel dari tangan suami.Dewa tertegun mendengar ucapan berirama sendu itu. Memang beberapa hari ini ia juga menerima informasi bahwa Kevin sulit membayar biaya asuransi kesehatan Janeta. Alhasil pria itu terpaksa menjual sisa barang berharga untuk melunasi pengobatan putri kecilnya.“Selama ini aku tidak membantu Kak Kevin. Apakah Ayah akan marah padaku dari alam kubur? Aku harus bagaimana, Dewa?” Rosalyn mengguncang lengar kekar pria itu.Helaan napas berat keluar dari celah bibir sensual. Dewa mendekap erat tubuh Rosalyn lantas membelai surai panjang nan lembut.“Sepulang dari sini kita membesuk Janeta. Kamu rindu dengannya bukan?”Sebagai tanggapan, Rosalyn mengangguk kecil.Dua hari ini Rosalyn benar-benar sibuk menangani proyek konstruksi serta peluncuran p
[Kapan kamu ambil alih Bma Corp? Ibu tidak sabar tinggal di mansion.][Sekarang dia lebih banyak di Kota Zurich, ini kesempatan emas mengambil perusahaannya. Siapa lagi orang yang bisa dipercaya selain kamu, kakaknya. Berjuanlah, Nak, demi keluarga kita!][Kalau sudah kaya raya, kamu bisa menikah lagi. Janeta butuh sosok ibu.]Kevin mendengus kasar membaca notifikasi pesan beruntun dari sang ibu. Ia meletakan ponselnya di dalam laci meja kerja. Kemudian beranjak menuju ruang manajer sambil membawa laporan hasil penjualan.Setelah Janeta dinyatakan sehat, Kevin memboyong putri tercinta ke Kota Milan. Ia menyewa pengasuh untuk merawat bayi kecil itu dan tinggal di rumah fasilitas kantor. Ya, sudah sepuluh hari kakak kandung Rosalyn bekerja di Bma sebagai staf pemasaran. Pria itu enggan mendapat posisi tinggi secara Cuma-Cuma, merasa tidak pantas.Bahkan Kevin mengajukan syarat pada Rosalyn, bersedia bergabung bersama Bma Corp asalkan biaya pengobatan Janeta yang telah lunas dipotong dar
Memasuki musim panas, suhu malam hari di permukan bumi menjadi lebih dingin. Akan tetapi hal itu tidak berlaku bagi Dewa. Setelah makan malam, justru ia melepas kaos putih yang membingkai tubuh atletis, sehingga menampakkan garis-garis tegas terpahat sempurna.Ia duduk di ruang keluarga sembari menemani kedua buah hati menyusun puzzle dinosaurus.“Belum selesai juga?” tanya Dewa lalu geleng-geleng kepala.“Sabar, dong, Pa. Ini ‘kan ada 500 keping!” seloroh Arimbi dengan gaya khasnya yang sangat mirip Rosalyn.“Baik, waktu kalian masih 15 menit lagi. Kalau gagal, liburan musim panas ke Bali dibatalkan, ya,” kata Dewa, menikmati wajah gusar dua buah hati.Tidak lama kemmudian, Rosalyn datang membawa nampan berisi camilan yang menggoda indera penciuman. Ia meletakkan di atas meja, lalu tersenyum melihat keseriusan dua orang anak.“Kamu keterlaluan, bisa-bisanya memberi tantangan seperti itu pada anak kecil.” Rosalyn duduk berseberangan dengan Dewa.“Tidak apa Sayang. Supaya mereka berjuan
“Kenapa mukamu kusut?” Fabian menepuk kencang bahu temannya.Dewa hanya menghela napas panjang sambil menatap jejak merah pada sisi jakun pria di depannya. Pemandangan itu sangat menjijikkan … ah, salah tetapi membuat rongga dada bidang merasakan iri. Meskipun sinar matahari sangat terang, berbanding terbalik dengan suasana hati Dewa. Ia malah tidak bersemangat menjalani kegiatan hari ini. Sekarang keduanya berada di kawasan olahraga Well. Tujuannya untuk mengisi waktu dan mencari keringat di pagi hari.“Ada apa? Terjadi sesuatu dengan Kevin? Dia berulah?” berondong Fabian disertai telapak tangan yang menggosok-gosok leher.Entah berniat pamer atau tidak, hal itu memancing kekesalan. Dewa beranjak dari kursi lalu meraih raket dan bola tenis. Ia berjalan menuju lapangan tanpa memedulikan Fabian yang melongo.“Hey, Dewa! Kalau badanmu sakit, sebaiknya pulang saja!” kata teman kecil Rosalyn.Dewa memilih abai dan memukul bola berwarna hijau pada lawan di seberang net. Permainan tenis be
“Tenanglah, Anna. Jangan gugup!” titah Rosalyn sedikit tegas. Pasalnya, sejak kemarin wanita itu selalu gelisah. Apalagi hari ini ia mengantar temannya mengunjungi klinik yang dimaksud dalam iklan.“Semoga rahimku baik-baik saja, Rosalyn.” Anna menggenggam erat tangan istri Antakadewa.Rosalyn menganguk, sangat yakin apa yang ditakutkan oleh temannya tidak akan terjadi. Mengingat Anna selalu menjalani pola hidup sehat, rasanya mustahil memiliki kelainan.Tiba saatnya Anna dipanggil lalu masuk ruangan dokter, tangan wanita itu berkeringat dingin. Tutur kata lemah lembut Rosalyn yang menenangkan tidak menghilangkan kepanikan. Saking inginnya memiliki keturunan, Anna mengkonsultasikan semuanya, tidak ada yang ditutupi satu pun termasuk frekuensi bercinta bersama Fabian.Istri Fabian menjalani serangkaian tes kesehatan terkait kesuburan. Namun, Anna tidak sabaran untuk mendapatkan hasil. Padahal menurut dokter, dua hari lagi keputusan final dari pemeriksaan dikirim melalui email.“Tidak a
“Ini bukan rekayasa? Asli?” tanya Rosalyn. Ia menatap lekat paras rupawan sang suami yang duduk di sampingnya.Ukiran senyum itu menambah daya kharismatik Dewa. Rangkulan satu tangan kekar membuat hati Rosalyn dipenuhi kehangatan serta genggaman tangan suami mempererat hubungan suami istri.Netra hazel mengembun melihat Dewa mengangguk tegas diikuti kecupan pada pelipis. Tidak hanya itu saja, dokter pun mengiakan pertanyaan Rosalyn.“Kamu hamil, Sayang,” bisik Dewa membuat Rosalyn merinding lalu menangis haru.“Aku tidak menyangka secepat ini. Padahal ….” Bibir merah muda terkatup rapat mengingat peristiwa menegangkan beberapa bulan lalu.Dewa menyeka bulir bening yang jatuh membasahi permukaan kulit pipi. Andai saja tidak ada dokter serta perawat di sini, dapat dipastikan ia memeluk erat tubuh Rosalyn dan mengecup wajahnya.Puas bersipandang dengan manik abu-abu, Rosalyn mengalihkan bola mata pada wanita berjas putih di depannya. Ia mengerutkan kening lantas berujar, “Tapi … kenapa ak